BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Merupakan salah satu keagungan Allah Swt adalah menciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna, sempurna dalam bentuk penciptaannya, sempurna dalam keilmuannya, dan sempurna dalam budi pekertinya. Dalam hal ini Allah Swt berfirman :
ôs)s9 $uZø)n=y{ z`»|¡SM}$# þÎû Ç`|¡ômr& 5OÈqø)s?
Artinya:
" Sesungguhnya Kami Telah menciptakan Manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."[1]( QS. At Tiin : 4 )
Kesempurnaan Manusia tak lain dipengaruhi dengan keilmuan dan budipekerti yang di milikinya, oleh karenanya banyak sekali dalil-dalil dalam Al Qur'an dan Hadits yang memerintahkan manusia untuk selalu mencari dan mengumpulkan ilmu sebanyak-banyaknya.
Betapa besar dan luasnya ilmu yang dimiliki Allah Swt, sehingga Allah Swt mengumpamakan ilmu seperti halnya lautan yang apabila lautan itu digunakan untuk mencatat ilmu yang Allah miliki maka ilmu yang Allah miliki tidak akan habis walaupun harus didatangkan berkali-kali. Hal ini sesuai dengan firman Allah :
@è% öq©9 tb%x. ãóst7ø9$# #Y#yÏB ÏM»yJÎ=s3Ïj9 În1u yÏÿuZs9 ãóst6ø9$# @ö7s% br& yxÿZs? àM»yJÎ=x. În1u öqs9ur $uZ÷¥Å_ ¾Ï&Î#÷WÏJÎ/ #YytB ÇÊÉÒÈ
Artinya:
" Katakanlah: sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)".[2]( QS. Al Kahfi : 109 )
Ilmu merupakan kunci kesuksesan manusia dalam kehidupan dunia dan kehidupan akhirat sebagaimana dikatakan dalam kitab Durrotun Nashihin [3]:
خير الدنيا و الاخرة مع العلم وشرف الدنيا و الاخرة مع العلم
Artinya :
" Kebaikan dunia dan akhirat bersama dengan ilmu dan kemuliaan dunia dan akhirat bersamaan dengan ilmu ."
Betapa mulianya ilmu dan pemiliknya disisi Allah Swt, dan di hadapan manusia karena dengan ilmulah manusia dapat memperoleh segalanya. Akan tetapi di samping keilmuan seseorang terdapat satu hal yang tidak boleh di lupakan yaitu Akhlak manusia yang memiliki ilmu tetapi tidak memiliki Akhlak maka ibarat jasad yang tidak memiliki ruh atau seperti orang mati.
Pada umumnya seseorang yang memiliki ilmu tetapi tanpa di sertai dengan Akhlak maka seseorang tersebut akan bertindak semaunya sendiri tanpa memikirkan nasib orang lain. Manusia tersebut sama sekali tidak terdapat perbedaan sedikitpun dengan seekor hewan yang hina.
Sebagaimana di katakana oleh as sayid Abdurrahman as saqof dalam kitab Kifayatul Atqiya :
.....مَنْ لَا اَدَبَ لَهُ فَهوَ دب.....
Artinya :
" …………Barangsiapa yang tidak memiliki Akhlak maka ia ibarat seekor hewan…………."[4]
Oleh karena itu merupakan salah satu tugas nabi Muhammad saw yang di bawa untuk umatnya tidak lain untuk menyempurnakan Akhlak sebagaimana sabdanya :
انما بعثت لاتمم مكارم الاخلاق
Artinya :
" sesungguhnya aku diutus ( kemuka bumi ) hanyalah untuk menyempurnakan Akhlak."[5]
Manusia akan memperoleh apa yang dikehendaki dengan dua hal yaitu ilmu dan Akhlak, akan tetapi ilmu dan Akhlak merupakan dua hal yang memiliki keterkaitan dengan orang-orang yang paling dekat dengannya seperti lingkungan, keluarga, dan kedua orang tua khususnya Ibu. Karena dari semua yang telah penulis sebutkan yang memiliki hubungan terdekat dengan sang anak yaitu ibu. Dikarenakan Ibulah orang yang telah mengandung, menyusui dan mengasuh serta mendidik anaknya sejak kecil.
Dengan demikian betapa besar peranan seorang ibu dalam membina pendidikan dan Akhlak anak. Dari uraian diataslah penulis memiliki ketertarikan untuk mengkaji lebih jauh tentang peranan Ibu dalam pendidikan dan Akhlak anak, yang terkadang sering diabaikan oleh seorang ibu itu sendiri.
B. Alasan pemilihan judul
Dari latar belakang yang telah penulis uraikan di atas maka penulis akan menulis risalah dengan judul " PERANAN IBU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DAN MEMBINA AKHLAK ANAK " dengan beberapa alasan diantaranya :
1. Bahwa seorang Ibu memiliki peranan dalam Pendidikan dan penguatan Akhlak bagi Anak-anaknya, karena Ibu merupakan orang yang terdekat dengan anak-anaknya. Akan tetapi banyak sekali peristiwa yang terjadi saat ini seorang Ibu yang kurang memiliki perhatian khusus terhadap anak-anaknya sehaingga akhirnya tak sedikit pula generasi muda yang miskin dengan ilmu dan Akhlak akibat kurang adanya didikan secara khusus dari usia dini khususnya oleh sang ibu.
2. Ibu merupakan seseorang yang memiliki derajat tertinggi tiga tingkat di banding derajat bapak dan derajat yan lainnya, sehingga banyak sekali ayat-ayat al qur'an dan hadits nabi yang menjelaskan keutamaan ibu.
3. Secara Biologis Ibu merupakan orang yang banyak mempengaruhi kecerdasan pola Fikir anak dibanding pengaruh dari Bapak.
C. Pembatasan dan perumusan masalah
1. Pembatasan masalah
Pendidikan dan Akhlak merupakan dua hal yang memiliki peran penting dalam kehidupan, yang semua itu di mulai dari perkembangan pola fikir manusia yaitu di saat manusia memulai untuk mengetahui jati diri manusia di dalam kehidupannya. Oleh karena itu merupakan suatu keharusan bagi penulis untuk membatasi pembahasan dalam risalah ini hanya pada ruang lingkup peranan ibu dalam pendidikan dan Akhlak pada anak dan yang memiliki keterkaitan dengan keduanya . hal ini di karenakan untuk menghindari adanya pembahasan yang terlalu bertele-tele dan dapat menyebabkan bosan bagi para pembaca. Selanjutnya penulis akan mendefinisikan istilah dalam judul agar tidak menyebabkan kesalahfahaman dari materi yang akan di sampaikan.
a. Peranan
Peranan memiliki arti diantaranya fungsi, kedudukan atau bagian kedudukan.[6]
b. Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata didik yang berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.[7]
c. Akhlak
Selanjutnya Akhlak adalah satu kata yang berasal dari bahasa arab yaitu tabi'at, budi pekerti, watak, sedangkan dalam bahasa Indonesia Akhlak adalah padanan dari kesusilaan atau sopan santun dan disebut juga moral ( bahasa latin ) atau etika ( bahasa yunani ).[8]
2. Perumusan Masalah
Untuk mempermudah penulisan risalah ini, maka penulis akan merumuskan masalah dalam rumusan sebagai berkut :
a. Apakah seorang ibu memiliki peranan penting dalam membina pendidikan dan Akhlak anak ?
b. Bagaimanakah langkah-langkah ibu dalam membina pendidikan dan Akhlak anak?
c. Kapankah proses pembinaan Pendidikan Dan Akhlak harus dimulai oleh seorang Ibu ?
- Tujuan dan Kontribusi Penulis
1. Tujuan Penulis
Dilatar belakangi oleh alasan penulisan judul tersebut maka tujuan penulis dari risalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui peranan Ibu baik dalam membina Pendidikan dan Akhlak terhadap anak-anaknya.
b. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam membina Pendidikan dan Akhlak pada anak.
c. Untuk mengetahui kapankah proses pembinaan terhadap anak harus di mulai
2. Kontribusi Penulis
a. Pribadi Penulis
Sebagai wawasan dan bekal untuk masa depan agar dapat membina pendidikan dan Akhlak pada anak. Serta sebagai bukti bahwa pendidikan dan Akhlak manusia memiliki keterkaitan dengan ibunya.
b. Kaum Wanita
Agar dapat menjadi Ibu yang mampu membina anak-anaknya baik dalam pendidikan maupun Akhlak mereka. Karena selama ini banyak sekali seorang ibu yang tidak mampu membina anak-anaknya dalam dua hal tersebut.
c. Masyarakat
Agar dapat lebih memperhatikan Pendidikan dan Akhlak anak-anaknya sehingga seorang anak merasa lebih di perhatikan oleh orang tuanya khususnya dalam dua hal diatas. Dan pada akhirnya anak akan memperoleh hasil yang maksimal dalam pendidikan dan memiliki Akhlak yang mulia sampai memasuki usia dewasa.
E. Metodologi Penulisan
Sebagai langkah untuk mewujudkan maksud dan tujuan penulisan risalah ini. Penulis berusaha melakukan tahapan-tahapan yang sesuai dengan masalah-masalah pembahasan baik secara teoritis maupun empiris, tahapan tersebut antara lain:
1. Sumber Materi
Sebagai langkah awal penulisan terlebih dahulu mencari sumber materi sebagaimana pandangan sutrisno hadi dalam buku metodologi research diuraikan bahwa : "sumber materi adalah persoalan dimana sumber materi bisa di peroleh"[9], disamping mencari sumber materi, penelitian secara tidak langsung dan lain sebagainya yang berkaitan dengan judul risalah ini. Yaitu melalui dua sumber data, sumber data primer dan sumber data sekunder. Untuk sumberdata primer di ambil dari kitab/buku psikologi pendidikan, Idhotun Nasyi'in dan artikel-artikel pendidikan dan budi pekerti. Sedangkan sumber data sekunder diambil dari buku-buku dan majalah-majalah pendidikan dan Akhlak.
2. Pengumpulan Materi
Langkah selanjutnya yaitu pengumpulan materi yang dilakukan penulis melalui metode observasi yaitu : "metode penelitian dengan pengamatan yang di catat secara sistematis dan fenomena."[10] yang diselidiki kemudian dilakukan penyesuaian berdasarkan sumber-sumber materi yang berhubungan dengan tema risalah.
3. Metode Analisis
Metode Analisis disini bertujuan memberikan interpretasi pendapat, pandangan atau tafsiran terhadap data yang telah disesuaikan. Kemudian data itu diklasifikasikan dan diarah pada pola pikir logis melalui beberapa pendekatan sebagai berikut :
a. Induktif
Metode Induktif yaitu Pengambilan kesimpulan berdasarkan pada keadaan yang khusus untuk dijadikan secara umum[11]. Dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari data yang khusus kemudian dijadikan titik kesimpulan yang umum.
b. Deduktif
Metode Deduktif yaitu Pengambilan kesimpulan dari keadaan yang bersifat umum.[12] Atau cara berfikir yang berangkat dari pengetahuan yang sifatnya umum untuk memberikan penilaian pada suatu kejadian yang bersifat khusus.[13]
F. Sistematika penulisan
Untuk mempermudah dalam mempelajari dan memahami isi dari risalah ini, maka penulis menyusun urutan dalam sistematika yang terdiri dari lima bab yang masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab penjelasan. Sehingga merupakan suatu kesatuan utuh yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Adapun sistematika penulisannya adalah senagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Untuk mempermudah dalam proses topik atau gagasan yang menjadi pembahasan, maka dengan demikian pada bab ini terdiri atas sub bab yang terdiri dari Latar Belakang, Alas An Pemilihan Judul, Tujuan Dan Kontribusi Penulisan, Pembatasan Dan Perumusan Masalah, Metode Penulisan Dan Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG PENDIDIKAN DAN AKHLAK
Bab ini terbagi menjadi beberapa pokok sub bahasan yaitu Pengertian Pendidikan Dan Akhlak, Hubungan Pendidikan Dan Akhlak Dengan Lingkungan Dan Keluarga, Pandangan Syara' Terhadap Pendidikan Dan Akhlak
BAB III PANDANGAN UMUM TENTANG HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN AKHLAK TERHADAP KEDUA ORANG TUA
Bab ini terbagi menjadi beberapa pokok bahasan yaitu Masa Dilmulainya Membina Pendidikan Dan Akhlak Anak, Tatacara Membina Pendidikan Dan Akhlak Pada Anak, Faktor Penyebab Sulitnya Mendidik Anak
BAB IV PERANAN IBU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DAN MEMBINA AKHLAK ANAK
bab ini berisikan tentang pembahasan inti diantaranya, Peranan ibu dalam meningkatkan Mutu Pendidikan, peranan Ibu dalam membina Akhlak, hubungan biologis ibu dalam perkembangan kecerdasan dan watak anak dalil-dalil tentang kewajiban orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi Kesimpulan, Saran-Saran, Penutup, Dan Sebagai Pelengkap Pada Bagian Akhir Dicantumkan Daftar Pustaka Dan Daftar Riwayat Hidup Penulis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pendidikan Dan Akhlak
1. Pengertian Pendidikan
Kata pendidikan bukanlah suatu kata yang asing yang jarang didengar oleh telinga melainkan kata pendidikan merupakan kata-kata yang sangat banyak sekali di sebut-sebut oleh semua kalangan. Akan tetapi kata pendidikan banyak diartikan dengan arti yang berbeda-beda. Pendidikan dalam bahasa indonesia berasal dari kata didik lalu kata ini mendapat awalan me- sehingga menjadi mendidik artinya memelihara dan memberi latihan.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.[14]
Dalam pengertian yang agak luas pendidikan dapat di artikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkahlaku yang sesuai dengan kebutuhan.[15]
Ki hajar dewantara, mengartikan pendidikan sebagai usaha menuntun segenap kekuatan kodrat yang ada pada anak baik sebagi individu manusia maupun sebagai anggota masyarakat agar dapat mencapai kesempurnaan hidup[16].
Dengan demikian bisa di ambil kesimpulan bahwa pendidikan mempunyai hubungan erat dengan Akhlak.
2. Pengertian Akhlak
Kata Akhlak menurut bahasa arab adalah tabiat, budipekerti, watak, dalam bahasa indonesia Akhlak adalah padanan dari kesuisilaan atau sopan santun dan disebut juga moral ( bahasa latin ) atau etika ( bahasa yunani ).[17]
Menurut istilah para ilmuan islam berbeda redaksi dalam memberikan pendapatnya di antaranya :
a. Menurut Imam Ghozali,
فالخلق عبارة عن هيئة في النفس راسخة عنها تصدر الافعال بسهولة ويسر من غير حاجة الي فكر ورأية
"Akhlak adalah ungkapan tentang sikap jiwa yang menimbulakan perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan atau pikiran lebih dulu."[18]
b. Menurut Nurkholis Majid, Akhlak adalah menanamkan nilai keagamaan dan membuatnya terwujud nyata dalam tingkah laku dan budi pekerti.[19]
c. Menurut Samuel Smilles, Akhlak adalah salah satu kekuatan yang menggerakan dunia ini dengan pengertian Akhlak merupakan suatu perwujudan fitrah manusia pada puncaknya yang tertinggi, karena Akhlak adalah suatu anugrah dari fitrah manusia untuk kemanusiaan.[20]
d. Ibnu Miskawih, dalam kitab Tadzhibul Akhlak Wat Tahtirul A'roq menyebutkan :
حال للنفس داعية لها الي افعالها من غير فكر ولا رأية
“ Keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pemikiran terlebih dahulu.” [21]
B. Hubungan Pendidikan dan Akhlak Terhadap Lingkungan Dan Keluarga
Pendidikan dan Akhlak meruipakan dua hal yang proses perkembangannya memiliki hubungan erat dengan lingkungan dan keluarga. Lingkungan pendidikan diartikan sebagai segala sesuatu yang melingkupi proses berlangsungnya pendidikan. Lingkungan pendidikan bisa berupa lingklungan fisik, sosial, budaya, keamanan, dan kenyamanan. Lingkungan pendidikan juga dapat dibedakan menurut tempat dimana peserta didik hidup dan menerima pengalaman pendidikan. Dilihat dari dimensi ini lingkungan pendidikan dapat di bedakan menjadi tiga, yaitu: (1). lingkungan keluarga (2). lingkungan sekolah (3). lingkungan masyarakat. Sehingga ketiga hal tersebut menurut Ki Hajar Dewantara di sebut sebagai “tri pusat pendidikan”. Konsep tri pusat pendidikan istilah asal yang di cetuskan dari ki hajar dewantara adalah tri sentra pendidikan yang mengacu kepada lingkungan pergaulan yang menjadi pusat pendidikan bagi anak.
1. Lingkungan Keluarga
Selanjutnya hubungan pendidikan dan Akhlak terhadap keluarga yang mana keluarga adalah pusat pendidikan yang pertama dan utama yang di alami oleh anak. Sejak adanya kemanusiaan sampai sekarang ini kehidupan keluarga selalu mempengaruhi perkembangan budi pekerti setiap manusia. Pendidikan dalam lingkungan keluarga muncul karena manusia memiliki naluri asli untuk memperoleh keturunan demi mempertahankan eksistensinya.oleh karenanya manusia akan selalu mendidik keturunannya dengan sebaik-baiknya menyangkut aspek jasmani maupun rohani.
Kepentingan keluarga sebagi pusat pendidikan tidak hanya di sebabkan adanya kesempatan yang sebaik-baiknya untuk menyelenggarakan pendidikan diri dan sosial, akan tetapi juga karena orang tua dapat menanamkan segala jenis kehidupan batiniah di dalam jiwa anak yang sesuai kehidupan batiniah dirinya.
Oleh karena begitu pentingnya pendidikan keluarga serta begitu pokoknya kehidupan keluarga bagi anak, maka dapat di katakana memiliki banyak funsi yang dirasakan oleh anak.
2. Lingkungan Sekolah
sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang di bentuk oleh pemerintah dan masyarakat. Sekolah menjalankan tugas mendidik anak yang sudah tidak mampu lagi di lakukan oleh keluarga, semakin kompleksnya praktek mendidik anak.
Dalam kehidupan sekolah di kembangkan pola-pola tingkah laku dan sikap yang sangat bermanfaat dalam rangka mencukupi kebutuhan hidup manusia dan dalam rangka merumuskan penyelesaian konflik. Sehingga pola-pola tingkah laku dan sikap tersebut di terima sebagai dasar standard an kriteria untuk dapat berkembangnya individu memperoleh prestasi yang di harapkan. Munculnya sekolah di awali dari permasalahan semakin padatnya jumlah penduduk yang semakin lama semakin padat. Dan dengan adanya sekolah tentu akan membantu terhadap berkembannya pendidikan anak sehingga tak mustahil prestasi seorang anak tidak hanya karena mendapat bimbingan dari orang tua di rumah tetapi juga dengan adanya sekolah-sekolah yang di masukinya.
Sekolah juga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kemajuan pendidikan dan perkembangan budi pekerti dan Akhlak anak karena di rumah seorang anak hanya melihat sosok keluarga yang semuanya sudah sering di ketahui dan mudah untuk di control perbuatannya akan tetapi perkembangan pendidikan dan budipekerti di sekolah sering kali jauh dari yang di harapkan oleh orang tua di karenakan sulitnya orang tua untuk memantau keberadaan anaknya.
Menurut don Adams dan Reagan (Imran Manan, 1989),[22] ada empat tahap perkembangan pendidikan dari keluarga menuju kepada intensitas penyelenggaraan sekolah :
a. Tahap Satu
Pertama-tama pendidikan diselenggarakan dalam masyarakat tanpa aksara. Pendidikan pada masa itu berlangsung secara informal dalam keluarga. Peran anak sebagai siswa dan orang tua sebagai pengajar atas dasar kriteria yang bersifat askriptif.
b. Tahap Dua
Pendidikan sudh mulai terdeferiensiasi dari keluarga. Pada tahap ini ada sekelompok orang dewasa yang memiliki spesialisasi pengetahuan dan ketrampilan namun masih bersifat praktis yang mampu mendidik anak.
c. Tahap tiga
Pendidikan berlangsung dalam masyarakat yang semakin terdeferiensiasi. Sileksi social semakin rumit dan semakin menjadi masalah besar. Sementara itu pendidikan hanya terbatas pada kelompok kecil masyarakat yaitu kelompok elit.
d. Tahap empat
Pendidikan berlangsung dalam masyarakat yang sudah maju. Di feriensiasi sosial dalam masyarakat sudah semakin kompleks, pembagian kerja dan spesialisasi peran menjadi cirri utama masyarakat maju. Oleh karenanya pendidikan massal dan sileksi sosial di perlukan dalam mengisi aneka kebutuhan masyarakat. Lembaga sekolah dengan segenap jenis dan jenjangnya menjadi semakin penting dan di butuhkan masyarakat.
Azyumardi azra (2002)[23] memberikan tiga alternatif dalam proses pendidikan karakter meliputi : Pertama, menerapkan pendekatan modeling, yakni mensosialisasikan dan membiasakan lingkungan sekolah untuk menghidupkan nilai-nilai Akhlak dan moral yang benar melalui model atau teladan. Kedua, menjelaskan atau mengklarifikasikan kepada peserta didik secara terus menerus tentang berbagai nilai yang baik dan buruk, usaha ini di iringi dengan langkah-langkah ; memberi penghargaan ( prizing ), menumbuh suburkan ( cherising ) nilai-nilai baik, dan sebaliknya mengecam dan mencegah berlakunya nilai-nilai yang buruk. Ketiga, menerapkan pendidikan berdasarkan karakter ( character based education ) yakni dengan menerapkan character based approach kedalam setiap mata pelajaran yang ada di samping untuk pendidikan karakter, seperti pelajaran agama, sejarah, pancasila, dengan melakukan reorientasi baik dari segi muatan dan pendekatan, sehingga tidak hanya menjadi verbalisme dan sekedar hafalan, tetapi berhasil membantu pembentukjan karakter.
3. Lingkungan Masyarakat
Selain kehidupan keluarga dan sekolah, anak juga mengalami kehidupan di masyarakat. Kehidupan dalam masyarakat adalah kehidupan yang berbeda dengan kehidupan keluarga dan sekolah. Dalam keluarga anak selalu mendapat bimbingan, arahan, pengawasan dan kasih sayang. Pada kehidupan sekolah anak memperoleh pembinaan yang teratur, pendidikan di siplin, pembentukan watak dan kecerdasan, tetapi kehidupan di masyarakat adalah kehidupan yang amat luas cakupannya . lingkungan kehidupan masyarakat yang baik dapat mendorong anak untuk berkembang pribadi kreativitasnya. Nilai kreatifitas dan perilaku kreatif yang di hargai dan di jalankan oleh sebagian besar warga masyarakat tersebut pada gilirannya menjadi iklim yang dapat mempengaruhi nilai-nilai dan tindakan kreatif individu yang dalam jangka panjang akan membentuk kepribadian kreatifnya. Namun demikian kepribadian kreatiof yang di pengaruhi dan di bentuk oleh iklim masyarakatnya itu sebenarnya tidaklah bersifat given, tetapi melalui proses pelan-pelan dan interaktif.
Lingkungan sosial yang tergolong sebagai adalah lingkungan social yang memiliki cirri-ciri : keterbukaan, sikap fositif terhadap hal baru, dan sudi memberikan perhatian yang beragam.
Motivasi anak baik intrinsik dan ekstrinsik, akan semakin berkembang seiring dengan bertambahnya usia, lebih-lebih setelah memasuki usia remaja dan pemuda.
C. Pandangan Syara' terhadap Pendidikan dan Akhlak
1. Pandangan Syara' terhadap Pendidikan
Syari'at merupakan salah satu asas`pendidikan dalam islam yang agung. Oleh karenanya dalam islam syari'at adalah asas berfikir yang mencakup segala konsep berfikir tentang alam, kehidupan dan manusia. Syari'at mencakup pandangan dan sikap islam terhadap manusia, alam dan wujud serta keterkaitan muslim pada semua itu. Dengan demikian syari'at memfola akal orang muslim dengan suatu pola yang membuat kemampuannya untuk memberi, lebih besar disbanding kekuatannya, harapannya lebih luas di banding dengan fosibilitasnya (kemungkinannya), dan daya berpikirnya lebih kuat di banding dengan perasaannya.[24]
Disamping itu syari'at juga mendidik kaum muslimin agar berfikir logis dengan jalan mengistinbath suatu hukum-hukum. Dari sinilah tampak bahwa syariat islam fleksibel, dinamis, dan secara terus menerus mampu memberi, mengeluarkan hukum-hukum dan kondisi-kondisi yang paling gelap dan sulit serta memberikan pemecahan terhadap segala penyakit sosial maupun psikis.[25]
Dari pleksibilitasnya syari'at ini lahirlah fleksibilitas akal kaum muslimin dan kemampuannya yang langka untuku untuk mencari dan menyimpulkan hukum dengan baik. Dengan cara mempelajari ayat-ayat alqur'an dan hadits sejak masa pertumbuhan yaitu di saat masih kecil.
Dari uraian di atas penulis dapat menyimpilkan bahwasannya syari'at sangatlah memandang pendidikaun sebagai proses syariat untuk dapat memberikan suatu jawaban atas hukum-hukum yang terjadi di saat ini yaitu dengan cara mendidik manusia dari mulai usia pertumbuhan.
2. Pandangan Syara' Terhadap Akhlak
Syari'at islam mengandung nilai-nilai edukatif. Nilai-nilai tersebut tampak dengan jelas dalam metodanya yang menggunakan at-targhib wat-tarhib ( menyrnangkan dan menakutkan ), mengambil pelajaran dari sejarah, atau mengajak supaya bertaqwa dan takut kepada allah Swt.[26]
Manakala ajaran syari'at islam telah tertanam di dalam jiwa dan perasaan individu, syari'at akan menjadi pedoman moral bagi setiapindividu dalam menghadapi situasi yang belum jelas kedudukan hukumnya. Sebagai contoh dapat di kemukakan system transaksi baru dalam pemindahan milik, dan hukum mencela orang yang bangga dengan melakukan maksiat dan lain sebagainya.pendidikan tentang pedoman moral disini berlangsung di majlis-majlis ta'lim. Di harapkan umat islam memanfaatkan waktu lepas kerjanya untuk menuntut ilmu. Masjid-masjid yang biasanya terbuka lebar untuk sholat bagi semua orang, juga terbuka lebar untuk menajarkan ilmu kepada manusia. Dengan demikian jelaslah bahwa syari'at mengatur kehidupan manusia dengan adanya moral atau Akhlak pada jiwanya masing-masing.
BAB III
PANDANGAN UMUM TENTANG HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN AKHLAK TERHADAP KEDUA ORANG TUA
A. Masa Dimulainya Membina Pendidikan Dan Akhlak Anak
1. Saat Anak Masih dalam Kandungan
Seorang ibu adalah Makhluk yang paling berjasa dan paling berperan di dalam dunia pendidikan kasih sayangnya yang tak dapat di balas dengan apapun menjadikan manusia yang hidup di dunia ini akan merasa berhutang budi terhadap jasa-jasa sang ibu.
Ibu merupakan orang yang paling pertama menjadi guru bagi anak-anaknya baik dalam masalah ilmu pengetahuan ataupun dalam masalah budi pekertinya, ibulah yang telah mengandung manusia selama sembilan bulan dan mendidiknya perlahan-lahan disaat itu pula hal ini terbukti karena getaran perasaan kasih saying san ibu dapat dirasakan pula oleh sang janin yang masih berada di dalam perutnya. Tidak di ragukan lagi bahwa periode ini merupakan awal mula ibu berperan dalam dunia pendidikan.
Dari situlah didikan sang ibu mulai berperan, untuk membentuk cirri-ciri khas watak dan karakter sang anak yang sedang di tunggu-tunggu kelahirannya.
2. Saat Kelahiran
Kelahiran sang anak adalah masa yang sangat di tunggu baik oleh sang ibu ataupun sang ayah selama sembilan bulan lamanya, masa ini adalah peristiwa pemisahan suatu makhluk dari makhluk lainnya.
Selanjutnya merupakan hal yang memiliki pengaruh positif terhadap bayi adalah menyerukan adzan pada telinga sang bayi pada saat baru di lahirkan. Hal ini telah di lakukan oleh rosulullah saw.
Sebagaimana yang telah di riwayatkan oleh abu Rafi' :
رايت رسول الله صلي الله عليه وسلم اذن في اذن(( الحسن ابن علي)) حين ولدته(( فاطمة)) رضي الله عنهما. ( رواه ابو داوود والترمذي )
Artinya :
" aku telah melihat rasulullah Saw. Menyerukan adzan di telinga Al Hasan ibnu Ali sewaktu di lahirkan oleh Fatimah ra."[27]
( HR. Abu Daud dan Tirmidzi )
Dan hadits Rasulullah Saw :
اذا ولد ولد فاذن في اذنه اليمني واقام في اذنه اليسري لم تضره ام الصبيان ( رواه ابو يعلي عن الحسين )
Artinya :
" apabila telah lahir seorang anak maka adazanlah pada telinga kanannya dan iqomahlah pada telinga kirinya niscaya tidak akan membahayakan baginya kuntilanak."[28]
( HR. Abu Ya’la dari Husain )
Imam Ibnul Qayyim Al Jauzi telah memberikan komentar mengenai masalah adzan ini, dengan berkata : " Rahasia diserukannya adzan hanya Allah yang maha tahu, kalimat pertama yang hendaknya terdengar oleh sang bayi sewaktu lahir ke dunia ini adalah ungkapan yang mengandung makna kebesaran Allah swt. Dan ke agungannya.
Selain dari pada yang telah di sebutkan penulis di atas masih ada juga yang harus di lakukan orang tua di saat masa kelahiran diantaranya :
a. Memberi nama sang bayi dengan nama yang baik, hal ini di sebabkan karena nama akan membawa pengaruh terhadap yang di namai, sebagaimana nabi Muhammad Saw juga pernah mengganti nama "harb" yang di berikan oleh sayidina kepada putranya menjadi "hasan".
Sebagaimana di riwayatkan dalam suatu hadits :
جاء دار ابنته فاطمة رضي الله عنها حين ولدت حسنا ثم سأل : ماذا اسميتم ابني ؟ فقال علي كرم الله وجهه : حربا فقال النبي صـلي الله عليه وسلم : بل هو حسن . ( الحديث )
Artinya:
" nabi saw dating menunjungi puterinya fatimah sewaktu melahirkan hasan. Nabi saw bertanya kepadanya : nama apakah yang kamu berikan kepadanya : sayidina Ali menjawab : "Harb" ( perang ). Kemudian nabi saw bersabda : tidak, namailah hasan." ( al Hadits )[29]
b. Melaksanakan Aqiqah, hal ini sesuai dengan hadits yang di riwayatkan langsung dari Nabi saw.
مع الغلام عقيقة فاهرقوا عنه دما واميطوا عنه الاذى
( رواه البخــاري ومسلم )
Artinya :
" Anak itu di sertai dengan aqiqahnya. Maka alirkanlah darah oleh kalian ( sembelihlah kambing ) oleh kalian demi untuknya dan singkirkanlah kotoran penyakit darinya ( dengan mencukur rambutnya )."[30]
( HR. Bukhori dan Muslim )
كل غلام مرتهن بعقيقته تذبح يوم سابعه ويسمي فيه ويحلق رأسه .
(رواه ابو داوود والترمذي والنسائى )
Artinya :
"Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya (menebusnya dengan) di sembelih pada hari ketujuh dari kelahirannya ( sebagai pengganti dirinya) setelah itu ia di beri nama kemudian di cukur rambutnya"[31]
( HR. Abu Daud Tirmidzi dan An Nasi'i )
c. Menhitankan, merupakan salah satu proses dalam pendidikan adalah menjaga kesehatan anak yaitu dengan cara menghitankan, hal ini akan menghindarkan anak Dari penyakit sepanjang hidupnya.
Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda :
عق رسول الله صلي الله عليه وسلم عن الحسن والحسين وختنهما لسبعة ايام (رواه البيهقي )
Artinya :
" Rasulullah Saw telah meng aqiqahkan al hasan dan al husain dan menghitankan pada hari ketujh ( dari kelahirannya ). " (HR. Imam Al Baihaqi )[32]
3. Saat Memasuki Usia Kanak-Kanak
Masa kanak-kanak adalah masa yang membutuhkan perhatian khusus dari sang ibu karena dimasa kanak-kanak ini sang anak masih memiliki sifat lugu dan mudah terpengaruh oleh setiap orang yang sering dekat dengannya baik dari segi ucapan ataupun dalam segi tingkah laku. Imam Al Ghazali di dalam kitabnya Ihya Ulumuddin telah menatakan :
الصبي امانة عند والديه وقلبه الطاهر جوهرة نفيسة سادجة خالية عن كل نقش وصورة وهو قابل من كل ما نقش ومائل الي كل ما يمال به اليه دن عود الخير وعلمه نشأ عليه وسعد في الدنيا والاخرة وشركه في ثوابه ابواه وكل معلم له ومؤدب وان عود الشر واهمل اهمال البهائم شقي وهلك وكان الوزر في رقبة القيم عليه والوالي له [33]
As Shobby atau anak merupakan amanat di tangan kedua orang tuanya. Hatinya yang bersih merupakan permata yang berharga, lugu dan bebas dari segala macam ukiran dan gambaran. Ukiran berupa pembiasaan berbuat baik akan dapat tumbuh subur sehingga ia akan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika anak di biasakan dengan hal-hal yang baik dan di ajarkan kebikan kepadanya, ia akan tumbuh dengan baik dan akan memperoleh kebahagiaan dunia akhirat. Kemudian pahala yang di petiknya turut di nikmati pula oleh kedua orang tuanya, dan oleh semua guru yang mengarinya dan semua pendidik yang mendidiknya.dan apabila ia di biasakan dengan hal-hal yang buruk, dan di telantarkan begitu saja bagaikan memperlakukan hewan ternak, maka niscaya sang anak akan tumbuh menjadi orang yang celaka dan binasa. Dan dosa yang di tanggung sang anak itu,akan menjadi beban setiap orang yang pernah mengajarinya dan yang menjadi walinya.[34]
Ibunul qayim Al jauzi di dalam kitabnya tuhfatul maudud fi ahkamil maulud mengatakan :
Termasuk di antara hal yang amat di butuhkan di dalam mendidik anak adalah memperhatikan masalah Akhlaknya. Sang anak akan tumbuh sesuai dengan apa yang di biasakan kepadanya oleh sang pendidik semasa sang anak masih kecil. Oleh karena itu kita jumpai banyak orang yang Akhlaknya menyimpang dari kebenaran yang di sebabkan oleh pendidikan di masa di besarkan.
Dan termasuk di antara hal-hal yang harus di jadikan pegangan di dalam membina watak sang anak ialah memperhatikan bakat-bakat dan potensi yan terpendam di dalam dirinya yang sesuai dengan kecenderungan anak itu. Ia harus di persiapkan untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan pembwaan bakatnya, dan janggan sesekali di bebankan kepadanya hal-hal yang tidak mampu di lakukannya, mengingatbakatnya tidak sesuai dengan hal itu. Apalagi kalau di ingat bahwa sang anak harus di beri semangat dan dorongan untuk melakukan pekerjaan yang sesuai dengan bakatnya, selagi hal itu tidak bertentangan dengan syari'at agama. Jika sang anak di bebani hal-hal yang bakatnya tidak siap untuk menerima hal itu, niscaya ia tidan akan sukses melakukannya, dan akan tersia-sialah bakat yang terpendam di dalam dirinya.[35]
Pada masa ini anak akan selalu mengambil dan merekam semua yang di lihat dan di lakukan oleh orang-orang sekitarnya tanpa adanya pembatasan antara mana yang baik dan mana yang buruk sampai sang anak memasuki usia dewasa.
4. Saat Memasuki Usia Baligh
Seiring dengan bertambahnya usia anak tentu hal ini juga mempunyai pengaruh dengan anak baik secara watak dan caranya untuk berfikir dan bergaul. Oleh karena itu orang tua hendaknya memulai pendidikan yang lebih tegas dari pada masa-masa sebelumnya karena masa ini biasa di sebut sebagai masa pendidikan, pengajaran dan pengarahan Akhlak sehingga anak tesebut memasuki masa stabil atau usia baligh.
Pada masa ini orang tua memulai dari pendidikan anak berupa melaksanakan sholat dan memdidiknya dengan kebiasaan yang baik. Anjuran ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw :
مروا اولادكم بالصلاة لسبع واشربوا هم عليها لعشر.
( رواه احمد وابوداود والحكم )
Artinya :
"Perintahkanlah anak kalian untuk melakukan sholat jika (mereka) berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan sholat jika berumur sepuluh tahun." (H.R. Ahmad Abu Daud, dan Al Haikim)[36]
Dan selanjutnya anak di masa ini juga memerlukan perhatian yang lebih khusus Dari orang tua karena masa ini merupakan masa yang sangat mudah untuk terpengaruh oleh lingkungan dan siapa saja yang dia lihat
B. Langkah-langkah dalam Membina Pendidikan Dan Akhlak Anak
Anak merupakan amanah yang allah berikan kepada semua umat manusia, oleh karenanya manusia memiliki kewajiban untuk membina pendidikan dan Akhlak pada anak-anaknya dan akan dimintai pertanggungjawabannya .
Sebagaimana sabda nabi Muhammad Saw :
كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته
" Setiap kalian adalah pemimpin dan akan di mintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya"[37]
Pada sub ini penulis akan menyebutkan beberapa cara yang dapat di gunakan untuk mendidik anak bagi orang tua, karena orang tua adalah guru yang paling pertama sebelum anak memasuki pendidikan di sekolah.
Adapun langkah-langkah yang dapat di gunakan untuk mendidik anak di antaranya :
1. Dalam mendidik anak hendaknya orang tua selalu menjadi suri tauladan yang baik bagi anak karena seorang anak lebih dominan melakukan apa yang di lakukan orang tua walaupun tanpa mendapatkan perintah dari orang tua dari pada mendapat perintah dari orang tua tetapi sang anak tidak pernah melihat orang tua melakukan hal yang di perintahkan.
Oleh karena itu Allah swt menegaskan hal ini dan mengancam orang yang berkata atau memerintahkan pada orang lain tetapi dirinya tidak melakukan dengan sabdanya :
كبر مقتا عند الله عن تقولون ما لا تفعلون
Artinya :
" Amatlah besar kebencian di sisi Allah jika kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan."( QS. As Shaff (61) : 3)[38]
2. Selain menjadi suri tauladan orang tua selanjutnya merupakn motivator bagi semua anak-anaknya karena kesemangatan dan keberhasilan anak bisanya di pengaruhi juga oleh dukungan dan motivasi dari orang tua anak itu sendiri.
Sedangkan motivator dalam belajar ada dua macam yaitu : motivator yang bersifat intern dan ini merupakan motivator paling kuat dan paling penting. Misalkan : orang tua berusaha menggali dari dalam diri anak rasa cinta terhadap ilmu dan berperilaku baik layaknya beribadah kepada Allah serta taat kepadanya. Kemudian yang kedua yaitu motovator yang berasal dari eksternal seperti memberikan rangsangan dengan hadiah atau bonus sugesti.[39]
3. Konsisten dalam membantu seluruh kegiatan yang menunjang keberhasilan belajar anak dengan pengawasan dan bimbingan.bukan dengan mendikte dan memberikan perintah. Serta selalu merangsang anak dengan menanamkan sifat percaya diri di dalam dirinya.[40]
4. Orang tua tidak selalu memaksa anaknya dengan apa yang tidak mampu baginya dan tidak juga membiarkan anaknya untuk selalu bersantai-santai tanpa memikirkan waktu untuk belajar.
5. Orang tua hendaknya mengatur dan mengarahkan semua waktu anak agar anak dapat membagi waktu denan sebaik-baiknya, sehingga anak tahu mana waktu yang harus digunakan untuk bermain dan mana waktu yang harus di gunakan untuk belajar.
6. Dalam masalah budi pekerti orang tua hendaknya mendidik dan membiasakan anak dengan semua kegiatan yang bersifat fositif, seperti melaksanakan sholat, membaca do'a pada setiap akan melakukan pekerjaan dan selesai melakukan pekerjaan, berbicara dengan sopan santun, bersalaman dengan orang tua dan kerabat, dan lain sebagainya.
7. Orang tua juga memiliki perhatian khusus bagi anak dalam hal; memilih teman bergaul karena pergaulan juga memiliki pengaruh yang penting terhadap keberhasilan pendidikan anak dan dalam hal budi pekerti anak. Akan tetapi semua cara itu hanyalah sebagian yang dapat penulis sebutkan dan masih banyak lagi cara yang harus di perhatikan orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
C. Faktor Penyebab Sulitnya Mendidik Anak
Dalam rangka mendidik anak tentunya setiap orang tua akan selalu berharap akan sebuah keberhasilan, dalam kata lain tidak ada satupun orang tua yang menginginkan anaknya gagal dalam dunia pendidikan ataupun memiliki budi pekerti yang jauh dari kehendak orang tua tentunya orang tua akan berharap anaknya menjadi anak yang memiliki budi pekerti dan sopan santun di manapun berada.
Akan tetapi dalam mendidik anak orang tua akan menemukan beberapa kesulitan yang secara garis besar timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam.
1. Factor Intern sang anak, yakni hal-hal atau keadaan yang muncul dari jiwa anak sendiri.
2. Factor Ekstern sang anak, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar jiwa sang anak.
Kedua faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan yang antara lain tersebut di bawah ini
a. Faktor Intern Anak
Faktor intern anak meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik anak yaitu :
1) Yang bersifat kognitif ( ranah cipta ), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi anak.
2) Yang bersifat afektif ( rabah rasa ), antara lain seperti emosi dan sikap.
3) Yang bersifat psikomotor ( ranah karsa ), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar ( mata dan telinga ).
b. Faktor Extern Anak
Faktor Ekstern anak meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar anak. Factor ini di bagi menjadi tiga macam.
1) Lingkungan keluarga, contohnya : ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2) Lingkungan perkampungan / masyarakat, contohnya : wilayah perkampungan kumuh, dan teman sepermainan yang nakal.
3) Lingkungan sekolah, contohnya : kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
Demikianlah beberapa factor yang terkadang banyak mempengaruhi kesulitan berkembangnya pendidikan dan Akhlak anak baik di rumah, sekolah maupun di masyarakat[41].
BAB IV
PERANAN IBU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DAN MEMBINA AKHLAK ANAK
A. Peranan Ibu Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Anak
Setiap wanita dengan kekhususan karakteristiknya psikologisnya, selama ini dipandang cocok untuk melaksanakan tugas-tugas pendidikan termasuk pendidikan dalam keluarga dan anak-anaknya. Dasar-dasar ajaran islam yang dapat dijadikan pedoman bagi kaum wanita sebagai pendidik dalam keluarga dan anak-anaknya adalah hadits-hadits yang di sampaikan oleh rosulullah saw. Salah satunya adalah :
اكرموا اولادكم واحسنوا ادبهم ( ابن ماجه )
Artinya :
" Muliakanlah anakmu dan perbikilah budi pekerti mereka " ( HR. Ibnu Majah )[42]
Pendidikan anak dan keluarga yanل di perankan oleh sang ibu sebagi orang tua atau kepala rumah tangga, merupakan tugas yang harus dilakukan dengan sebaik-baiknya terutama dalam mendidik anak-anak mereka, karena anak merupakan amanah kepada orang tua.
Lingkungan pertama yang berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak adalah lingkungan keluarga, terutama pada usia pra sekolah dalam proses tersebut anak mencari tokoh yang di identifikasikan dengan dirinya tokoh utama yang berhubungan langsung dengan anak setiap hari adalah orang tuanya. Dari orang tualah anak mulai mengenal pendidikannya, dasar-dasar pandangan hidup, sikaphidup dan keterampilan hidup banyak tertanam sejak anak berada di tengah-tengah orang tuanya. Mereka dapat mengenalkan kepada anak segala hal yang ingin mereka beritahukan pada anak atau yang anak sendiri ingin mengetahuinya, begitulah seterusnya. Mulai dari hal yang baik sampai kepada hal yan buruk, dari bahasa cinta sampai bahasa benci, dan dari mulai hal yang konkritb sampai hal yang abstrak.
Karena pada umumnya ibulah yang selalu berada di dalam rumah, maka tokoh ibulah yang paling berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak. Oleh karena itu ibu mempunyai tangung jawab yang besar dalam tugas dan peranannya sebagi pendidik anak-anak.
Tugas pendidik anak-anak serta keluarga bukanlah suatu tugas yang mudah. Tetapi merupakan tugas yang harus di lakukan dengan penuh ketekunan ketabahan dan keikhlasan. Selain itu sebagai pendidik keluarga harus mempunyai bekal ilmu atau kemauan yang kuat untuk menjadikan anak-anaknya agar menjadi orang yang berguna bagi dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara serta tanah airnya. Itulah sebab mengapa wanita penting untuk di persiapkan untuk menjadikan anak-anaknya agar menjadi ibu yang di harapkan mampu menjalankan tugas sebagai pendidik. Sesuai dengan yang di katakana oleh orang bijak dalam syiir:
الام مدرسة اذا اعددتها اعددت شعبا طيب الاعراق
Artinya :
"Ibu adalah sekolah apabila engkau mempersiapkannya, engkau telah mempersiapkan bangsa yang memiliki dasar-dasar yang baik."[43]
Pendidikan anak-anak sangat terasa keprihatinannya, justru pada saat anak meningkatkan pada usia remaja. Remaja pada saat pancaroba ( strumun orang ) pada umumnya mengalami gejolak jiwa yang tidak terkendali dapat menimbulkan ketegangan dan keresahan dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Dan pengaruh dari luar lingkungan membawa kesan pada anak. Namun, pendidikan yang ditanamkan orang tua tetap meninggalkan dasar yang paling dalam bagi pendidikannya. Hal ini menunjukan bahwa tangung jawab yang di pikul orang tua memerlukan pemikiran dan perhatian yang besar.
B. Peranan Ibu Dalam Membina Akhlak Anak
Tidak kalah pentingnya dalam hal; memberikan perhatian keluarga adalah contoh keteladanan orang tua, baik ayah ataupun ibu. Sikap laku oran tua yang di landasi oleh ajaran agama merupakan contoh keteladanan yang sangat mengesankan dan berpengaruh positif terhadap pembentukan kepribadian anak.
Munculnya kenakalan remaja antara lain di sebabkan oleh kurang contohnya landasan agama pada diri remaja. Al Qur'an memberi peringatan agar para orang tua memberikan bimbingan dengan cara memberikan bimbingan dengan cara mendidik anggota keluarganya sesuai dengan ketentuan yang di ajarkan Allah dan Rasulnya, agar mereka tidak terjerumus kedalam kesengsaraan dan kenistaan yang menghancurkan kehidupan mereka baik di dunia maupun di akhirat kelak. Sebagaimana Allah telah memberi peringatan bagi semua orang Mu'min untuk selalu menjaga diri dan keluarganya dari api neraka.
Firman Allah dalam Al Qur'an surat At Tahrim ayat 06 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka."( QS. At Tahrim(66): 06)[44]
Ibu dan ayah karena kesibukannya masing-masing, bisa lalai akan kewajiban mendidik anak. Kelalaian ibu dan ayah ini akan menimbulkan masalah. Bukan hanya individual pada anak, melainkan juga social pada masyarakat. Anak sekalipun mempunyai orang tua, akan tumbuh seperti layaknya anak yatim, seorang anak akan menjadi sumber kerusakan karena kelalaian orang tua ini.
Atau secara khusus, pendidikan oran tua pada khususnya ibu menjadi pokok asal dalam kehidupan hendaknya suami memilih istri yang dapat mendidik dan menajar anak dengan baik. Dari uraian tersebut di atas, menunjukan bahwa peran wanita sebagai pendidikan itu sendiri sebagi dasar dan pusat dari kegiatan dalam rangka memberikan motivasi terhadap peranan ibu.
Dalam sejarah perkembangan manusia, sejak dulu seorang ibu telah menempati kedudukan yang penting dalam kehidupan keluarga sebagai sendi dasar kehidupan masyarakat. Seorang ibulah yang melahirkan generasi penerus yang merawat dan mendidik anak-anak. Yang memberikan segalanya untuk kepentingan kebahagian keluarga serta yan mencurahkan perhatiannya pada pembinaan norma-norma yang baik di lingkungan keluarganya. Peranan seorang ibu seperti itu pada hakikatnya secara langsung atau tidak telah memberikan dampak positif terhadap pembinaan moral anak.
C. Hubungan Biologis Ibu Dalam Perkembangan Kecerdasan Dan Watak Anak[45]
Sebagaimana telah penulis singgung di depan bahwasannya ibu merupakan orang yang terdekan dengan anak-anaknya sehingga ibu memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan kecerdasan dan pembentukan watak anak. Hal ini di sebabkan oleh faktor genetk dari seorang ibu.
Faktor genetik adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kecerdasan seseorang. Jika Anda ingin mempunyai anak yang cerdas, carilah seorang istri yang cerdas, karena ternyata kecerdasan anak diturunkan dari ibu.
Menurut neurolog sekaligus Kabid Pemeliharaan Peningkatan Intelegensia Kesehatan Depkes RI, Adre Mayza, SpK (K), dasar pembentukan intelegensia seseorang dipengaruhi oleh 3 hal yaitu nutrisi, stimulasi dan genetik atau keturunan.
Meski tidak mempengaruhi seutuhnya, namun banyak juga anak yang terlahir cerdas dari orang tua yang cerdas. “Gen ibu lebih banyak berperan pada kecerdasan anak. Kalau anaknya cerdas, biasanya ibunya juga cerdas. Sebenarnya hubungan antara kecerdasan anak dengan ibunya bisa dilihat secara alamiah ketika ibu baru melahirkan. Sebagai contoh “Bayi bisa mencari puting susu ibunya sendiri, itu sudah jadi pertanda,”
Otak setelah lahir memiliki kemampuan berkembang yang cepat. Penglihatan lebih dulu berkembang daripada pendengaran dan separuh perkembangan intelektual seseorang berlangsung di bawah usia 4 tahun.
Oleh karena itu, ibu mempunyai pengaruh yang sangat besar untuk perkembangan kecerdasan anak. “Stimulasi janin dengan musik-musik alam, binatang atau musik klasik, perbanyak konsumsi makanan yang mengandung omega 3 dan berikan stimulasi yang tepat ketika sudah lahir untuk menghasilkan anak yang cerdas,”
Namun meskipun begitu, menurut Prof. Dr. Jalaludin Rahmat, pakar komunikasi dan penulis buku ‘psikologi komunikasi’, faktor genetik atau keturunan bisa dikalahkan oleh faktor lingkungan dan nutrisi. “Nurture atau lingkungan bisa mengalahkan nature atau warisan biologis jika otak terus distimulasi,” jelas Jalaludin.
Sejak publikasi sebuah penelitian di tahun 2004 yang digagas oleh tim peneliti yang dikepalai seorang ahli genetika dari sebuah universitas di Netherland, Dr. Ben Hamel, menyebutkan bahwa kecerdasan seorang anak secara dominan dipengaruhi oleh gen ibunya. Di dalam publikasi ini, tim ahli tadi membahas tentang faktor kecerdasan seorang anak yang berkaitan erat dengan Kromosom X dari DNA yang diturunkan secara genetik sehingga dikenal dari banyak penelitian terdahulu sebagai gen pembawa kecerdasan.
Dari penelitian mereka, tingkat kecerdasan anak mereka temukan berkaitan erat dengan kromosom X yang berasal dari sang ibu, dan lebih jauh mereka menjelaskan bahwa dalam keadaan normal setiap manusia memiliki 23 pasang kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom autosomal dan sepasang kromosom seksual. Ada 23 kromosom yang berasal dari ibu (disebut kromosom XX) dan 23 lagi dari ayah yang dikenal sebagai kromosom XY. Kromosom dari ayah dan ibu tadi akan melebur di saat pembuahan terjadi menjadi kromosom baru dalam tubuh si anak dan selanjutnya akan terjadi pembelahan sel secara mitosis hingga setiap sel dalam tubuh manusia akan membawa informasi genetik yang sama. Dari pandangan tersebut, mereka menemukan bahwa ibu yang memiliki 23 pasang kromosom XX sebagai gen pembawa kecerdasan yang lebih dominan tadi lebih berperan dalam menentukan kecerdasan anaknya. Secara tidak langsung publikasi ini menyimpulkan bahwa ibu yang cerdas akan cenderung menurunkan kecerdasan tersebut pada anaknya ketimbang ayahnya.
D. Dalil- Dalil Tentang Kewajiban Orang Tua Dalam Mendidik Anak-Anaknya
1. Dalil-dalil dalam Al Qur'an
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka."( QS. At Tahrim(66): 06 )[46]
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
Artinya :
" harta dan anak-anak adalah perhiasan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi sholeh lebih baik pahalanya di sisi tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan."
( QS. Al Kahfi (18): 46 )[47]
2. Dalil-dalil dalam Hadits
علموا اولادكم غير ما علمتم فانهم خلقوا لزمن غير زمنكم
Artinya :
"Ajarilah anak-anakmu ( dengan pengetahuan )yang bukan seperti kamu pelajari, karena mereka di ciptakan untuk generasi zaman yang berbeda dengan zamanmu."[48]
اكرموا اولادكم واحسنوا ادبكم ( ابن ماجه )
Artinya :
" Muliakanlah anakmu dan perbikilah budi pekerti mereka[49] " ( HR. Ibnu Majah )
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian yang telah penulis uraikan di atas dapat penulis simpulkan :
- Pendidikan adalah usaha menuntun segenap kekuatan kodrat yang ada pada anak agar dapat mencapai kesempurnaan hidup sedangkan Akhlak adalah ungkapan tentang sikap jiwa yang menimbulakan perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan atau pikiran lebih dulu .
- Oleh karena itu Pendidikan dan Akhlak merupakan dua hal yang keberadaannya harus selalu bersama dan memiliki hubungan yang sangat erat.
- Dalam rangka memajukan serta membina pendidikan dan Akhlak seorang ibu ternyata memiliki peran yang sangat penting hal ini disebabkan karena gen seorang ibu sangat memiliki pengaruh terhadap berkembangnya kecerdasan anak.
- Mendidik anak merupakan suatu keharusan bagi kedua orang tua karena anak merupakan amanat yang besok akan di mintai pertanggungjawabannya oleh allah swt.
- Beberapa faktor yang akan muncul dalam membina pendidikan dan Akhlak anak merupakan hal selalu menjadi perhatian orang tua karena hal ini akan berdampak pada keberhasilan dalam membina pendidikan dan Akhlak terhadap anak.
B. Saran-Saran
Merupakan salah satu anugrah yang allah berikan kepada umat manusia di antaranya adalah Allah memberikan keturunan berupa seorang anak, anak adalah titipan dan amanah yang allah bebankan kepada umat manusia dan meruapakan salah satu dari perhiasan dunia sebagamana firman Allah swt :
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
Artinya :
" harta dan anak-anak adalah perhiasan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi sholeh lebih baik pahalanya di sisi tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan."( QS. Al Kahfi (18): 46 )[50]
Oleh karena itu sangatlah besar kewajiban untuk menjaga anak-anak yang di amanahkan allah kepada orang tua khususnya seorang ibu yang merupakan orang terdekat dengan anak. Melalui risalah yang sederhana ini, penulis merasa perlu memberikan saran-saran walaupun sedikit, tetapi semoga bermanfaat bagi diri penulis pada khususnya maupun bagi orang lain.
Di antara saran-saran penulis diantaranya :
1. Bagi semua orang tua hendaknya untuk lebih memperhatikan keberadaan anaknya terutama dalam masalah pendidikan dan Akhlak yang merupakan kewajiban orang tua yang besok akan di mintai pertanggungjawaban oleh allah Swt.
2. Wahai para ibu anak adalah titipan allah yang keseluruhannya akan di kembalikan kepada pemilik anak tersebut oleh karenanya perhatikanlah pendidikan dan Akhlak sang anak karena anak merupan orang yang selalu dekat dengan ibu.
3. Mulailah untuk membina anak-anak dari mulai usia pertumbuhan karena dari sinilah anak akan menemukan pendidikannya secara perlahan-lahan.
4. Perhatikanlah perkembangan anak secara khusus karena anak akan memiliki kesemangatan dalam belajar apabila mendapat perhatian dari orang tua.
C. PENUTUP
Dengan selesainya risalah ini, penulis tak lupa memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT karena hanya dengan pertolongan darinyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan risalah ini. Dan mudah-mudahan risalah yang telah penulis selesaikan ini diberikan kemanfaatan sehingga mendapat nilai pahala.
Akan tetapi dengan selesainya risalah ini pula tentunya banyak sekali kekurangan yang dapat terlihan dan nampak pada risalah ini karena semua hal yang telah sempurna pasti akan nampaklah kekurangannya sebagaimana disebutkan dalam salah satu makalah arab
اذا تم الامر بدا نقصه
Artinya :
"Ketika telah sempurna suatu perkara maka akan tampak kekurangannya".
Oleh karena itu penulis sangat berharap khususnya kepada pembimbing dan kepada semua pmbaca untuk memberiakan kritik dan saran, sehingga risalah ini mendapatkan penambahan yang nantinya dapat menuai hasil yang sempurna, karena penulis menyadari bahwa penulisan risalah ini masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Hal ini di sebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis yang tidak pernah dari kekurangan dan kesalahan.
Penulis berharap dengan perantaraan risalah ini akan memberikan manfaat bagi penulis sendiri pada khususnya dan para pembaca pada umumnya, dengan mengaflikasikan isi dari risalah ini dalam membina keluarga dan anak.
Penulis
Mukromin
DAFTAR PUSTAKA
Lajnah Pentashih Al Qur'an, Al Qur'an dan Terjemahnya, ( Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2006 )
Al Khobuwi Asyakir Utsman Bin Hasan Bin Ahmad, Durrotun Nashihin, ( Surabaya : Daar Ihya Al Kutub Al Arobiyyah )
Ad Dimyathi As Sayid Abu Bakar bin Muhammad Syatho, Kifayatul At Qiya Fi Thoriqil Aulia, ( Surabaya : Dar Al Ihya Al Kitab Al Arobiyah )
Baihaqi Imam, Sunan Kubro Lil Baihaqi, ( Kairo : Dar Al Hadits )
Partanto Pius A, Al Barry M. Dahlan, Kamus Ilmiyah Populer, ( Surabaya : Arkola )
Syah Muhibbin, M.Ed, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004 )
Abdullah Muhsin, Hubungan Pendidikan Dengan Tingkah Laku Siswa, (Jakarta: Fakultas Tarbiyah STAI Shalahuddin Al Ayyubi, 2003)
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, ( Yogyakarta : PT. Andi Ofset, 2000 ), jilid 1 dan 2
Narbuko Kholid, Metodologi Penelitian Sosial, ( Semarang : Fakultas Tarbiyah IAIN Wali Songo Semarang, 1989 )
Drawer,James Kamus Psikologi, (Jakarta : Bina Aksara, 1998M), Terj, Nanci Simanjuntak. Cet.I
Tim penyusun kamus besar bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: balai pustaka, 1990), Cet.III
Rohman Arif, Memahami Pendidikan Dan Ilmu Pendidikan, ( yogyakarta : laksbang mediatama, 2009 ) Cet. I
Al Ghalayin Musthofa, 'Idhotun Nasyiin, ( Beirut : Al maktabah Al Ashriyyah Li At Thoba'ah Wan Nasyr )
Al Ghalayin Musthofa, 'Idhotun Nasyiin, terjemah H. M. Fadlil Sa'id An Nadwi ( Surabaya : Al Hidayah)
Abdullah Muhsin, Hubungan Pendidikan Dengan Tingkah Laku Siswa, (Jakarta : Fakultas Tarbiyah STAI Shalahuddin Al Ayyubi, 2003)
Al Imam Abi Hamid Muhammad Ibn Muhammad Al Ghazali, Ihya 'Ulum Ad Diin, ( Semarang : Karya Toha Putra ) juz 3
Kholis Majid Nur, Risalah Peran Pendidikan Agama Bagi Pertumbuhan Anak, ( Jakarta : Pt. Wacana Islam, 1999 )
Mujtaba Sayid, Psikologi Islam, ( Bandung : Pt. Hidayah, 1990 )
Miskawih Ibnu, Tadzhib Al Akhlak Wa Tahtir Al A'roq, ( Mesir : Al Mathbaah Al Mishriyah, 1934 ) cet. I
An Nahlawi Abdurahman, prinsip-prinsip dan METODA PENDIDIKAN ISLAM dalam keluarga, sekolah dan di masyarakat, ( Bandung : cv. DIPONEGORO, 1996 )
Quthb Ali Muhammad, Sang Anak Dalam Naungan Pendidikan Islam, ( Bandung : cv. Diponegoro, 1993 ), cet. III
Bukhori Imam, Shohih Bukhori, ( Kairo : Daarul Hadits, 2004 ), juz 3
Hafidz Abi Abdillah Muhammad Bin Yazid Al Ghozwani, Sunan Ibnu Majah, ( Kairo : Daarul Hadits, 1998 ), cet. I, juz 3
M. Afnan Ghafidh, A. Ma'ruf Asrori, Tradisi Islami, ( Surabaya : Kalista, 2008 ), cet. III
Al Jauzi Qayim Ibunul, Tuhfatul Maudud Fi Ahkamil Maulud, ( damaskus : Daar Al Bayan )
Tim Islam Online, seni belajar strategi menggapai kesuksesan anak, ( Jakarta : Khalifa, 2006 ) cet. I
Zarkasi Imam Dan Syubani Imam, Durus Al Lughot Al 'Arobiyyah, ( Ponorogo : Tri Murti Gontor Fres ) juz. II
Syaikh Muhammad Bin Umar An Nawawi Al Bantani, Tanqihul Qoul Al Hatsis, ( Semarang : Toha Putra )
Moh. Ali Asy Syafi'i Asy Syinwani, Hasyiyah 'Ala Mukhtashar Ibnu Abi Jamroh Lil Bukhori, ( Semarang : Toha Putra )
Ahmad Al Hasyimi As Sayyid, Mukhtarul Ahadits An Nabawiyyah Wal Hikam Al Muhammadiyyah, ( Semarang : Toha Putra )
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Mukromin
Tempat, Tanggal Lahir : Subang, 10 Juni 1990
Alamat : Dsn. Kotasari Ds. Kalensari Rt. 11/03
Kec. Compreng Kab. Subang 41258 Jawa barat
Orang Tua
Ayah Jaelani
Ibu : Muinah
Pendidikan : SDN Sukajaya Lulus Tahun 2003
MMA Al Hikmah 1 Benda Lulus Tahun 2009
Tahun 2009 tercatat sebagai mahasiswa
Ma’had ‘Aly Al Hikmah Benda sampai sekarang
[1] Lajnah Pentashih Al Qur'an, Al Qur'an dan Terjemahnya, ( Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2006 )juz. 30, hal. 598
[2] Ibid, juz. 16, hal. 304
[3] Utsman Bin Hasan Bin Ahmad Asyakir Al Khobuwi, Durrotun Nashihin, ( Surabaya : Daar Ihya Al Kutub Al Arobiyyah ), hal. 15
[4] As Sayid Abu Bakar bin Muhammad Syatho Ad Dimyathi, Kifayatul At Qiya Fi Thoriqil Aulia, ( Surabaya : Dar Al Ihya Al Kitab Al Arobiyah ) hal. 48
[5] Imam Baihaqi, Sunan Kubro Lil Baihaqi, ( Kairo : Dar Al Hadits ) Juz 10, hal. I92
[6] Pius A Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiyah Populer, ( Surabaya : Arkola ) hal. 122
[7] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004 ), hal.10
[8] Muhsin Abdullah, Hubungan Pendidikan Dengan Tingkah Laku Siswa, (Jakarta : Fakultas Tarbiyah STAI Shalahuddin Al Ayyubi, 2003) hal. 13
[9] Sutrisno Hadi, Metodologi Research, ( Yogyakarta : PT. Andi Ofset, 2000 ), jilid 1 dan 2, hal. 26
[10] Kholid Narbuko, Metodologi Penelitian Sosial, ( Semarang : Fakultas Tarbiyah IAIN Wali Songo Semarang, 1989 ), hal. 137
[11] James Drawer, Kamus Psikologi, (Jakarta : Bina Aksara, 1998M),terj, nanci simanjuntak. Cet.I,hal.488
[12] Tim penyusun kamus besar bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: balai pustaka, 1990), Cet.III, hal. 191
[14] Tim penyusun kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1991), Cet.II,hal. 232.
[15] Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004 ), hal.10
,
[16] Arif Rohman, Memahami Pendidikan Dan Ilmu Pendidikan, ( yogyakarta : laksbang mediatama, 2009 ) Cet. I, hal. 8
[17] Muhsin Abdullah, Hubungan Pendidikan Dengan Tingkah Laku Siswa, (Jakarta : Fakultas Tarbiyah STAI Shalahuddin Al Ayyubi, 2003) hal. 13
[18] Al Imam Abi Hamid Muhammad Ibn Muhammad Al Ghazali, Ihya 'Ulum Ad Diin, ( Semarang : Karya Toha Putra ) juz 3 hal. 52
[19] Nur Kholis Majid, Risalah Peran Pendidikan Agama Bagi Pertumbuhan Anak, ( Jakarta : Pt. Wacana Islam, 1999 ) hal. 14
[20] Sayid Mujtaba, Psikologi Islam, ( Bandung : Pt. Hidayah, 1990 ) hal. 45
[21] Ibnu Miskawih, Tadzhib Al Akhlak Wa Tahtir Al A'roq, ( Mesir : Al Mathbaah Al Mishriyah, 1934 ) cet. I, hal. 40
[22] Arif `rohman, Memahami Pendidkan Dan Ilmu Pendidikan, ( yogyakarta : laksbang mediatama, 2009 ), cet. I hal 202
[23] Ibid, hal 203
[24] Abdurahman An Nahlawi, prinsip-prinsip dan METODA PENDIDIKAN ISLAM dalam keluarga, sekolah dan di masyarakat, ( bandung : cv. DIPONEGORO, 1996 ), hal. 101
[25] Ibid, hal. 102
[26] Ibid, hal. 105
[27] Muhammad Ali Quthb, Sang Anak Dalam Naungan Pendidikan Islam, ( Bandung : cv. Diponegoro, 1993 ), cet. III, hal. 37
[28] As Sayyid Ahmad Al Hasyimi, Mukhtarul Ahadits An Nabawiyyah Wal Hikam Al Muhammadiyyah, ( Semarang : Toha Putra ) hal. 150
[29] Ibid, hal. 40
[30] Imam Bukhori, Shohih Bukhori, ( Kairo : Daarul Hadits, 2004 ), juz 3, hal. 451
[31] Hafidz Abi Abdillah Muhammad Bin Yazid Al Ghozwani, Sunan Ibnu Majah, ( Kairo : Daarul Hadits, 1998 ), cet. I, juz 3, hal. 120
[32] M. Afnan Ghafidh, A. Ma'ruf Asrori, Tradisi Islami, ( Surabaya : Kalista, 2008 ), cet. III, hal. 67
[33] Al Imam Abi Hamid Muhammad Ibn Muhammad Al Ghazali, Ihya 'Ulum Ad Diin, ( Semarang : Karya Toha Putra ) juz 3 hal. 69
[34] Muhammad 'Ali Quthb, Sang Anak Dalam Naungan Islam, ( Bandung : CV. Diponegoro, 1993 ) Cet. II, hal 58
[35] Ibunul Qayim Al Jauzi, Tuhfatul Maudud Fi Ahkamil Maulud, ( damaskus : Dar Al bayan ) hal. 240
[36] Muhammad Ali Quthb, of. Cit.hal. 37
[37] Moh. Ali Asy Syafi'i Asy Syinwani, Hasyiyah 'Ala Mukhtashar Ibnu Abi Jamroh Lil Bukhori, ( Semarang : Toha Putra ), hal. 69
[38] Ibid, juz. 28, hal. 552
[39] Tim Islam Online, seni belajar strategi menggapai kesuksesan anak, ( Jakarta : Khalifa, 2006 ) cet. I, hal. 43
[40] Ibid, hal. 44
[41] Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004 ), hal.
[42] Syaikh Muhammad Bin Umar An Nawawi Al Bantani, Tanqihul Qoul Al Hatsis, ( Semarang : Toha Putra ), hal 47
[43] Imam Zarkasi Dan Imam Syubani, Durus Al Lughot Al 'Arobiyyah, ( Ponorogo : Tri Murti Gontor Fres ) juz. II, hal. 47
[44] Lajnah Pentashih Al Qur'an, Al Qur'an dan Terjemahnya, ( Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2006 ) juz. 28, hal. 561
[45] https://babyorchestra.wordpress.com/tag/gen-ibu-pada-kecerdasan-anak/
[46] Lajnah Pentashih Al Qur'an, Al Qur'an dan Terjemahnya, ( Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2006 ) juz. 28, hal. 561
[47] Ibid, juz. 15, hal. 300
[49] Syaikh Muhammad Bin Umar An Nawawi Al Bantani, Tanqihul Qoul Al Hatsis, ( Semarang : Toha Putra ), hal 47
[50] Lajnah Pentashih Al Qur'an, of. Cit, juz. 15, hal. 300
Tidak ada komentar:
Posting Komentar