Rabu, 10 Oktober 2012

Inovasi Pendidikan Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Dalam Membekali Santri Untuk Membekali Santri Untuk Menghadapi Modernisasi


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Berbicara tentang dunia pesantren sebagai center of exellen (pusat kajian keilmuan) akan selalu menarik untuk dikaji, baik dalam konteks kelembagaan, perilaku santri, maupun kehidupan para tokohnya. bukan saja karena eratnya kaitan unik antara pesantren dan masyarakat, bermacam tradisi kasnya, liku sejarah berdirinya, namun juga karena “keluarbiasaan” pesantren dalam mengawal bangsa selama lebih dari 300 tahun. selama kurun waktu itu pesantren teleh ikut mencerdaskan putra putri bangsa,turut berperaan aktif membangun bangsa.
            Dalam perspektif historis perkembangan pendidikan diindonesia, maka pondok pesantren menempati garda terdepan sebagai penyelenggara pendidikan. jauh sebelum masa kemerdekaan,pondok pesantren telah menjadi sistem pendidikan diindonesia. hampir diseluruh pelosok nusantara terdapat lembaga pendidikan yang kurang lebih serupa dengan pesantren meski dengan nama yang berbeda. hal ini dapat diketahui dengan banyaknya pesantren yang didirikanya jauh sebelum masa kemerdekaan. Sehingga, pesantren pada waktu itu banyak yang dibubarkan, bahkan dihancurkan oleh pemerintah belanda karena dianggap sistem pendidikanya menentang pemerintahan kolonial belanda yang pada waktu itu sedang menjajah Indonesia.
            Sebagai penyelengara pendidikan, pesantren didalamnya selalu ditemui interaksi aktif antara kyai sebagai guru dan santri sebagai murid, khususnya dalam bentuk kajian khazanah keislaman melalui buku teks-teks klasik(kitab kuning) dan bahasan  lain yang biasanya diselenggarakan dimasjid,  musola, asrama (pondokan), rumah kyai hingga ruang kelas. dari situlah terjadi pentransferan keilmuan pesantren dari kyai kesantri.dari interaksi antara kyai dan santri inilah pada giliranya telah melahirkan beragam model pembelajaran dan transformasi keilmuan dipesantren. lebih dari itu, Interaksi kyai dan santri didunia pesantren telah melahirkan ragam pendekatan, pola dan model pembelajaran yang mempunyai ciri khas tersendiri dibanding dengan lembaga pendidikan lainya.[1]
            Dalam struktur pendidikan nasional, pesantren merupakan mata rante yang sangat penting. hal ini tidak hanya karena historis kemunculanya yang relativ lama, akan tetapi karena pesantren juga telah secara signifikan ikut andil dalam upaya ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.
Lembaga pesantren semakin berkembang secara cepat dengan adanya sikap noo­­­­­ kooperatif ulama terhadap kebijakan ’’politik etis’’ pemerintah kolonial belanda pada ahir abad ke 19. kebijakan pemerintah kolonial ini dimaksudkan sebagai balas jasa kepada rakyat Indonesia dengan memberikan pendidikan modern termasuk budaya barat. Namun pendidikan yang diberikan sangat terbatas, baik dari jumlah yang mendapat kesempatan mengikuti pendidikan maupun dari segi tingkat pendidikan yang diberikan.[2] Sikap noo-kooperatif dan silent opposition para ulama itu kemudian ditunjukan dengan mendirikan pesantren didaerah-daerah yang jauh dari kota untuk menghindari intrevensi pemerintah kolonial serta memberikan kesempatan kepada rakyat yang belum memperoleh pendidikan. Bagai para kyai pesantren,pembaruan pemikiran keagaman sejatinya tetap  merupakan suatu keniscayaan, namun tidak dengan meninggalkan tradisi keilmuan  para ulama terdahulu yang masih relevan.
Propaganda pendidikan modern yang diusung oleh belenda tentusaja berdampak pada sistem pendidikan pesantren. tentusaja dengan kehadiran lembaga pendidikan itu, sistem pendidikan pesantren agak terancam. meskipun demikian, kecurigaan pesantren terhadap ancaman lembaga pendidikan kolonial belanda tidak selalu berbentuk penolakan secara apriori.karena dibalik penolakanya, ternyata diam-diam pesantren memperhatikan metode yang digunakan untuk kemudian dicontohnya. fenomena menolak sambil mencontoh tampak dalam perkembangan pesantren dijawa. hal ini terlihat, misalnya dengan diajarkanya pengetahuan umum semisal bahasa melayu, bahasa belanda, sajarah ilmu hitung, ilmu bumi  dan ilmu-ilmu  yang lainnya.
Pada tahun 1943, Wahid Hasyim atas persetujuan ayahnya KH. Hasyim Asy’ari mendirikan madrasah nidlomiyah, dimana  pengajaran pengetahuan umum mencapai 70% dari keseluruhan yang diajarkan.[3]
Perkembangan awal pesantren inilah yang menjadi cikal bakal dan tipologi unik lembaga pesantren yang berkembang hingga saat ini. pada paruh abad ke-20 dapat diamati adanya dorongan arus besar dari pendidikan ala barat yang dikembangkan pemerintah Belanda dengan mengenalkan sistem sekolah. Dikalangan pemimpin-pemimpin islam, kenyataan ini direspon secara positif dengan memperkenalkan sistem pendidikan berkelas dan berjenjang dengan nama “madrasah” (yang dalam beberapa hal berbeda dengan  sistem”sekolah”).
Meskipun demikian, semua perubahan itu sama sekali tidak mengurangi identitas pesantren dari akar kultural dan keunikanya. secara umum pesantren tetap memiliki fungsi-fungsi sebagai : (1) lembaga pendidikan yang melakukan transfer ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi aldin )  dan nilai-nilai islam (Islamic values), (2) lembaga pendidikan yang melakukan kontrol sosial (social control), dan (3) lembaga keagamaan yang melakukan rekayasa sosial (social engineering).[4]
Sejalan dengan kecenderungan deregulasi dibidang pendidikan, penyetaraan pendidikan juga diarahkan kepada pesantren yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan ilmu-ilmu umum meski tidak menerapkan kurikulum nasional, sehingga saat ini sudah ada pesantren yang telah mendapatkan status sertifikasi  (disamakan dengan pendidikan umum) seperti halnya pesantren Gontor (Ponorogo). Sedangkan pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam bentuk Madrasah Diniyah (MD), seperti pesantren Lirboyo (Kediri) dan pesantren Tegal Rejo (Magelang) dan pesantren yang hanya sekedar menjadi  tempat pengajian (pesantren salafiyah) telah memperoleh penyetaraan melalui SKB Dua Mentri (Menag dan Mendiknas) No. 1/U/KB/2000 dan No.MA/86/2000, tertanggal 30 Maret 2000. SKB ini memberikan kesempatan pada pesantren salafiyah untuk ikut menyelenggarakan pendidikan dasar sebagai upaya memprecepat pelaksanaan program wajib belajar, dengan persaratan kurikulumnya. SKB ini memiliki implikasi yang sangat besar, karena dengan demikian eksistensi pendidikan pesantren salafiyah tetap terjaga, bahkan dapat memenuih ketentuan sebagai pelaksana wajib belajar pendidikan dasar.[5]            
Mempertimbangkan proses perubahan yang terjadi dipesantren, tampak bahwa hingga dewasa ini lembaga tersebut telah memberi kontribusi penting dalam penyelenggaraan  pendiikan nasional. keberadaan pesantren sebagai lembaga pendidikan,baik yang masih mempertahankan sistem pendidikan tradisionalnya maupun yang sudah mengalami perubahan,memiliki pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia. dari waktu ke waktu, pesantren semakin tumbuh dan berkembang baik kuantitas maupun kualitasnya. tidak sedikit dari masyarakat yang masih menaruh perhatian besar terhadap pesantren sebagai pendidikan alternatif. terlebih lagi dengan berbagai inovasi sIstem pendidikan yang dikembangkan pesantren dengan mengadopsi corak pendidikan umum,menjadi pesantren semakin kompetitif untuk menawarkan pendidikan dikhalayak masyarakat. Maski sudah melakukan berbagai inovasi pendidikan, sampai saat ini pendidikan pesantren tidak kehilangan karateristiknya yang unik yang membedakan dirinya dengan model pendidikan umum yang diformulasikan dalam bentuk sekolahan. Pendidikan pesantren juga dapat dikatakan sebagai modal sosial dan bahkan soko guru bagi perkembangan pendidikan nasional diindonesia. Karena pendidikan pesantern yang berkembang   sampai saat ini dengan berbagai ragam modelnya senantiasa selaras dengan jiwa, semangat, dan kepribadian bangsa Indonesia yang mayoritas beragama islam.maka dari itu, sudah sewajarnya apabila perkembangan dan pengembangan pendidikan pesantren akan memperkuat karakter sosial sistem pendidikan nasional yang turut membambantu melahirkan sumberdaya manusia Indonesia yang memiliki kehandalan penguasaan pengetahuan dan kecakapan teknologi yang senantiasa dijiwai nilai-nilai luhur keagamaan. pada ahirnya, sumberdaya manusia yang dilahirkan dari pendidikan pesantren ini secara ideal dan praktis dapat berperan dalam setiap proses perubahan sosial menuju terwujudnya tatanan kehidupan masyarakat bangsa yang paripurna.
Terkait dengan problematika pendidikan pesantren dalam interaksinya dengan perubahan sosial akibat modernisasi ataupun globalisasi, tantangan yang dihadapi pesantren semakin hari semakin besar, kompleks, dan mendesak maka tampak bagai mana dunia pesantren dituntut proaktif untuk merekonstruksi eksistensi dirinya dalam konteks modernitas disatu pihak, dan dipihak lain untuk tetap mempertahankan ciri khas tradisinya. dengan demikian, pesantren harus ‘membenahi’ dirinya untuk menjadi salah satu sub sistem  pendidikan yang siap mengembangkan iptek. kalangan internal pesantren dituntut untuk tidak hanya menguasai disiplin keilmuan agama tetapi juga harus menguasai disiplin keilmuan umum. dalam hal ini pesantren sebenarnya sudah mulai melakukan pembenahan pada aspek kelembagaan, baik pada tataran manajemen, organisasi, administrasi, sarana dan prasarana pendidikan, pengelolaan keuangan, dan ketenaga pendidikan. salah satu bentuk aspek pembenahan tersebut  adalah dengan adanya pengembangan pendidikan formal (sekolah), mulai tingkat SD sampai perguruan tinggi dilingkungan pesantren dengan menawarkan perpaduan kurikulum keagamaan dan kurikulum nasional serta perangkat ketrampilan teknologis yang dirancang secara sistematis. tawaran berbagai model pendidikan formal mulai SD uggulan, madrasah Aliyah program kusus  (MAPK), SLTP  dan SMU plus yang dikembangkan pesantren pun sangat kompetitif sebagai daya tarik masyarakat luas. sebab dari model pendidikan formal inilah ada semacam jaminan keungulan out put dari pesantren yang siap bersaing dalam berbagai sektor kehidupan sosial. pengembangan model pendidikan formal semacam ini telah menjadi trend yang telah diadopsi oleh pondok pesantren ditanah air, seperti halnya pondok pesantren Al hikmah Benda Sirampog Brebes   dengan memadukan kurikulum pesantren, kurikulum kemeneg, serta kurikulum nasional. sebagai lembaga pendidikan, pesantren Alhikmah berusaha merespon terhadap  globalisasi (kemajuan zaman), serta berupaya mengambil langkah untuk meningkatkan life skiil kepada setiap santrinya dengan menghadirkan lembaga pendidikan diantaranya Taman Kanak-Kanak (TK), Madrasah Ibtidaiyah Tamrinnusibyan (MIT), Madrasah Tsanawiyah (MTS), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA) 2 Terpadu, SMK Wicaksana (Program Keahlian Farmasi dan Keperawatan), Madrasah Muallimin Muallimat (MMA) Khusus kitab kuning, AKPER (Akademi Keperawatan), Ma’had Aly, serta sekolah tinngi agama islam AL hikmah  (STAIA). Dengan adanya pembaharuan pendidikan dipondok pesantren Al hikmah ini, diharapkan dapat menghasikan out put yang diharapkan oleh masyarakat umum dan siap bersaing ditengah kehidupan yang modern. Tepat apa yang dikemukakan K.H. Sahal Mahfud:
       Kalau pesantren ingin berhasil dalam pengembangan masyarakat yang salah satunya adalah pengembangan semua sumberdaya, maka pesantren harus melengkapi dirinya dengan tenaga yang terampil mengelola sumberdaya yang ada dilingkunganya, disamping syarat yang lain yang diperlukan untuk berhasilnya pengembangan masyarakat.Sudah barang tentu ,pesantren harus tetap menjaga potensinya sebagai lembaga pendidikan.[6]
Tuntutan atau dinamika zaman perlu direspon oleh pesantren dengan berbagai perubahan dalam pengelolaan pendidikannya. Perubahan memang diperlukan dan hal itu sesuatu yang abadi  sepanjang kehidupan manusia, selama itu hal yang baik. dalam dunia pesantren sebenarnya telah dipegang kaidah al- muhafadlatu ‘ala al-qodimi al-shalih wa al-akhdzu bi al-jadidi al-ashlah (melestarikan khazanah lama yang masih relefan dan mengambil sesuatu  yang baru yang lebih baik).
Adanya perubahan sosial yang demikian cepat sebagai akibat dari modernisasi menimbulkan berbagai tantangan baru, tidak terkecali pesantren. karena itu, pesantren sebagai instiusi sosial yang telah banyak memberikan konstribusi basar dalam pengembangan kehidupan rohaniah masyarakat muslim, dituntut untuk dapat menjawab segala persoalan yang ditimbulkan dari arus perubahan sosial tersebut.
Oleh karenanya, pesantren kedepan agar mempersiapkan santrinya memasuki dunia global, para santri perlu dibekali bukan  saja hanya penguasaan ilmu-ilmu melalui kitab klasik (kitab kuning), tetapi pesantren sudah harus melakukan pembelajaran melalui sarana teknologi dan memperkanalkan santrinya dengan teknologi sehingga santri nantinya tidak gagap (shock condition) dengan kemajuan teknologi ketika berbaur ditengah kehidupan masyarakat luas.[7]    

B.     Rumusan Masalah
Dilihat dari latar belakang diatas, maka untuk mempermudah penulisan sekripsi ini penulis akan merumuskan masalahnya dalam rumusan sebagai   berikut:
1.      Bagaimanakah inovasi lembaga pendidikan pondok pesantren Al hikmah  2 terhadap modernisasi
2.      Bagaimanakah metode pembelajaran dilembaga pendidikan pondok pesantren  Al hikmah 2 ?
3.      Apakah pondok pesantren Al hikmah 2 Benda ikut berperan aktif dalam mengembangkan pendidikannya terhadap tuntutan modernisasi ?

C.    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang kami lakukan dan kami aplikasikan    dalam penyusunan skripsi ini adalah :
1.      Untuk mengetahui inovasi lembaga pendikan pondok pesantren Al hikmah 2 terhadap tuntutan modernisasi
2.      Untuk mengetahui metode pembelajaran dilembaga pendidikan pondok pesantren Al hikmah.
3.      Untuk mengetahui peran aktif lembaga pendidikan Al hikmah 2 didalam mengembangkan pendidikannya terhadap tuntutan modernisasi.

D.    Kerangka pemikiran
         Dalam kerangka pemikiran ini, penulis menguraikan pengertian dari judul skripsi ini yang tentunya akan mencerminkan dari isi skripsi penelitian , antara lain : kata “ inovasi “ berasal dari inovation ( inggris), sering diterjemahkan sebagai suatu hal yang baru atau pembaharuan, namun ada pula yang menggunakan kata tersebut untuk menyatakan penemuan  (invention) , karena hal yang baru itu merupakan hasil penemuan.  Ada juga yang mengaitkan antara pengertian inovasi dengan  “ modernisasi”, karena keduanya membicarakan usaha pembaharuan.
Berdasarkan beberapa pengertian dasar tersebut inovasi dapat diartikan sebagai : suatu ide, barang, kejadian, metode, yang dirasakan, atau diamati, sebagai suatu hal yang baru bagi seorang atau kelompok orang ( masyarakat), baik itu berupa hasil invensi atau discovery.[8]
Dari segi bahasa pendidikan dapat diartikan perbuatan ( hal, cara ) mendidik, dan berarti pula pengetahuan tentang mendidik , atau pemeliharaan ( latihan-latihan ) badan, batin dan sebagainya.[9]
Adapun pengartian pendidikan dari segi istilah kita dapat merujuk kepeda berbagai sumber yang diberikan para ahli pendidikan. Dalam Undang-Undang sisitem pendidikan nasional (UU RI NO. 2 Th. 1989 ) dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan , pengajaran.[10]
Pendidikan juga bisa diartikan sebagai usaha  sadar  yang dilakukan oleh sekelompok orang yang saling membutuhkan untuk bertukar pengetahuan. Pendidikan juga mengandung pengertian yang meliputi sasaran pendidikan, fungsi, tujuan pendidikan, dan alasan pendidikan.
Pesantren sendiri menurut pengertian dasarnya adalah”tempat belajar para santri”. sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana yang terbuat dari bambu. Disamping itu kata ” pondok “ mungkin juga berasal dari bahasa arab “funduk” yang berarti hotel atau asrama.[11]
Sedangkan pesantren berasal dari kata santri yang dapat diartikan sebagai tempat para santri. Kata santri sendiri berasal dari bahasa sansekerta / jawa yaitu cantrik mengandung arti orang yang sedang belajar kepada seorang guru.[12] Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, istilah santri diartikan dengan: (1) orang yang mendalami ilmu agama. (2) orang yang belajar dengan sungguh- sungguh.[13]
Istilah “modern” secara bahasa berarti “baru”, ”kekinian”, “ akhir”,”up todate” atau semacamnya. Modernisasi dapat diartikan gerakan untuk merombak cara-cara kehidupan lama untuk menuju bentuk atau model kehidupan yang baru, atau penerapan model-model baru.[14]
Harun Nasution mendefinisikan : modern dalam masyarakat barat mengandung arti fikiran ,aliran, gerakan dan usaha, untuk merubah faham-faham, adat istiadat, institusi-istitusi lama, dan sebagainya, untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. [15]
Tokoh lain, Joseph S. Szyliowics mendefinisikan modernisasi sebagai suatu proses yang melibatkan transformasi manusia, masyarakat dan budayanya serta memiliki kepercayaan fundamental dalam rasionalitas dan pemikiran ilmiah.[16]
Menghadapi dapat diartiakan menyongsong atau mempersiapkan , jadi berbijak dari uraian diatas, inovasi pendidikan pesantren dalam membekali santri untuk menghadapi modernisasi , dapat dipahami bahwa apabila dikaitkan dengan pendidikan, inovasi pendidikan pesantren dapat diartikan sebagai metode pembaharuan untuk memecahkan maslah pendidikan pesantren. Atau dengan kata lain, inovasi pendidikan pesantren adalah suatu ide, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang ( masyarakat)  yang digunakan untuk mencapai tujuan atau memecahkan masalah pendidikan pesantren sehingga dengan adanya inovasi tersebut out put  hasil pendidikan pesantren diharapkan dapat bersaing dengan kehidupan sosial  yang modern  dimasa mendatang dimana seluruh aspek kehidupan mengalami perubahan secara mendasar baik pada perbaikan atau penyempurnaan sitem sosisal, politik, ekonomi, teknologi, budaya, dan juga pendidikan dalam wilayah atau Negara tertentu, menuju kepada keadaan yang lebih baik.



E.              Metode penelitian
Metode penelitian adalah cara yang dipakai dalam mengumpulkan data, sedangkan instrument adalah alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data.[17]
Adapun metode penelitian yang penulis lakukan dalam penyusunan dan penulisan skripsi penelitian yang berjudul “ Inovasi Pendidikan Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Dalam Membekali Santri Untuk  Menghadapi modernisasi  ini adalah : menggunakan metode penelitian kepustakaan ( library research ) dan metode interview (wawancara).
1.   Sumber data penelitian
Pengumpulan data tersebut berdasarkan pengambilan data dari :

a.       Data Primer : adalah data yang langsung dikumpulkan peneliti dari sumber pertamanya.[18] Dalam data primer ini kami menggunakan metode kepustakaan, yaitu mencari referensi buku – buku atau bacaan yang berhubungan dengan penelitian yang kami lakukan sebagai sumber data penelitian. Untuk sumber data primer diambil dari judul buku, Manajemen Pondok Pesantren penulis Drs. H. M. Sulton Masyhudi, M.pd, Drs. Moh. Khusnurdilo, M.pd, yang berisi tentang Potret, Potensi Dan Problem Pengelolaan Pondok Pesantren, Pola Pengasuhan Pesantren, Inovasi Dan Pengembangan Kurikulum Pesantren. Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas Dan Tantangan Komlesitas Global, penulis  HM. Amin Haedari, dkk yang berisi mengenal lebih dekat pesantren, pesantren dan tantangan modrnitas, pesantren dan pemberdayaan masyarakat.    Sedangkan sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh.[19]
b.      Data skunder : adalah data- data penunjang penelitian yang penulis kumpulkan melalui
1)   Metode observasi
Metode Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistem fenomena – fenomena yang diselidiki.[20]
2)   Metode wawancara
Metode wawancara  adalah metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematik bardasarkan pada tujuan penelitian.[21]


1.      Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah metode analisis sedarhana yang digunakan untuk mempermudah penjelasan. Analisis disini digunakan sebagai pendukung untuk menambah dan mempertajam analisis yang dilakukan, membantu masalah yang ditelitiserta memberikan gambaran umummengenai suatu fenomena yang terjadi.[22]

2.      Sistematika Penulisan Skripsi
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi penelitian ini secara umum dan menyeluruh kami menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab pertama berisi pendahuluan
Dalam bab ini terdiri dari Latar belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kerangka Masalah, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan Skripsi.

Bab Kedua Berisi Inovasi Pendidikan Pondok Pesantren Dan Modernisasi
Dalam bab ini terdiri dari Inovasi Pendidikan Pondok Pesantren, Modernisasi Pesantren.

Bab Ketiga Berisi Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Benda sirampog
Dalam bab ini terdiri dari beberapa pokok bahasan yaitu sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Benda sirampog Brebes, Visi dan Misi Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes, Letak Geografis Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes, Sarana atau fasilitas  Yang dimiliki Pondok Pesantren AlHikmah 2 Benda Sirampog Brebes, Jumlah Tenaga Pengasuh dan Pembina pondok Pesantren Al hikmah 2 Benda Sirampog Brebes, dan Sistem pendidikan pondok pesantren al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes.

Bab Keempat Berisi Tentang Analisis Inovasi Pendidikan Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Dalam Membekali Santri Untuk Membekali  Santri Untuk Menghadapi Modernisasi
Bab ini berisikan tentang   analisa diantaranya, pola Pembelajaran k Pondok Pesantren Al Hikmah 02 Benda Sirampog Brebes,  Metode Pembelajaran Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog  Brebes, Inovasi pendidikan Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes
Bab Kelima Berisi Penutup
Sebagai penutup dalam  bab ini berisi Kesimpulan, Saran– Saran, Kata Penutup, Dan Sebagai Pelengkap pada bagian Akhir Skripsi ini dicantumkan Daftar Pustaka Dan Daftar Riwayat Hidup Penulis.













BAB II
INOVASI PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN DAN MODERNISASI
A.    Inovasi Pendidikan Pondok Pesantren
1.      Pengertian  pendidikan
Secara etimologis atau kebahasaan, kata  pendidikan’ berasal dari kata dasar ‘didik’ yang mendapat imbuhan awalan dan ahiran ,pe-an’ . berubah menjadi kata kerja ‘mendidik’ yang berarti membantu anak untuk mengetahui aneka pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai yang diwarisi dari keluarga dan masyarakatnya. Istilah ini petama kali muncul dengan bahasa Yunani yaitu ‘paedagogiek’  yang berarti ilmu menuntut anak, dan ‘paedagogia’ adalah pergaulan dengan anak-anak, sedangkan orangnya yang menuntun/mendidik anak adalah ‘paedagog’. Orang  Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan meralisasikan potensi anak yang dilahirkan didunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare, yakni membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak. Dalam bahasa inggris dikenal education ( kata benda ) dan educate ( kata kerja ) yang berarti mendidik.[23]
Dalam kamus bahasa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui proses pengajaran dan pelatihan.[24]
Undang- Undang rebuplik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sIstem pendidikan Nasional, menyebutkan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta ketrampilan yang diperukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.[25]
Bapak pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara, menyatakan bahawa pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti ( kekuatan batin,  karakter ), pikiran ( intelect ) dan tubuh anak yang antara satu dan lainya saling berhubungan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya.[26]
Dari beberapa definisi  tersebut diatas maka, dapat diketahui bahwa pendidikan adalah merupakan usaha atau proses yang ditujukan untuk membina kualitas sumber daya manusia seutuhnya agar ia dapat melakukan peranya dalam kehidupan secara fungsional dan optimal serta secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki sepiritual keagamaan. Dengan demikian, pendidikan pada intinya menolong manusia agar dapat menunjukan eksistensinya secara fungsional ditengah-tengah kehidupan manusia.[27]
Dari istilah-istilah sebagai mana dikemukakan diatas, ada arti lain secara terminolagis atau arti konsep yang lebih lengkap sebagai mana dikemukakan oleh para ahli pendidikan.
Croe and Crow, Pendidikan diartikan sebagai proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantui meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan social dari generasi ke generasi.  
Good menuturkan bahwa pendidikan adalah keseluruhan proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk tingkah laku lainya yang brrnilai didalam masyarakat dimana ia hidup. Dalam bukunya ‘Dictionary of Education’ beliaumembedakan pengertian pendidikan dalam dua hal: (1) pedagogy is the art, practice, or profession of teching ( pendidikan adalah seni, praktek, atau profesi pengajaran); (2) pedagogy is the systematized learning or intuction concerning principles and method of teaching and of studnt control and guidance ( pendidikan adalah ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip- prinsip dan metode- metode mengajar, pengawasan dan pembimbingan siswa).[28] Ahli pendidikan dari Indonesia mengartikan pendidikan juga beragam.
Ki Hajar Dewantara, mengartikan pendidikan sebagai usaha menuntun segenap kekuatan kodrat yang ada pada anak baik secara individu manusia maupun sebagai anggota masyarakat agar dapat mencapai kesempurnaan hidup.[29]
Aip Syarifudin, mendefinisikan pendidikan adalah proses yang dirancang dan disusun secara sistematis untuk merangsang pertumbuhan, perkembangan, meningkatkan kemampuan dan keterampilan, kecerdasan, dan pembetukan watak, serta nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga Negara dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.[30]
Dari sisi lain pendidikan juga dapat dipahami sebagai mana pengertian yang bernuansa;
a)      Aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, cipta, rasa, dan budi nurani) serta jsmani (panca indra dan ketrampilan-ketrampilan).
b)      Lembaga yang bertanggungjawab menetapkan cita-citra (tujuan) pendidikan,isi, siitem, dan organisasi pendidikan yang meliputi keluarga, lembaga pendidikan, dan masyarakat.
c)      Hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkambangan manusia dan usaha dari lembaga tersebut dalam mencapai tujuan. Pengertian-pengertian semacam ini merupakan tingkat kemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai suatu kesatuan.[31]

Dengan pendekatan pengertian diatas maka,  pendidikan dapat diartikan dari berbagai sudut pandang, seperti pendidikan sebagai kemanusiaanya secara utuh, pendidikan berwujud kemanusiaan dan pendidikan berwujud sebagai hasil.
2.      Pengertian Inovasi Pendidikan Pesantren
Mengenai inovasi pendidikan pesantren, kata “ inovasi “ berasal dari inovation ( inggris), sering diterjemahkan sebagai suatu hal yang baru atau pembaharuan, namun ada pula yang menggunakan kata tersebut untuk menyatakan penemuan  (invention) , karena hal yang baru itu merupakan hasil penemuan.  Ada juga yang mengaitkan antara pengertian inovasi dengan  “ modernisasi”, karena keduanya membicarakan usaha pembaharuan.
Sehingga Berdasarkan beberapa pengertian dasar tersebut inovasi dapat diartikan sebagai : suatu ide, barang, kejadian, metode, yang dirasakan, atau diamati, sebagai suatu hal yang baru bagi seorang atau kelompok orang ( masyarakat), baik itu berupa hasil invensi atau discovery.[32]
Inovasi dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah tertentu. Misalnya, untuk meningkatkan keefektian pesantren diterapkan  Menejeman Peningkatan  Mutu Berbasis Pesantren (MPMBP), untuk, meningkatkan kualitas dan relevansi pesantren diterapkan kurikulum berbasis kopatensi dan pendidikan beroreantasi pada kecakapan hidup (life skiil), SUMIT (School Using Multiple Intelligence), untuk mengatasi akurasi data pendidikan digunakan data-base computer dan sebagai nya, semua itu masih berlanjut sejalan dengan dinamika masyarakat global.
Sehingga apabila dikaitkan dengan pendidikan, inovasi pendidikan pesantren  dapat diartikan sebagai inovasi (pembaharuan) untuk memecahkan masalah pendidikan pesantren. Atau dengan kata lain, inovasi pendidikan pesantren ialah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal baru bagi seorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil penemuan (inovation), atau discovery, yang digunakan untuk mencapai tujuan atau memecahkan masalah pendidikan pesantren.

Miles (dalam Ibrahim, 1998) memberikan contoh-contoh inovasi pendidikan sebagai berikut:

a.       Bidang personalia. Pendidikan yang merupakan dari system social tentu menentukan personal sebagai komponen sistem. Inovasi yang sesuai dengan komponen misalnya adalah: peningkatan mutu guru, sistem kenaikan pangkat, dan sebagainya.
b.       misalnya perubahan tempat duduk (satu anak satu kursi dan satu meja), perubahan pengaturan dindiing ruangan (dinding batas antar ruangan dibuat yang mudah dibuka sehingga ketika diperluka dua ruangan dapat disatukan), perlengkapan alat laboratorium bahasa, CCTV. Dan sebagainya.

c.       Pengaturan waktu. Suatu sistem pendidikan tentu memiliki perencanaan penggunaan waktu. Inovasi yang relevan dengan komponen ini misalnya pengaturan waktu belajar (semester), perubahan jadwal pelajaran yang dapat memberikan kesempatan siswa/mahasiswa untuk memilih waktu sesuai dengan keperluanya,dan sebagainya.[33]  

3.      Tujuan Pendidikan Pondok Pesantren
Disebabkan  pondok pesantren yang tidak mempunyai kebiasaan merumuskan dasar dan tujuan pendidikan pesantren secara eksplisit, sehingga sulit untuk menggambarkan tujuan pendidikan pesantren secara pasti dan seragam. Hal ini disebabkan sifat kesederhanaan pesantren, sesuai dengan dorongan berdirinya, dimana kyai mengajar dan santri belajar, semata-mata untuk ibadah lilahita’ala,dan tidak pernah dihubungkan dengan tujuan tertentu dalam lapangan kehidupan atau tingkat jabatan tertentu dalam kehidupan sosial.
Adapun tujuan didirikanya pesantren menurut M.Arifin pada dasarnya terbagi menjadi dua hal, yaitu tujuan umum da tujuan khusus. Tujuan khusususnya adalah mempersiapkan para santri menjadi orang yang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kyai  serta mengamalkan ilmunya ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Sedangkan tujuan umumnya adalah membimbing anak didiknya untuk menjadi manusia yang berkepribadian islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.[34] 
Untuk mengenal tujuan pendidikan pesantren dapat diketahui melalui beberapa pernyataan para pendiri pondok pesantren, KH. Ahmad Sahal misalkan, salah seorang pendiri pondok Modern Gontor menyatakan pada para santri-santrinya “ anak-anaku nanti harus menjadi orang yang a’lim, sholeh , sugih supaya tidak tamak”. Dalam kesempatan lain juga beliau  sampaikan “ dipesantren ini (gontor) anak-anak akan diajari bahasa arab , bahasa inggris dan tonil (drama).[35]
Dari dua pernyataan diatas dapat siketahui bahwa tujuan pendidikan pesantren adalah untuk mendidik generasi muda islam dengan pendidikan sehingga nantinya menjadi anak yang a’lim (memiliki ilmu pengetahuan) dan sholeh  dalam arti menjalankan pengetahuanya tersebut, serta bias menjadi kaya (kaya harta dan kaya hati) supaya tidak tamak kepada orang lain. Selain melalui pernyataan pendirinya tujuan pendidikan pondok pesantren juga bias diketahui dengan melihat semboyan dan motto yang dikembangkan suatu pesantren, semboyan yang senantiasa didukukng oleh pemimpin peantren (kyai) itu biasanya merupakan “krangka nilai” yang diharapkan dapat dicerna oleh para santri dan menjadi pedoman hidup mereka dalam kehidupanya kelak seperti pepatah dalam dunia pesantren yang sangat popular , al mukhafadhatu  a’la al qodimi as sholih wal akhdu bil jadidi al ashlah.dalam hal ini pesantren merupakan lembaga pendidikanyang gigih mempertahanka tradisi, bahwa tradisi mengandung segala yang baik, sehingga kebutuhan untuk mengadopsi yang modrn dimungkinkan sejauh itu lebih baik dari apa yang terdapat dalam tradisi itu  sendiri. [36]
Relevan dengan kesedarhanaan pondok pondok pesantren, maka tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada allah SWT, berahlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat, sebagai pelayan masyarakat, mandiri, bebas, dan teguh dalamkepribadian, menyebarkan agama dan menegakan agama islam dan kejayaan umat islam ditengah-tangah masyarakat, dan mencintainilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia.[37]
Secara tegas KH Imam Zarkasi menyatakan tujuan pendidikan pesantren adalah untuk kemasyarakatan dan dakwah islamiyah, artinya pendidikan diarahkan pada kebutuhan masyarakat muslim pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya serta kepentingan dakwah islamiyah.[38]

  
3.Pergertian Pondok Pesantren
Pesantren sendiri menurut pengertian dasarnya adalah “tempat belajar para santri”. Sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana yang terbuat dari bambu. Disamping itu kata “pondok” mungkin juga berasal dari bahasa arab ”funduk” yang berarti hotel atau asrama.[39] Sedangkan dalam bahasa Indonesia mempunyai banyak arti, diantaranya adalah madrasah tempat belajar agama islam. Sekarang lebih dikenal dengan sebutan nama pondok pesantren. Disumatra Barat dikenal dengan nama surau, sedangka diaceh dikanalndengan nama rangkang.[40] Sedangka  pesantren berasal dari kata santri yang dapat diartikan tempat santri. Kata santri berasal dari kata cantrik (bahasa sansekarta, atau mungkin jawa) yang berarti orang yang selalu mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan oleh perguruan taman siswa dalam system asrama yang disebut pawiyatan. [41]                
Ada beberapa pendapat mengenai asal mula kata “pesantren”, Prof. Jhon berpendapat bahwa kata pesantren berasal dari terma”santri” yang diderivasi dari bahasa tamil yang berarti guru mengaji. Sementara CC. Berg berpendapat bahwa kata santri berasal dari bahasa india “shastri” yang berarti orang yang memiliki pengetahuan tentang buku-buku suci (kitab suci). Berbeda dengan keduanya Robson berpendapat bahwa kata santri berasal dari bahasa Tamil “sattiri” yang bearti orang yang tinggal di sebuah rumah gubuk atau bangunan keagamaan secara umum.[42]
Secara terminology dapat dikemukakan pandangan yang mengarah kepad definisi pesantren. Abdurahman Wahid, mendefinisikan pesantren sacara teknis, pesantren adalah tempat dimana santri tinggal[43]. Mahmud Yunus, mendefinisikan sebagai tempat santri belajar agama islam.[44] Secara definitive Imam Zarkassyi, mengartikan pesantren sabgailembaga pendidikan islam dengan sisitem asrama atau pondok, dimana kyai sebagai figure sentralnya, masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwaainya, dan pengajaran islam dibawah bimbingan kyai yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya.[45]
Definisi pesantren yang dikemukakan oleh Zamkasyari ( pendiri pondok  Modern Daarussalam gontor) sama dengan definisi yang dikemukakan oleh Zamkasyari Dhofier dalam menentukan elemen-elemen pesantren seperti kyai, santri, masjid, pondok, dan pengajaran islam. Walaupun sama dalam menentukan elemen-elemen pesantren, namun keduanya mempunyai perbedaan dalam menentukan materi pelajaran dan metodologi pengajaran. Zamkasyari menentukan materi pelajaran pesantren hanya terbatas pada kitab-kitab klasik dengan metodologi pengajaran tradisional, yaitu sorogan, dan wetonan, sedangkan Imam Zarkasyi tidak membatasi materi pelajaran pesantre dengan kitab-kitab klasik serta menngunakan metodologi pengajaran sisitem klasikal(madrasah).[46]
Dari definisi-definisi diatas, maka Istilah pondok pesantren dimaksudkan sebagai tempat atau pemondokan para santri yang ingin menimba ilmu pengetahuan agama dan merupakan suatu bentuk pendidikan ke-islaman yang awalnya berbentuk kelembagaan informal tradisional dibumi nusantara. Seperti telah dikemukakan, kata pondok (kamar, gubug, rumah kecil, asrama)  mungkin juga pondok bersal dari bahasa arab “funduq” yang berarti hotel atau asrama dipakai dalam bahasa Indonesia yang mencerminkan kesederhanaan bangunan fisik dan tampilan perilaku penghuninya. Dimana pondok pesantren adalah merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran islam yang  didalamnya ditemukan interaksi aktif antara kyai   dan santri   dengan mengambil tempat dimasjid/mushala, teras masjid/mushala,s rumah kyai, asrama , untuk mengkaji dan membahas buku-buku teks keagamaan karya ulama lalu.  sehingga dari situlah terjadi interaksi aktif antara kyai  atau ustad sebagai guru dan para santri sebagai murid untuk mengkaji dan membahas buku-buku teks keagamaan karya ulama masa lalu. kyai, santri, masjid atau mushala, asrama, serta pengajian kitab klasik ( kitab kuning) inilah yang membentuk  pokok pesantren sebagai sebuah subkultur.
2. Asal Usul Pesantren dan Sejarah Perkembangannya
Minimnya data tentang pesantren, baik berupa manuskrip atau peninggalan sejarah lain yang menjelaskan tentang awal sejarah kehadiran pesantren secara pasti diindonesia pertama kalinya, dimana, dan siapa pendirinya yang tidak dapat diperoleh keterangan secara pasti sehingga, menjadikan keterangan-keterangan yang berkenaan denganya bersifat prejudice dan sangat beragam . Namun demikian, kekurangannya ini justru menjadi faktor dijadikannya  sejarah pesantren sebagai bahan kajian yang tidak pernah kering  dikalangan peneliti dan ahli sejarah, baik dari dalam maupun luar negri.
Akar historis-kultural pesantren tidak terlepas dari masuk dan berkebangnya islam diindonesia yang bercorak sufistik dan mistik.
Sampai saat ini, yang sering dijadikan sebagai rujukan dan sumber umum oleh para pemerhati dan peneliti pesantren adalah manuskrip Jawa kuno, Babat Tanah Jawi. Dalam salah satu bagianya diterangkan bahwa pada abad 15 Sunan Ampel sebagai penerus penyebaran agama islam dari garis geneologi Maulana Malik Ibrahim dan sering disebut Maulana Maghribi telah membangun lembaga pendidikan Islam, setelah itu diikuti oleh Sunan Giri yang merupakan garis keturunan Maulana Ishak dan diteruskan oleh sunan-sunan Wali songo lainya. Upaya tersebut sekaligus membuktikan bahwa peran Wali songo sangat besar dan mengembangkan sistem pendidikan islam model pesantren ditanah air.[47]
Diantar Walisongo, Sunan Kali Jaga adalah tokoh yang memadukan ajaran islam dengan tradisi jawa dimana sebuah tradisi yang merupakan perpaduan antara animisme, hinduisme, budhisme. Mitos-mitos yang menggambarkan konversi Sunan Kali Jaga dengan pencapaian pengetahuan mistiknya mengungkapkan bahwa santri yang ideal adalah orang yang melakukan kesalihan yang berpusat pada syariat dan praktek mistik.
Bahkan, dari hasil penelusuran sejarah pula, ditemukan sejumplah bukti kuat yang menunujukan bahwa cikal bakal pendirian pesantren pada priode awal ini terdapat didaerah-daerah sepanjang pantai utara jawa, seperti Giri (Gresik), Ampel Denata (Surabaya), Bonang (Tuban), Kudus, Lasem, Cirebon dan sebagainya. Kota-kota tersebut pada waktu itu merupakan kota kosmopolitan yang menjadi jalur penghubung perdagangan dunia, sekaligus sebagai tempat persinggahan para pedagang dan mubaligh islam yang datang dari jazirah Arabia seperti Hadramaut, Persia, irak, dan lain sebagainya. Hasil survai pemerintah Belanda yang pertama, juga menyebutkan bahwa lembaga pendidikan Islam tradisional terdapat dibeberapa kabupaten yang terletak didaerah pesisir, seperti Cirebon, Bawean, Sumenep, Pamekasan, dan Besuki.[48] 
Alwi Sihab menegaskan bahwa Syaih Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik ( w. 1419 H)  merupakan orang pertama yang membangun pesantren sebagai tempat mendidik dan menggembleng para santri. Tujuanya, agar para santri menjadi jujur dakwah yang mahir sebelum mereka diterjunkan langsung dimasyarakt luas. Gayung bersambut, usaha Sunan Gresik menemukan momentum seiring dengan mulai runtuhnya singgasana Majapahit ( 1293-1478 M). islam pun berkembang demekian pesat, khususnya didaerah- daerah pesisir yang kebetulan menjadi pusat-pusat perdagangan antar daerah, bahkan antar negara.[49]
Lebih jauh lagi, Martin juga menyangkal pendapat yang menyatakan, pesantren ada seiring dengan keberadaan islam dinusantara sebagai pendapat yang ekstrapolasi. Menurutnya, pesantren muncul tidak dari masa islamisasi, tetapi baru sekitar abad ke-18 dan berkembang pada abad ke -19 M. meski pada abad ke-16 dan ke-17 sudah ada guru yang mengajarkan agama islam dimesjid dan diistana yang memungkinkan pesantren berkembang dari tempat-tempat tersebut, namun tegas Martin, pesantren baru muncul pada era belakangan. Hal ini terbukti dengan tidak ditemukanya istilah pesantren dalam karya-karya sastra klasik Nusantara, seperti dalam Serat Centini dan Serat Cebolek. Bahkan, istilah pesantren juga tidak dijumpai dalam Wejangan Seh Bari dan Sejarah Banten, dau naskah lama yang ditulis pada abad ke-16 dan ke-17.
Seiring dengan pengembangan pesantren diwilayah pesisir, seperti terpapar diatas pengaruh ekologi laut dan psikologis para juru dakwah yang  juga berprofesi sebagai pedagang, menjadi pesantren pada priode awal ini cenderung menampilkan corak pesantren mudah menyesuaikan diri dan cepat menerima hal-hal baru. Dalam kaitan ini, sublemasi terhadap tradisi lama dan budaya lokal, seperti mengadopsi bentuk bangunan ibadah dan asrama, atau menggunakan pengajaran mandala (bandongan) adalah beberapa hal yang membuktikan akomodasi budaya yang dilakukan pesantren Nampak kreatif dan toleran.
Dalam perkembangan selanjutnya, memudarnya pengaruh kerajaan islam Demak akibat konflik internal dan keberhasilan bangsa-bangsa Eropa (Portugis dan Belanda) dalam mengambil alih pusat-pusat perdagangan jalur pantai utara telah memberikan pengaruh yang begitu besar terhadap corak keberislaman masyarakat waktu itu. Pasal nya, dikuasai pusat-pusat perdagangan dan kebudayan telah memaksa umat islam untuk bergrrak kedaerah-daerah pedalaman. Namun demikian,bukan berarti sejarah perkembangan pesantren berahir sampai disisni. Didaerah pedalaman tersebut, para guru agama atau kyai yang dulunya mengajar dikota-kota perdagangan diwilayah pantura membangun padepokan baru sebagai pusat pengajian para santri dan menyiarksn Isalam keplosok negri.
Hanya saja, priodesasi sejarah pesantren dipedalaman menampilkan corak yang berbeda dengan ketika berada dipesisir. Komonitas pedalaman menuntut formula-formula yang berbeda dengan masyarakat dipesisir dalam mengembangkan system kepercayaan maupun pada praktek-praktek ritual peribadatan. Eksistensi pesantren dihadapkan pada situasi maupun kondisi lingkungan masyarakat baru yang mayoritas bercocok tanam (agraris) dan sangat kuat memegang ajaran tradisi kemasyarakatanya. Akibatnya, jika masyarakat urba dikota-kota pesisir lebih mudah mengadopsi agma yang universal dan abstrak, penduduk pedalaman,sebagai mana dikemukakan Azyumardi Azra dalam Islam Nusantara, lebih kukuh mengingatkan diri kepada ‘arwah’ dan kekuatan alam.[50]
Hanya saja, kondisi riil masyarakat seperti inilah yang kemudian mengilhami pesantren untuk merancang strategi dakwah baru yang dapat mengakomoda sinilai-nilai lama (yang masih bercorak Hindu Budha dan nilai-nilai local lainya) tanpa mengabaikan substansi yang terkandung dalam Islam. Secara alamiah, proses institusioanali dan sosialisasi doktrin Islam kendatipun telah berbaur dengan unsure local perlahan dan berfungsi sebagai penopang sistem stuktur social yang ada. Perjuangan demi perjuangan terus dilalui ragam konstribusi dan akulturasi, sehingga pada giliranya, islam menjadi salah satu sumber nilai pokok dalam bangunan peta kognitif masyarakat waktu itu.
 B. Modernisasi Pesantren
1.      Pengetian modernisasi
Kata “modern” berasal dari kata “modrna” yang artinya “sekarang”. Maka mengacu pada asal kata tersebut, bias dikatakan bahwa sebenarnya setiap orang selalu hidup pada zaman modern.[51]
Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutka, ada dua makna yang terkandung dari kata ini, yaitu, pertama,modern yang berarti terbaru, mutakhir. Kedua, sikap dan cara berfikir, serta bertindak sesuai dengan tuntutan zaman. Sedangkan modernisasi diartikan sebagai proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bias hidup sesuai dengan tuntutan zaman.[52]
Lain dengan yang dikemukakan Arnold Toynbe, Arkoun seorang pemikir islam asal Prancis, menyatakan bahwa istilah modernitas telah dikenal sekitar seribu tahun sebelumnya yaitu antara 490 dan 500 masehi. Kata ini digunakan orang-orang Kristen untuk menunjukan perpindahan dari masa Romawi lama ke priode Masehi. Semantar itu para ilmuwan sepakat sekitar tahun 1500 merupakan waktu dimulainya priode zaman modern. Sejak saat itu kesadaran akan kekinian merebak dimana-mana.namun demikian hal ini bukan berarti bahwa sebelumnya, orang tidak hidup dimasa kini. Hanya saja, sebelum masa itu orang kurang menyadari bahwa manusia biasa mengadakan perubahan-perubahan yang secara kualitatif baru. Oleh karena itu, modernitas tidak hanya menunjuk pada periode. Melainkan juga suatu bentuk kesadaran yang terkait dengan kebaruan (newness). Karena itu, istilah perubahan, kemajuan, revolusi, pertumbuhan adalah istilah-istilah kunci kesadaran modern.[53]
2.      Hal yang mendorong munculnya modernisasi
Merujuk pada gagasa Harvey Coley dan Lucian W. pye, suadi putra menyebutkan tiga pilar yang menjadi soko guru modernitas. Tiga pilar tersebut adalah. pertama, ilmu pengetahuan yang berujung kepada rasionalisme. Kedua, Negara-negara yang bermuara pada nasionalisme, dan ketiga, penyepelean (meremehkan) peran agama berujung pada sekularisme.
Tak hanya Harvey Coley, pandangan pesimis terhadap modernitas juga diungkapkan oleh Kuntowijoyo dalam sebuah bukunya yang berjudul “paradigm Islam”. Dalam buku ini disebutkan bahwa, lahirnya paham antroposentrisme dalam pemikiran dunia barat disebabkan oleh munculnya rasionlisme yang tidak percaya dengan hokum alam yang bersifat mutlak. Rasionalisme iniulah yang melahirkan renaissains, yaitu gerakan membangun kembali manusia dalam kungkungan mitologi dan dogma-dogma. Renaissains adalah embrio kelahiranmodernitas. Cita-cita renaissains adalah mengembalikan kembali kedaulatan manusia,yang selama berabad-abad telah dirampas oleh dewa dan mitologi. Karen menurut renaissains, kedaulatan secara penuh milik manusia, bukan milik tuhan. Maka manusia harus menguasai alam.
Dengan demikian renaissains sesungguhnya merupakan suatu gerakan yang ingin membebaskan manusia dari mitos-mitos, juga dari pemikiran manusia, yang tidak menentukan kehidupanya sendiri karena nasibnya mutlak dikuasai dewa.
Melaui filsafat rasionalisme, gerakan inilah telah melahirkan revolusi pemikiran keagamaan. Bahwa, pada dasarnya manusia itu merdeka. Semangat pembeasan diri inilah yang menjadi latar belakang antagonisme terhadap agama.[54]

3.      Factor-faktor yang mempengaruhi modernisasi pesantren
Modernitas menjadi suatu yang tidak perlu ditinggalkan oleh kalangan pesantren bahkan mengacu pada semangat, al mukhafadhatu  a’la al qodimi as sholih wal akhdu bil jadidi al ashlah. Menjadi modern justru merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh kalangan pesantren. Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi modernisasi pesantren sebagai mana Mastuhu.
Pertama, kiai bukan lagi dijadikan sebagai sumber belajar satu-satunya. Dengan semakin beraneka ragamsumber belajar baru, dan semakin tingginya dinamika komunikasi antara sistem pendidikan pesantren dengan sistem pendidikan lain, maka kiai dapat belajar dari banyak sumber. Meskipun demikian, kedudukan kiai masih tetap merupakan tokoh kunci dan menentukan corak pesantren, dan kiai menyadari hal yang demikian itu. Oleh karna itu, kiai merestui santrinya belajar apa saja, asal tetap pada aqidah syari’ah agama, dan berpegang teguh pada moral agama dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, dewasa ini, hamper seluruh pesantren menyelenggarakan jenis pendidikan formal, yaitu madrasah, sekolah umum,dan perguruan tinggi. Jenis pendidikan pesantren sendiri, sebagai jenis pendidikan non formal tradisional yang hanya mempelajari kitab-kitab klasik, merupakan bagian kecil. Hamper seluruh santri belajar di madrasah, sekolah umum, perguruan tinggi yang diselenggarakan di pondok pesantren yang bersangkutan.
Ketiga, seiring dengan pergeseran-pergeseran tersebut, santripun kemudian membutuhkan ijazah dan penguasaan bidang keahlian, atau ketrampilan yang jelas, yang dapat mengantarkannya untuk menguasai lapangan kehidupan tertentu. Dalam era modern, tidak cukup hanya berbekal dengan moral yang baik saja, tetapi perlu dilengkapi dengan keahlian atau ketrampilan yang relevan dengan kebutuhan kerja.
Keempat, sehubungan dengan hal tersebut, maka kalangan santri terdapat kecenderungan yang semakin kuat untuk mempelajari sains dan teknologi pada lembaga-lembaga pendidikan formal, baik madrasah maupun sekolah umum, untuk memperoleh keahlian dan ketrampilan yang dimaksud. Tetapi, mereka juga ingin tetap belajar di pesantren untuk mendalami agama dalam rangka memperoleh moral agama.
Kelima, sejak tahun 1920-an telah dikenalnya model madrasah dengan system kelas dan diajarkan ilmu pengetahuan umum ke dalam pendidikan pesantren. Maka sejak itu, sebenarnya, pesantren telah merasuki sitem pendidikan umum, dan akhirnya telah resmi menjadikan subsistem pendidikan nasional dan pemerintahan sendiri (dalam alam kemerdekaan).[55]
















BAB III
PONDOK PESANTREN ALHIKMAH 02
BENDA SIRAMPOG BREBES

A.      Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al Hikmah 02 Benda Sirampog Brebes
       Yayasan pendidikan Pondok Pesantren Al Hikmah 02  Benda Sirampog Brebes jawa tengah tepatnya 7 km dari kota bumiayu. Yayasan Pondok Pesantren Al Hikmah 02  menempati areal tanah seluas 10 hektar dengan ketinggian 200 meter dari permukaan laut.
1.      Periode permulaan
Tahun 1911 merupakan tahun perintisan berdirinya Pondok PesantrenAlhikmah. Pada tahun itu KH. Kholil bin mahali baru pulang dari belajarnya di beberapa Pondok Pesantrendi jawa. Terakhir beliau belajar di pesantren mangkang semarang.
Melihat kondisi masyarakat benda yang masih terbelakang dalam berbagai hal seperti berbagai pengetahuan dan pengalaman beragama, KH. Kholil terketuk hatinya untuk mengamalkan ilmu yang dimiliki. Dengan berpegang pada prinsip Al Hikmah wal mauidzohoh al hasanah ( metode bijaksana dan nasihat yang baik serta keikhlasan, KH. Kholil melakukan dakwah dengan mengadakan pengajian dari satu rumah penduduk ke rumah penduduk yang lain. Sementara rumah beliau sendiri di jadikan sebagai pusat kegiatan dakwah dan pengajian. Beberapa santri juga ada yang bertempat tinggal di sana.
Sebelas tahun kemudian, tepatnya tahun 1922, KH. Suhaimi bin Abdul Ghoni (putra kakak KH.kholil) kembali dari belajarnya di tanah Haram,Saudi Arabia.merasa mendapat kawan seperjuangan, akhirnya keduanya secara bersamamengadakan upaya dalam mengubah keadaan masyarakat desa benda dari keterbelakanganmenjadi setingkat lebih maju,baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan yang pasti dalam bidang agama.
Sebagai langkah pertama dalam pengembangan pondok pesantren, maka mulai dirintis sistem pendidikan klasikal, yaitu madrasah ibtidaiyyah pada tahun 1930 Masehi.
2.      Periode pertengahan
Pada masa kemerdekaan, Pondok Pesantrenalhikmah mengalami goncangan bahkan nyaris hancur. Pada saat itu, santri bersama   masyarakat turut berjuang melawan dan mengusir penjajah, membela tanah air dalam mempertahankan Negara proklamasi 17 Agustus 1945.
Beberapa pengasuh dan astidz gugur dimedan perang ada yang tertangkap kemudian diasingkan oleh penjajah. Mereka yang gugur antaraa lain: KH .Ghozali, H. Miftah, H. Masyhudi, Asmin bin H. Aminah, Sukri, Taad, Wahyu, siroj dan lain-lain.
Namun setelah keadaan aman, para pengasuh mulai membangun kembali pondok dan madrasah yang sempat hancur. Dan para santripun mulai kembali ke pondok untuk melanjutkan belajar mereka. KH. Kholil dan KH. Suhaimi sejak itu dibantu oleh KH. Ali Asy’ari (menantu KH. Kholil), Ustadz Abdul jamil, K.Sanusi, KH. Aminudin, KH. Mas’ud dan lain-lain.
Ditengah pengabdian beliau, KH. Kholil berpulang ke Rahmatulloh pada tahun 1955 M. Dan beberapa tahun kemudian (1964) KH. Suhaimi menyusul KH. Kholil berpulang ke Rahmatulloh.
3.      Periode pengembangan
Sepeninggal KH. Kholil dan KH. Suhaimi, tampil tunas muda yang meneruskan perjuangan dan mengembangkan pendidikan pesantren. Mereka adalah KH. Sodik (putra KH. Suhaimi) dan Masruri Abdul Mughni (cucu KH. Kholil). Dibawah asuhan kedua kiyai ini, Pondok PesantrenAlhikmah berkembang pesat. Sejumlah lembaga pendidikan, baik formal maupun non formal mulai didirikan.
Dan pada akhirnya, atas inisiatif dan kerja keras mereka, berdirilah beberapa sekolah formal seperti MTs I (1964), MDA (Madrasah Diniyyah Awaliyah) dan wustho (1965), MA (1965), MMA (Madrasah Muallimin dan Muallimat) than 1966, SMP (1978), SMU (1987),STM (1993),SMEA(1996), Mahad Aly (1997), Akper (2001), SMK Farmasi (2009), dan STAIA (2012). Semua lembaga tesebut berada dibawah naungan badan hukum yayasan pendidikan Pondok PesantrenAlhikmah. Yayasan ini didirikan pada tahun 1978 melalui akta-notaris no 09 tanggal 3 april 1978 (10, akta-notaris no 12 tanggal 9 januari 1978).[56]

B.     Visi, Misi dan tujuan Pondok Pesantren Al Hikmah 02 Benda Sirampog Brebes
Konsepsi, arahan dan motifasi juga upaya pengembangan Pondok Pesantren dapat di katakan sebagai upaya transformasi agar tetap survive dan semakin berkembang kearah yang lebih baik pada semua komponen yang ada di Pondok Pesantren Al Hikmah yang terlihat secara langsung dalam pendidikan dan pengajaran. Dalam hal ini pengasuh besertya stafnya merumuskan visi, misi beserta tujuannya yang di pandang sebagai pernyataan persepsi dan cita-cita Pondok PesantrenAl Hikmah 2 Benda.
Oleh karena itu Pondok PesantrenAl Hikmah 02  menyatakan visinya berupa “ menjadi pesantren yang memberi landasan dalam pengembangan sistem pendidikan, pengajaran dan dakwah” sedangkan misi Pondok PesantrenAl Hikmah 02  adalah
1.      Menyiapkan sumberdaya manusia yang tegak dalam aqidah , benar dalam beribadah, dan luhur dalam berperilaku.
2.      Membina kehidupan masyarakat yang sehat, sehingga mampu mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai keislaman.
3.      Mendukung  proses pembangunan nasional melalui penyediaan sumberdaya insane yang memiliki jiwa pengorbanan, semangat beragama, serta luwes dalam bersikap.[57]

Dari hal tersebut di atas yang telah di rumuskan  dan di kembangkan oleh Pondok PesantrenAl Hikmah 02  diharapkan santri mampu memahami dan mengamalkan ajaran agama, dan nilai-nilai keislaman, pengembangan dakwah, pelayanan beragama, moral, dan juga dapat mengembangkan solidaritas ukhuwah islamiyah. 
Serta melaksanakan hokum islam secara teologis : “melaksanakan sistem nilai dan ajaran yang bersifat ilahiyah sekaligus transenden.” Dan sosiologis “melaksanakan kehidupan yang penuh degan phenomena peradaban, cultural dan realitas social dalam kehidupan manusia.” Yakni tidak hanay melaksanakan aturan yang bersifat menjaman dan menjagat raya, tetapi juga mengejawantahkan diri dalam institusi-institusi social yang di pengaruhi oleh situasi dan dinamika zaman dan waktu, sehingga pada akhirnya tidak dapat menghindarkan diri dari sebuah kenyataan yaitu perubahan  yang menjadi karakter dasar kehidupan. [58]
Dengan kata lain santri harus mampu berinteraksi dengan seluruh pengetahuannya yang telah mereka dapatkan dari Al Hikmah baik itu interaksi dengan hokum islam dan isi Al Qur’an dan al Hadits dengan di lakukan secara utuh dan sempurna. Seperti pemikiran-pemikiran al Tantawi :
a.       Ajaran islam tidak hanya mementingkan soal akhirat tetapi juga soal hidup di dunia.
b.      Pendidikan harus bersifat universal untuk semua golongan.[59]
 
C.    Letak Geografis Pondok Pesantren Alhikmah 02 Benda Sirampog Brebes
Secara geografis Pondok Pesantren Al Hikmah 02  Benda Sirampog Brebes bertempat di areal tanah seluas 10 hektar di atas ketinggian 200 m dari permukaan laut maka udara sekitarnya berhawa sejuk karena berada di wilayah pegunungan yang menghijau dan berada di lingkungan pesawahan yang tumbuh subur, tepatnya 7 km sebelah timur kota bumiayu.[60]

D.    Fasilitas Yang Dimiliki Oleh Pondok PesantrenAlhikmah 02 Benda Sirampog Brebes
Adapun fasilitas[61] yang dimiliki oleh Pondok Pesantrenyang dapat menunjang untuk segala kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kurikulum nasional, dan pesantren yang ada, seperti tersedianya:
1.      Masjid jami’ dua lantai seluas 20x30 meter
2.      Masjid an nur dua lantai seluas 30x30 meter
3.      Gor (ruang serba guna) seluas 30x30 meter
4.      Asrama putra 75 kamar dan asrama putri 93 kamar
5.      Asrama ptq 51 kamar
6.      Gedung sekolah yang terdiri dari : SMP 20 ruang, SMA 16 ruang, MTs 18 ruang, MA 35 ruang, MAK 12 ruang, MMA 14 ruang, SMK 9 Ruang dan AKPER 8 ruangan, Ma’had Aly Dan STAIA 12 ruang.
7.      Lab. IPA dan perpustakaan 2 unit
8.      Taman anggrek
9.      Kolam ikan
10.  Workshop komputer, tata busana, perikanan dan pengelasan
11.  Lab. Ava ( audio Visual )
12.  Studio Radio Tsania Fm
 
E.           Pengurus Yayasan Pondok PesantrenAlhikmah 02 Benda Sirampog Brebes
Meningkatnya jumlah santri di tiap tahunnya, akhirnya  membutuhkan penanganan dan pengelolaan yang lebih. Maka demi lebih memaksimalkan dalam pengelolaan Pesantren itulah, sejak tahun 2006 dikenal sebutan Pondok Pesantren Al Hikmah 1 dan Pondok PesantrenAl Hikmah 2. Untuk memudahkan langkah-langkah yang diambil oleh lembaga pendidikan Ponpes Al Hikmah 2 serta dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, maka pada tahun 2006 M melalui akta notaries No. 57 tanggal 19 Juni 2006 M didirikan Ponpes Al Hikmah 2 menjadi yayasan pendidikan Pondok PesantrenAl Hikmah 2 (No. Aktanotaris No. 57 tanggal 19 Juni 2006) menjadi yayasan pendidikan Pondok PesantrenAl Hikmah 2 (No. Aktanotaris No. 57 tanggal 19 Juni 2006) dengan struktur kepengurusan sebagai berikut :
Ketua I : H. M. Sholahuddin Masruri
Ketua II : M. Nasar Alamuddin Masruri
Sekretaris I : Shohibi
Sekretaris II : H. Ahmad Najib Affandi
Sekretaris III : Drs. Sulkhi Aziz
Bendahara I : Hj. Zulfan Ni’mah
Bendahara II : H. A. Izzudin Masruri
Pengawas : Drs. Mabruri, H. Itmamudin Masruri[62]














BAB IV
ANALISIS INOVASI PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN AL HIKMAH 2 BENDA SIRAMPOG BREBES DALAM MEMBEKALI SANTRI UNTUK MENGHADAPI MODERNISASI


A.    Pola Pembelajaran  Pondok pesantren  Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes
Pondok pesantren merupakan salah satu institusi pendidikan Agama Islam yang sudah ada sebelum Indonesia merdeka. Sebelum kami menganalisis tentang inovasi pendidikan pondok pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes, sebelumnya kami akan memaparkan tentang pola penyelenggaraan pondok pesantren Secara umum, sehingga  pondok pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes dapat diklasifikasikan apakah tergolong pesantren tipe salaf  (tradisional), khalaf (modern), atau pesantren kombinasi. Sehingga nantinya dapat ditarik benang merah tentang inovasi pendidkan Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes dalam membekali santri untuk menghadapi modernisasi.
Pesantren dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yakni : pondok  pesantren salaf atau tradisional, pesantren khalaf atau modern, pesantren kombinasi. Sebuah pesantren dapat disebut salaf jika kegiatan pendidikanya semata-mata didasarkan pada pola-pola pengajaran klasik. Maksudnya, berupa pengajian kitab kuning dengan metode pembelajaran tradisional. Materi yang dipelajari juga tentang pendalaman ilmu agama islam melalui kitab-kitab salafi (kitab kuning)
Pesantren khalaf atau modern adalah pesantren yang selain bermateri utamakan pendalaman ilmu agama islam (tafaqquh fi al-din), tetapi juga  dikombinasikan dengan ilmu-ilmu umum sekolah dan pembelajaran ilmu-ilmu umum dalam muatan kurikulumnya. Sedangkan pesantren kombinasi merupakan gabungan antara pesantren salaf dengan pesantren khalaf. Artinya, antara  pola  pendidikan modern sistem sekolah dan pelajaran ilmu-ilmu umum  dikombinasikan  dengan  pola pendidikan pesantren klasik. Jadi, pesantren modern dan kombinasi merupakan pesantren yang diperbaharui atau dipermodern pada segi-segi tertentu untuk disesuaikan dengan sisitem sekolah dengan tetap memelihara pola pengajaran asli pesantren dalam pembelajaran kitab-kitab klasik (kitab kuning).
Dari paparan diatas maka pondok pesantren Al Hikmah 2 Benda termasuk klasifikasi dalam pondok pesantren kombinasi, karena dalam kegiatan sehari baik dalam kegiatan pembelajaran pondok ataupun dilemaga-lembaga formal dibawah yayasan pendidikan pondok pesantren Al Hikmah 2 tetap memelihara pola pengajaran asli pesantren dalam pembelajaran kitab-kitab klasik.

B.     Metode Pembelajaran Pondok Pesantren AL hikmah 2 Benda Sirampog Brebes
Secara etimologis, metode berasal dari kata “met” dan ” hodes” yang berarti melalui. Secara istilah, metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sementara itu, pembelajaran adalah kegiatan belajar-mengajar yang berlangsung secara interaktif antara santri (muta’alim) dan kyai atau ustadz sebagai pendidik (mu’alim) yang diatur berdasrkan kurikulum yang telah diatur berdasar kurikulum yang telah disusun dalam rangka mencapai tujuan tertentu.[63] jadi yang dimaksud dengan metode pembelajaran adalah cara-cara yang mesti ditempuh dalam kegiatan belajar-mengajar antara santri dan kyai atau ustadz untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Metode pembelajaran dipesantren ada yang bersifat tradisional dan modern (baru). Metode tradisional adalah metode pembelajaran yang diselenggarakan menurut kebiasaan-kebiasaan yang telah lama dipergunakan pada institusi pesantren atau metode pembelajaran asli (original) pesantren. Sedang pembelajaran modern (baru) merupakan metode pembelajaran hasil pembaharuan kalangan pesantren dengan mengadopsi metode-metode yang berkembang dimasyarakat modern. Walaupun tidak mesti, penerapan metode baru juga diikuti dengan pengambilan sisitem baru, yaitu sistem sekolah klasikal. Pada mulanya pesantren sudah mengenal sistem klasiak, namu tidak dengan batas-batas fisik yang lebih tegas seperti pada sisitem klasikal yang diterapkan disekolah atau madrasah modern.
Dalam bab ini kami mencoba menganalisa mengenai metode pembelajaran pondok pesantren AL Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes.

Dari paparan diatas maka pondok pesantren Al Hikmah 2 Benda termasuk klasifikasi dalam pondok pesantren kombinasi, karena dalam kegiatan sehari baik dalam kegiatan pembelajaran pondok ataupun dilemaga-lembaga formal dibawah yayasan pendidikan pondok pesantren Al Hikmah 2 tetap memelihara pola pengajaran asli pesantren dalam pembelajaran kitab-kitab klasik.s

1.      Metode Sorogan
a.       Pengertian
       Metode sorogan merupakan kegiatan pembelajaran santri yang lebih menitik beratkan pada pengembangan kemampuan peseorangan (individu), dibawah bimbingan kyai atau ustadz.

b.      Teknik Pembelajaran
       Pembelajaran sisitem sorogan  diselenggarakan pada sebuah ruangan dengan posisi tempat duduk kyai atau ustadz  berhadapan dengan meja pendek yang digunakan untuk meletakan kitab bagi santri yang menghadap. Salah satu santri membacakan  apa yang diajarkan oleh kyai atau ustadz kepada temanya sekaligus mempersiapkan diri menunggu giliranya. Santri harus sudah mempelajari dan menguasai bab atau sub bab pada kitab yang akan disorog-kan sesuai dengan tarjet pembelajaran. Demikian selanjutnya sampai seluruh santri selesai menunaikan tugasnya .
       Secara lebih detail proses pelaksanaanya penulis mencoba menggambarkan sebagai berikut:
1)      Santri berkumpul diruang pembelajaran sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dengan membawa kitab yang hendak di-kaji.
2)      Santri yang mendapat giliran langsung menghadap kyai atau ustadz, membuka bagian kitab yang akan di-kaji dan meletakan meja yang telah tersedia.
3)      Kyai atau ustadz menerangkan isi bab atu sub bab pada kitab tersebut.
4)         Santri dengan tekun mendengarkan apa yang diterangkan oleh kyai atau ustadz dan mencocokan dengan kitab yang dibawanya. Selain mendengarkan santri juga mencatat hal-hal yang penting dari penjelasan kyai, setelah kyai selesai membacakan dan menerangkan isi bab tersebut pada giliranya santri menirukan kembali apa yang telah dibacaka dan diterangkan oleh kyai atau ustadz. Kyai atau ustad mendengarkan dengan seksama apa yang diterangkan oleh santrinya sembari memberikan koreksi seperlunya.

       Metode ini termasuk metode pembelajaran yang sangat bermakna. Sebab, santri akan merasakan hubungan khusus, terutama ketika membacakan kitab dihadapan kyai . selain memperoleh bimbingan dan arahan langsung , mereka juga dapat dievaluasi dan diketahui perkembangan kemampuanya. Dalam situasi demikian tercipta pula komunikasi yang baik antara santri dan kyai sehingga dapat meninggalkan kesan yang dalam, baik pada diri santri maupun kyai atau ustad sendiri. Hal ini membawa pengaruh yang baik dimana kyai atau ustadz sebagai guru akan lebih dihormati dan disegani, santri pun akan semakin simpati.
c.       Tahap Pelaksanan
      Dalam tahap pelaksanaan, kyai atau  ustadz mengkondisikan keadaan, kyai atau ustadz hanya memberikan perkiraan beberapa waktu yang disediakan untuk kegiatan pembelajaran masing-masing santri. Jika memang santri yang akan belajar dalam waktu yang bersamaan jumlahnya banyak, maka kyai atau ustadz akan membimbing dengan waktu yang lebih singkat untuk masing-masing santri. Demikian juga sebaliknya.

       Adapun langkah-langkahnya yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1)      Menciptakan situasi dan kondisi yang ko-munikatif antara     kyai dan santri dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan pem-belajaran membawa hasil yang lebih baik karena santri tidak segan-segan untuk menayakan jika ada yang tidak jelas atau tidak dimengerti.
2)      Dalam menerangkan materi kitab, kyai atau ustadz menyampaikanya secara berlahan-lahan dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
3)      Setelah menerangkan batasan bab tertentu santri disuruh membacakan dan menerangkan kembali apa yang telah dibacakan oleh kyai atau ustadz sambil diperhatikan  dengan pembetulan pleh tutor apabila terdapat kekeliruan.
4)      Setelah keterangan santri dianggap benar, kyai atau ustadz menanyakan atau meminta kepada santri untuk menjelaskan maksud dari teks materi yang telah dibaca tadi. Ini dilakukan untuk melatih daya tangkap santri terhadap teks materi kitab. Setelah santri menjelaskan maksud kandungan isi kitab tersebut,   atau ustadz mengulas apa yang telkah dijelaskan, juga menambahkan atau membetulkan apabila ada yang kurang, tepat, atau ada yang keliru.

d.      Evaluasi
       Evaluasi adalah cara penilaian yang dilakukan oleh kyai atau ustadz untuk mengetahui kemampuan santri dalam aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan ketrampilan (skimotorik)terhadap materi pembelajaran yang telah dipelajari. Disamping untuk mmengetahui  tingkat perkembangan  kemampuan penguasaan santri, penilaian juga berfungsi sebagai umpan balikbagi kyai atau ustadz untuk meninjau kembali cara-cara yang dilakukan berkanaan dengan penggunaan metode pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran santri, selain ditentukan oleh kemampuan belajar mereka, juga kemampuan membembing dan memfasilitasi sang kyai atau ustadz.


       Untuk mengefaluasi kemampuan santri dalam pembelajaran dengan menggunakan metode sorogan, biasanya dilakukan kegiatan berikut :

1)   Santri disuruh menjelaskan teks materi bab, bagian, dari kitab yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya. Jika santri barhasil  menerangkanya dengan betul maka materi bab berikutnya baru diberikan. Jika sebaliknya, santri diharuskan untuk mempelajari kembali.
2)   Jika materi dalam pembelajaran yang dipelajari dalam tatap muka  telah dikuasai dengan baik oleh santri, kegiatan pembelajaran dapat dimulai dengan materi bab, bagian baru tanpa terlebih dahulu meminta santri untuk menjelaskan isi materi bab, bagian yang dipelajari dalam pertemuan yang lalu.
Hal yang harus diperhatikan dalam menilai tingkat kemampuan santri dalam metode pembelajaran sorogan adalah pada tingkat pemahamanya terhadap pemahaman materi kitab yang telah dibaca, dibahas, dan dipraktekan bersama oleh kyai atau ustadz bersama santri dalam kegiatan pembelajaran.

2.  Metode Bandongan
a.       Pengertian
Metode bandongan disebut juga dengan wetonan. Dalam praktiknya, metode ini berbeda dengan metode sorogan. Metode bandongan dilakukan oleh seorang kyai atau ustadz terhadap sekelompok santri yang akan mendengarkan dan menyimak kitab yang akan dibacanya. Sementara sang kyai atau ustadz membaca, menterjemah, menerangkan dan mengulas teks-teks kitab berbahasa arab tanpa harakat (gundulan), masing-masing santri melakukan pen-dhabit-an harakat, pencatatan  simbol-simbol kedudukan kata, dan arti kata-kata langsung dibawah kata yang dimaksud.
b.      Teknik Pembelajaran
Sebelum proses pembelajaran berlangsung, kyai atau ustadz mempertitimbangkan hal-hal berikut :
1)      Santri yang mengikuti kegiatan pembelajaran adalah santri yang     sudah bisa membaca.
2)      Penentuan mata pelajaran, kitab, bab, bagian dan topik yang dipelajari disesuaikan dengan urutan dan jadwal yang telah ditentukan serta tetap memperhatikan tingkat kemampuan santri.
3)      Walaupun yang lebih aktif dalam pembelajaran kyai atau ustadz,  tetapi santri juga perlu dilibatkan dengan berbagai cara, seperti Tanya jawab.
4)      Untuk membantu pemahaman santri, kyai atau ustadz dapat mempergunakan alat peraga, atau media pengajaran seperti : papan tulis, pengeras suara, peta dan lainya.
c.       Tahap pelaksanaan
Dalam pelaksanaanya, metode pembelajaran bandongan mengikuti langkah-langkah berikut :
1)   Kyai atau ustadz menciptakan komunikasi yang baik dengan santri.
2)   Memperhatikan situasi dan kondisi serta sikap santri apakah sudah siap untuk belajar atau belum.
3)   Kyai atau ustadz dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan penjelasan dan keterangan-keterangan atau dengan menunjuk santri secara bergiliran untuk membaca dan menerangkan suatu teks tertentu. Disini kyai atau ustadz berperan sebagai pembimbing yang membetulkan kesalahan dan menjelaskan bila ada hal-hal yang dipandang oleh santri sebagai sesuatu yang sulit untuk dipahami.
4)   Setelah menyelesaikan penjelasan pada batasan tertentu,  kyai atau ustadz kyai atau ustadz dapat memberikan jawaban secara langsung atau mempersilahkan kepada santri untuk menjawabnya terlebih dahulu.
5)   Sebagai penutup, kyai atau ustadz menyebutkan kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik dari kegiatan yang telah berlangsung.

c.       Evaluasi
Untuk mengevaluasi kegiatan  pembelajaran dengan metode bandongan, dapat dilakukan dengan dua hal, yaitu:  pertama, pada setiap tatap muka atau tatap muka tertentu; kedua,pada saat telah dikhatamkannya pengkajian sebuah kitab. Dalam kaitan ini. Kyai atau ustadz menilai berbagai aspek yang ada pada santri,baik aspek penguasaan materi kitab, perilaku yang ditunjukkan dari pengkajin materi kitab, ataupun keterampilan / praktik tertentu yang diajarkan dalam kitab.
1)      Aspek pengetahuan (kognitif) dilakukan dengan menilai kemampuan santri dalam membaca, dan jelaskan materi kitab.
2)      Aspek sikap (afektif)dapat dinilaai dari sikap dan kepribadian santri dalam kehidupan keseharian.
3)      Aspek keterampilan (skill) yang dikuasai oleh para santri dapat dilihat melalui praktik kehidupan sehari hari dalam bidang ibadah, aqhlaqul karimah dan  praktik kegiatan keterampilan bermata pencarian.
Untuk lebih memudahkan kegiatan penilaian, kyai atau  ustadz membuat catatan-catatan khusus atau pehatian khusus sehingga santri menuntut ilmu secara bersungguh-sungguh karena merasa diawasi dan di monitor perkembangan kemampuannya.
3.  Metode musyawarah/Bahtsul Masa’il
a.       Pengertian
Musyawarah atau Bahtsul Mas’il  merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip dengan metode diskusi atau seminar. Beberapa orang santri dengan jumlah tertentu membentuk  halaqah yang dipimpin langsung dari seorang kyai atau ustadz, atau juga santri senior, untuk membahas ditentukan sebelumnya.
Dalam pelaksanaanya para santri bebas mengajukan pertanyaan ataupun pendapatnya. Dengan demikian, metode ini lebih menitik beratkan pada kemampuan perseorangan di dalam menganalisis dan memecahkan  suatu persoalan  dengan arguman logika yang mengacu pada kitab-kitab tertentu. Musyawarah juga dilakukan untuk membahas materi-materi tertentu sebuah kitab yang dianggap rumit untuk memahaminya. Musyawarah pada bentuk kedua ini bisa digunakan santri tingkat menengah untuk membedah topik tertentu.
b.      Teknik pembelajaran
Dalam praktiknya, kyai atau ustadz perlu mempertimbangkan ketentuan-ketentuan berikut:
1)      Peserta musyawarah adalah santri senior.
2)      Peserta musyawarah tidakmemiliki perbedaan kemampuan yang mencolok.Ini dimaksudkan upaya untuk mengurangi kegagalan musyawarah.
3)      Topik atau persoalan (materi) yang dimusyawarahkan  biasanya ditentunkan terlebih dahulu oleh kyai atau ustadz pada pertemuan sebelumnya .
4)      Dalam hal-hal tertentu musyawarah dapat dilakukan secara terjadwal sebagai wahana latihan untuk santri.
c.       Tahap persiapan
Langkah persiapan terpenting pada metode ini adalah memberikan topik atau materi yang akan dimusyawarahkan terlebih dahulu. Pilihan topik sendiri amat menentukan.Topikyang menarik umumnya mendapatkan respon yang baik dan mem-berikan dorongan kuat kepada santri untuk belajar.
Penentuan topik lebih awal dimaksudkan agar santri sebagai peserta mempersiapkan diri sebelum  pelaksanaan selain itu, juga disampaikan penjelaskan tentang cara-cara yang dilakukan berkenaan dengan dipilihnya metode musyawarah.
d.      Tahap pelaksanaan
Sebagai permulaan, kyai atau ustadz menjelaskan secara singkat  permasalahan yang akan dibahas, santri yang dianggap olah kyai atau ustadz lebih menguasai materi yang akan dimusyawarhkan, ditunjukan sebagai penyajian permasalahan. santri lain berfungsi sebagai penanggap terhadap materi yang telah disampaikan oleh penyaji yang telah mendapat tugas.
Dalam kegiatan musyawarah ini, tanggapan, pertanyaan atau sanggahan dari santri peserta musyawarah diarahkan oleh kyai atau ustadz. Tanggapan dan jawaban balik dari penyaji dilakukan secara bergiliran setelah tanggapan dari peserta. Apabila terdapat kebuntuan, pemimpin musyawarah (kyai atau ustadz) memberikan arahan-arahan atau pemecahan persoalan yang menjadi permasalahan. Kyai atau ustadz juga hendaknya mengarahkan dan membimbing jalanya musyawarah agar tidak kabur atau melenceng dari tujuan.

d.      Evaluasi
Kegiatan penilaian dilakukan oleh kyai atau ustadz Selama kegiatan musyawarah berlangsung. Hal-hal yang menjadi perhatian adalah kualitas prtanyaan yang diajukan oleh peserta yang meliputi kelogisan, ketepatan, referensi, yang disebutkan, serta bahasa yang disampaikan, apakah medah dipahami atau tidak. Termasuk yang diperhatikan adalah jawaban dari penyaji. Juga kebenaran dan ketepatan penyaji dan pesarta dalam merumuskan hasil ahir dari kegiatan musyawarah.

4.      Metode Pengajian Pasaran
a.       Pengertian
Metode  pengajian  pasaran adalah kegiatan belajar sekelompok santri dalam bentuk pembacaan sebuah kitab oleh seorang kyai atau ustadz yang dilakukan secara marathon selama tenggang waktu tertentu. Metode ini dipesantren Al Hikmah pada umumnya dilakukan pada bulan romadhan dalam waktu dua puluh hari, juga dilakukan pada waktu libur sekolh karena santri-santri hanya diperbolehkan pulang satu tahun satu kali pada labaran hari raya idul fitri . pada kenyataanya metode lebih mirip dengan metode bandongan. Hanya saja, metode ini digunakan dengan target utama penyelesaian bacaan kitab dalam kurun waktu yang reltif singkat.
Pengajian ini pada umumnya diikuti oleh santri senior, akan tetapi dipondok pesantren Al Hikmah diikuti oleh beragai kalangan adapun kitabnya  dengan menyesuaikan jenjang lamanya belajar dipondok ataupun dengan menyesuaikan sekolah masing-masing.
b.      Teknik Pembelajaran
       Dalam pelaksanaanya, pengajian pasaran bisa dilakukan dengan membahas kitab secara intensif disepanjang hari. Waktu istirahat hanya dipergunakan untuk shalat, makan (berbuka puasa). Kitab yang telah ditentukan, dibaca dari awal sampai ahir dalam waktu yang telah ditentukan.
c.       Evaluasi
       Berbeda dengan yang lain, evaluasi pada metode pasaran cenderung lebih pada selesai atau tidaknya bacaan sebuah klitab, tidak pada telah difahami atau tidaknya kitab yang dibaca karena  orientasi pada teknik pembelajaran ini adalah untuk menyelesaikan bacaan kitab dalam kurun waktu tertentu, jadi keberhasilan dinilai dari selesai atau tidaknya seorang kyai atau ustadz dalam menyelesaikan bacaan kitab tersebut demikian pula seorang santri dianggap berhasil manakala dapat mengikuti seluruh proses pembacaan dari awal sampai akhir.
5.    Metode hafalan ( Mukhafadzah )
a.       Pengertian
       Metode hafalan ialah kegiatan belajar santri dengan cara menghafal suatu teks kitab tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan seorang kyai atau ustadz. Dimana santri-antri diberi tugas menghafal bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu dan kemudian disetorkan (didemonstrasikan) dihadapan kyai atau ustad baik secara priodik atau incidental, tergantung pada keinginan kyai atau ustadz.
b.      Teknik Pembelajaran
       Metode ini pada umumnya digunakan dalam pembelajaran yang berbentuk nadham atau syi’ir . dalam pelaksanaanya, santri ditugasi untuk menghafalkan bagian tertentu dari kitab, untuk kemudian didemonstrasikan didepan kyai atau ustadz.
c.       Evaluasi
       Untuk mengevaluasi kegiatan belajar santri dengan dengan menggunakan metode hafalan dilakukan dengan cara pada setiap kali tatap muka dimana santri menyetorkan tugas hafalanya pada kyai atau ustadz.jika dapat menghafal dengan baik dia bisa melanjutkan pelajaranya. Sebaliknya jika belum maka harus mengulang hafalanya sampai lancer pada pertemuan yang akan datang. Bisa juga dengan cara kyai atau ustadz membacakan sebagian nadham kemudian santri diminta untuk melanjutkan bacaan tersebut hingga sempurna.[64]

C.     Inovasi pendidikan Pondok Pesantren Al Hikmah 2
Kehidupan diera modern dengan persaingan bebasnya mengharuskan setiap individu untuk mampu tampil dengan percaya diri, serta membekali dirinya dengan keilmuan dan life skill yang memadai. Agama dibutuhkan untuk membimbing kepada jalan yang lurus, ilmu pengetahuan membimbing mengenali potensi yang dimiliki serta ketrampilan untuk memberi kepercayaan diri bagi seeorang untuk tampil didunia kerja.
Kreativitas pengasuh pondok pesantren Al Hikmah 2 dibidang pendidikan bahwa beliau memiliki visi dan misi jauh kedepan. Konsisitensi pondok pesantren Al Hikmah 2 untuk tetap mengembangkan pendidikan pesantren ala salafiyah (tradisonal) tidak membuat pondok pesantren Al Hikmah 2 berhenti berinovasi pada pendidikan dengan sisitem yang lebih modern. Berikut ini profil sejumlah pendidikan formal yang telah didirikannya.
1.      MTS dan MA
Kedua lembaga ini didirikan pengasuh pondok pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes pada tahun 1964 untuk madrasah Tsanawiyah, dan 1967 untuk madrasah Aliyah. Kejelihan pengasuh pondok pesantren al hikmah 2 dalam mempersiapkan santri-santrinya untuk menghadapi era modernisasi dengan tidak meninggalkan pentingnya pendidikan agama, tampak jelas terejawantah pada MTS dan MA ini.
MTS al Hikmah 2 Benda merupakan madrasah yang mengembangkan kurikulum terpadu, yakni perpaduan antara Kurikulum Nasional, Kurikulum Kementrian Agama, serta Kurikulum Pesantren serta didukung dengan program spesifikasi diantaranya spesifikasi Matematika, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Komputer, serta Al Qur’an.
Dalam menyiapkan tenaga trampil, pondok pesantren Al hikmah 2  menyiapkan berbagai program-program unggulan dibawah lembaga yayasan Al Hikmah 2ini.
Madrasah Aliyah  Al Hikmah2 (MA), merupakan  Madrasah yang memiliki motto ‘sekolah sambil kursus,dan kursus sambil sekolah’ ini menggunakan tiga kurikulum sekaligus, yakni kurikulum nasional, kurikulum kemenag, dan kurikulum pesantren. Dengan menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan Life Skill Education, MA ini menawarkan tiga program pilihan pendidikan. Ketiga program tersebut adalah MA program umum (MAU) dengan jurusan IPA dan IPS. Program kedua adalah MA Keagamaan (MAK) dengan masa pendidikan 4 tahun ma program ini memiliki stressing programe untuk meningkatkan ketrampilan berbahasa arab dan bahasa inggris, serta andal dalam penguasaan ilmu agama. Program MAK ini menjadi andalan yayasan pendidikan pondok pesantren al hikmah dua sirampog brebes untuk mengantarkan santrinya lanjutkan pendidikan di timur tengah.
Program ketiga MA al hikmah adalah MA kelas khusus (kelas unggulan). Program khusus ini dibuka untuk jurusan ipa dan menjadi andalan yayasan al hikmah 2 untuk menyiapkan duta al hikmah dalam mengikuti ajang kompetisi akademik. Selain itu program unggulan ini juga untuk menyiapkan lulusannya melanjutkan pendidikan ke PT (perguruan tinggi) terbaik di tanah air seperti UI,UGM,ITB,dan IPB.sebagai lembaga pendidikan dengan motto ‘sekolah sambil kursus dan kursus sambil sekolah’ maka MA menawarkan 3 spesifikasi ketrampilan tingkat Diploma 1 bagi siswa-siswinya. Tiga pilihan tersebut diantaranya adalah spesifikasi Komputer, spesifikasi Bahasa Inggris dan Wirausaha.Untuk spesifikasi Wira usaha, MA menawarkan spesifikasi Tata Busana, Perikanan, dan Pengelasan. Untuk  praktik program wirausaha perikanan, MA menyediakan lahan seluas lebih dari 1 Hektar untuk membuat  Balai Benih Air Tawar (BBAT). Dan menjadi salah satu BBAT yang ada dikabupaten Brebes.[65]

2.      SMP dan SMA
Selain lembaga pendidikan formal berbasis agama, ditahun 1978 pengasuh pondok pesantren Al Hikmah 2 juga mendirikan sekolah SMP dan SMA pada tahun 1987, namun tetap dengan basis agama. Untuk lembaga pendidikan SMP, lembaga pendidikan yang memiliki komitmen untuk tetap fokus pada pemberian bekal dasar ilmu agama yang memadai dan penguasaan IPTEK . SMP Al Hikmah dengan status Terakreditasi A ( Tahun 2005) – sekarang) ditetapkan Kemendiknas menjadi Rintisan Sekilah  Standar Nasionl (R SSN)bahkan telah ditetapkan oleh kementrian Agama (Tahun 2009)sebagai sekolah berbasis pesantren (SBP). SBP adalah sekolah dengan system yang memadukan system pesantren dan sekolah umum. Kurikulim SMP Al Hikmah merupakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) gabungan kurikulum Departeman Pendidikan Nasional, serta Kurikulum pesantren. Dengan program spesifikasi Komputer, Bahasa nggris, Matematika, Keagamaan.
       Untuk mendukung fisi dan misi yang ada, sekolah dan yayasan bahu membahu mencari terobosan guna mencari menyiapkan generasi potensial dimasa mendatang. SMA Al Hikmah dengan dukungan fasilitas dan kualitas pendidikan yang kompenten, sekolah ini menawarkan jurusan IPA dan IPS dengan beberapa program unggulan.
       Program unngulan pertama yang ditawarkan SMA adlah Tahfizul Qur’an. Program ini ditawarkan pada siswa-siswi yang berminat menghafalkan Al Qur’an dengan dibimbing oleh hafiz/hafizhah yang ada diyayasan Al Hikmah 2. Program kedua adalah bahasa inggris dan computer yang memberikan serifikat setinkat Diploma 1. Sertifikat setara D1 ini adalah sertifikat yangdiberikan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Brebes, sehingga diharap kan lulusan SMA siap untuk memasuki dunia kerja. Program yang ketiga adlah pertanian dan peternakan. Dengan fasilitas Green House tanaman hias dan tanaman daun mint (menthe cordifolia) asal tanaman dari yordan dan mesir, seta tanaman buah Tin (ficus carica) asal tanaman dari yordan dan peternakan sapi yang bekerja sama PPPG Cianjur, dengan pembekalan ketrampilan tersebut diharapka santri lulusan SMA tidak hanya mengandalkan pekerjaan dari ketersediaan lapangan kerja, namun justru diharapkan mampu menciptan lapangan kerja sendiri.[66]

3.      SMK WICAKSANA Al Hikmah
Pembangunan kesehatan diindonesia merupakan bagian dari pembangunan Nasional terpadu dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, sehingga terwujud Negara yangn maju, sejahtera lahir dan batrin. Dengan latar belakang inilah, maka Yayasan Pondok Pesantren Al hikmah 2 mendirikan SMK Wicaksana. Sebagai langkah awal mendirika sekolah tersebut , pengasuh membuka program keahlian farmasi dan keperawatan.kedua program tersebut bertujuan untuk menghasilkan asisten apoteker dan astiten perawat yang beriman, bertakwa, bejiwa pancasila. Mempunyai kemandirian, kreatif dan berinofasi ilmiah, dan mempunyai ketrampilan dibidang farmasi dan keperawatan.[67]

4.      Ma’had Aly
Untuk mengembangkan pesantren sesuai dengan kebutuhan zaman, juga terhadap kebutuhan akan tenaga pengajar yang selalu konsisten untuk mempelajari agama dan mengajarkanya, pengasuh pondok pesantren mendirikan Ma’had Aly dengan tujuan untuk mencetak intelek intelektual yang  tafaquh fid diin yaitu golongan orang yang bersungguh-sungguh mempelajari dan mengajarkan agama.
Ma’had Aly adalah lembaga pendidikan setingkat perguruan tinggi yang ada dilingkungan pondok pesantren Al Hikmah dengan jurusan Dirosah Islamiyah. Dengan dpesifikasi ilmu-ilmu agama.ma’had Aly telah banyak mencetak ulama yang sebagian besar telah dikirimkan keplosok Nusantara untuk menjadi pengasuh dan pengajar pesantren.

5.  Akper Al Hikmah
Pendirian Akper Al Hikmah ini dilatar Belakangi ketika pengasuh pondok pesantren Al Hikmah menerima kenikmatan berupa sakit, kemudian beliau mampu mengambil hikmah atas sakitnya tersebut. Hikmah yang didapat ketika kyai sakit adalah dengan didirikanya Akper ( Akademi Keperawatan) Al Hikmah dibawah Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al Hikmah 2 yang dipimpinya. Pengalamanya ketika dirawat disalah satu rumah sakit dijakarta, membulatkan tekadnya untuk mampu mendirikan sebuah akademi keperawatan yang mampu menghasikan perawat professional.
Tidak hanya itu, diharapkan lulusan Akper Al Hikmah 2 menjadi perawat yang juga paham syari’at agama, berahlakul karimah, serta mampu bersaing diera globalisasi. Tantangan globalisasi yang menuntut setiap pelakunya untuk mahir dalam berbahasa inggris dan menguasai computer, juga dijawab oleh Yayasan Pondok Pesantren Al Hikmah. Kepada para mahasiswanya diberi ketrampilan spesifikasi Bahasa Inggris dan Komputer, disamping program kepesantrenan mahasiswa, sehingga salah satu sarat bagi mahasiswanya sebelum mukim kedaerahnya masing-masing harus sudah menghafal salah satu surat panjang dari alqur’an semisal Yaa siin dan Al mulk.
Hal inilah merupakan upaya yang dilakuakan Yayasan Pendidika Pondok Pesantren Al Hikmah dalam  merespon modernisasi. Denga membekali santri-santrinya berupa ilmu pengetahuan umum dan ketrampilan  yang memadai dengan mengedepankan hasanah  pendidikan agama, untuk membimbing kepada jalan yang lurus yang diridhoi Allah SWT.[68]
























BAB V
PENUTUP

     
A.    Kesimpulan
Dari uraian yang penulis paparkan diatas mengenai Inovasi Pendidikan Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes Dalam Membekali Santri Untuk menghadapi Modernisasi , maka dapat kami simpulkan sebagai berikut :
1.      Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes dalam mempersiapka santrinya untuk bersaing di era modernisasi telah berusah melakukan inovasi dalam bidang pendidikan diantaranya dengan mendirikan sekolah-sekolah formal dengan memadukan  kurikulum yaitu gabungan kurikulum Departemen pendidikan Nasional, kurikulum kementrian agama, serta kurikulum pesantren.diantara lembaga pendidikan formal yang telah didirikan pondok pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes adalah:
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA) 2 Terpadu, SMK Wicaksana (Program Keahlian Farmasi dan Keperawatan), Madrasah Muallimin Muallimat (MMA) Khusus kitab kuning, AKPER (Akademi Keperawatan), Ma’had Aly, serta sekolah tinggi agama islam AL hikmah  (STAIA). Dengan adanya pembaharuan pendidikan dipondok pesantren Al hikmah ini, diharapkan dapat menghasikan out put yang diharapkan oleh masyarakat umum dan siap bersaing ditengah kehidupan yang modern. 
2.      Pondok pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes merupakan pondok pesantren yang menerapkan metode pembelajaran klasik (tradisional)  dan modern (baru). Metode pembelajaran klasik meliputi metode sorogan, metode bandongan, metode musyawarah/bahstul masa’il, metode pengajian pasaran, metode hafalan/muhafadzah. Metode pembelajaran modern (baru) dengan mengadopsi metode-metode yang berkembang dimasyarakat modern yaitu melalui lembaga-lembaga pendidikan formal sekolah.
3.      Pondok pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes  telah ikut serta  berperan aktif dalam mengembangkan pendidikanya terhadap tuntutan modernisasi dengan membekali ilmu pengetahuan umum serta life skill dan ketrampilan-ketrampilan yang lain dalam mempersiapkan santri untuk mampu bersaing di era modernisasi.

B.     Saran-saran
1.      Untuk pondok pesantren, kehidupan kedepan yang semakin modern banyak tantangan yang harus dihadapi oleh alumni pesantren. Oleh karenanya santri sebagai komunitas elit muslim dituntut dapat memainkan peran penting pula dalam setiap proses-proses pembangunan sosial baik melalui potensi pendidikan maupun potensi pengembangan kemasyarakatan  yang dimilikinya. Tentu sangat diharapkan adanya upaya peningkatan kualitas keilmuan santri , serta diimbangi dengan disiplin ilmu umum dan life skill yang menunjang dengan tetap mengedepankan hasanah keislaman.
2.      Dalam struktur pendidikan Nasional, pesantren merupakan mata rante yang sangat penting karena secara signifikan telah ikut andil dalam upaya ikut mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga pemerintah diharapkan bias lebih memberikan perhatianya dalam berbagai bentuk, baik dalam kaitanya dengan eksistensi pesantren maupun memberikan  berbagai bantuan sarana dan prasarana.

C.    Penutup
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat ilahi robbi  tuhan seru sekalian alam, penulis memuji-Nya dengan pujian yang paling tinggi atas semua limpah rahmat yang telah dilimpahn kan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, dan penulis juga memohon kepada-Nya tambahan kemurahan dan kemuliaan.
Dengan selesainya skripsi ini, maka penulis sangat berharap khususunya kepada pembimbing dan semua pembaca untuk memberikan kritik dan saran, sehingga skripsi ini mendapatkan penambahan yang nantinya dapat menuai hasilyang sempurna dan memuaskan karena penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisa skripsi ini masih banyak sekali kekurangan didalamnya.hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis yang tidak pernah lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Penulis berharap dengan perantaraan skripsi ini akan memberikan menfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya, dengan mengaplikasikan isi dari skripsi ini dalam kehidupan sehari-hari. Amin ya robbal a’lamin.






























DAFTAR PUSTAKA


Mahmud. H., Model-Model Pembelajaran Pesantren, Media Nusantra, Tangerang, 2006
Masyhud Sultan H.M. MP.d. Drs.,  dkk Manajemen Pondok Pesantren, DIVA PUSTAKA, Jakarta, cet ketiga 2008
Mashur Aris Ms, MA, Menakar Modrenitas Pendidikan Pesantren, Barnea,  Jakarta Depok, cet. 1 .2000
Indra Hasbi, MA Dr., Pendidikan Islam Melawan Globalisasi, PT Mutiara Kalam , Jakarta, 2005,cet 1
Poerwadarmita W.J.S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka,1991, cet. 11
---------, Himpunan Perundang-Undangan Rebuplik Indonesia, SISDIKNAS, Bandung, Nuansa Aulia 2008, cet.1,
Hasbullah Drs., Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia; Lintasan Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan, Jakarta,  PT. Raja Grafindo persada, 1996, cet.II
El saha Ishom M., Melejitkan Daya Tawar Pesantren, Jakarta:Pustaka Mutiara, 2008, cet. I,
Novia Windi, Sp.d. Kamus Ilmiah Popular, WIPPRES, 2008, cet 1
Basori Ruchman, Pesantren Modern Indonesia, Jakarta, inceis 2006, cet 1
Arikunto Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta,  2002
Hadi Sutrisno, Metode Research, Yogyakarta : PT. Andi Ofset, 2000, jilid 1 dan 2
Wahab Rochmat, MA. Dr., Memahami Pendidikan dan Ilmu pendidikan, Laksbang mediatama, Yogyakarta, 2009, cet. 1
Dewantara Ki  Hajar, Bagian Pertama pendidika, Yogyakarta: Majelis Luhur Taman Siswa, 1962
Nata Abudin, MA, DR. Prof. H.. Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, cet. 9
El Saha Ishom M., Haedari Amin H., Manajemen Pendidikan Pesantren, TRANSWACANA, Jakarta 2008
Hasbullah Drs., Sejarah Pendidikan Islam Diindonesia; Lintasan Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembngan, PT. Raja Gafindo Persada,1996
Fatah Abdul Rohani H. Drs.M,Ag dkk, Rekonstruksi pesantren masa depan, PT. Listafari Putra, Jakarta, 2008
Dawam Ainurrafiq dr., M.Ag, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren, Listafariska Jakarta 2005
Wahid Abdurahman, Menggerakan Tradisi; esai-esai pesantren,LKIS, Yogyakarta 2001, cet.1
Yunus Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam Diindonesia, Hidakarya, Jakarta, 1990
Wirosunarto Hamzah Amir, KH Imam Zamkarsyi dari Gontor Merintis Pesantren Modern, Gontor Pres ponorogo 1996, cet. 1
Dhofier Zamkasyari, Tradisi pesantren, studi tenteng Pandangan Hidup Kyai, LP3ES Jakarta 1995
Haedari Amin HM., dkk, Masa depan Pesantren Dalam Tantantngan Modernitas Dan Tantangan Komplesitas Global, IRD PRESS, Jakarta, 2004
Azra Azyumardi, Islam Nusantara,Mizan Bandung 2002
Brosur Pondok PesantrenAl Hikmah 2 Benda Tahun Ajaran 2011/2012
Musahadi HAM, Evolusi Konsep Sunah, semarang : CV. Aneka ilmu, 2000
Nasution Harun, Islam Di Tinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta : CV. UI press, 1985, cet.6
mahmus, MM. H. Drs., Model-Model Pembelajaran Dipesantren, DIFA PUSTAKA, Tangerang, cet 1, 2006
Brosur Pondok PesantrenAl Hikmah 2 Benda Tahun Ajaran 2011/2012
http//www.alhikmahdua.net
Sumber : Pengurus Pendidikan Pondok PesantrenAl Hikmah 2 Benda



DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama                             :  Kristiono
Tempat Tanggal Lahir   :  Brebes
Alamat                                      :  Desa Pandansari Kec. Paguyangan Kab. Brebes
Nama Orang Tua          
            Ayah                 :  Sami’un
            Ibu                     :  Wasem
Prkerjaan Orang Tua     :  Tani
Agama                           :  Islam
Riwayat Pendidikan     :  SD N Wanareja I ( Lulus Tahun 1999 )
                                         SMP N II Paguyangan ( Lulus Tahun 2002 )
                                         MAK Al Hikmah 1 ( Lulus Tahun 2008 )
                                         Mahad Aly Al Hikmah 2 ( Lulus 2010 )
                                         
           





[1] Mahmud.H.model-model pembelajaran pesantren media nusantra, Tangerang 2006 hal.1
[2] Drs.H.M.sultan masyhud,MP.d, dkk manajemen pondok pesantren DIVA PUSTAKA Jakarta cet ketiga 2008 hal 1
[3] Ms Aris Mashur,MA menakar modrenitas pendidikan pesantren Barnea  Jakarta Depok cet. 1 .2000 hal 5.
[4] Drs. H.M. Sultan Masyhud, Mp.d, dkk, Op. Cit .hal 6
     [5] Drs. H.M. Sultan Masyhud, Mp.d, dkk, Op. Cit  .hal 7
[6] Drs. H,M. Sultan Masyhudi, Mp.d, dkk Op. Cit hal. 19
[7] Dr.Hasbi Indra, MA, Pendidikan Islam Melawan Globalisasi,PT Mutiara Kalam , Jakarta2005,cet 1,hal. 197
 [8]Drs. H.M. Masyhud, Mp.d, dkk Loc. Cit, h.64
[9] W.J.S. Poerwadarmita, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka ,1991), cet. 11, hlm. 250.
[10] Himpunan perundang-undangan rebuplik Indonesia, SISDIKNAS, ( Bandung: Nuansa Aulia 2008 ), cet.1, hal.10.
[11] Drs. Hasbullah, sejarah pendidikan islam di Indonesia; lintasan sejarah pertumbuhan dan perkembangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo persada, 1996 ), cet. II, hal. 138.
[12] M.ishom El saha,Melejitkan Daya Tawar Pesantren, (Jakarta:Pustaka Mutiara, 2008 ), cet. I, hal.11.
[13]  Kamus besar BAhasa Indonesia Op. Cit, hal 997.
[14] Windi Novia, Sp.d. kamus ilmiah popular, WIPPRES, 2008, cet 1,hal.453.
[15] Basori Ruchman, pesantren modern Indonesia, Jakarta, inceis 2006, cet 1. Hal 12.
[16] Ibid,hlm.12
[17] Suharsini Arikunto, prosedur penelitian suatu pendekatan praktek,  Jakarta, Rineka Cipta  2002, hal. 190.
[18] Sutrisno Hadi, metode research, ( Yogya karta : PT. Andi Ofset, 2000 ), jilid 1 dan 2,  hal. 26.
[19] Ibid, hal. 107.
[20] Ibid, hal. 163.
[21] Ibid, hal. 193
[22] Lexi Moleong, metode penelitian kualitatif, Remaja Karya, Bandung, 1989, h.
[23] Dr. Rochmat Wahab, MA. Memahami Pendidikan dan Ilmu pendidikan Laksbang mediatama Yogyakarta 2009, cet. 1,hal.5.
[24] locit. hal
[25] Op. Cit. hal 10
[26] KI Hajar Dewantara , Bagian Pertana pendidikan. ( Yogya karta: Majelis Luhur taman Siswa 1962 ), hal. 14
[27]  Prof. DR. H. Abudin Nata, MA. Metodologi Studi Islam ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2004 ), cet. 9, hal.338.
[28]Op. Cit.hal.6
[29] Op. Cit.hal 8.
[30] Op. Cit.hal 8.
[31] M. Ishom El Saha,H. Amin Haedari, Manajemen pendidikan pesantren,TRANSWACANA Jakarta 2008, hal.24

[32] Drs. H. M. Sulton Masyhud, M.pd dkk Loc. Cit, h.64
[33] Drs. H. M. Sulton Masyhud, M.pd dkk Loc. Cit, h. 66
[34] M. Arifin, kapita selekta pendidikan Islam dan Umum, (Jakarta: Biona Aksara. 1995) Cet, ke3, h.257
[35] Drs. H. Rohani Abdul Fatah M,Ag, Rekonstruksi Pesantren Masa Depan dari tradisional, Modern, Hingga Pos Modern, PT. Listafariska Jakarta 2005, h.20
[36] Ibid. h.20
[37] Loc. Cit, Manajemen Pondok pesantren, h.93
[38] Op.cit h.21
[39] Drs. Hasbullah, sejarah pendidikan islam diindonesia; lintasan sejarah pertumbuhan dan perkembngan, (PT. Raja Gafindo Persada,1996), cet. Hal. 138
[40]Drs. H. rohani Abdul fatah M,Ag dkk, Rekonstruksi pesantren masa depan, PT. Listafari putra Jakarta 2008, hal.11
[41] Ibid. hal. 11
[42] Dr. Ainurrafiq dawam, M.Ag, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren, Listafariska Jakarta 2005, hal. 5
[43] Abdurahman Wahid, Menggerakan Tradisi; esai-esai pesantren,LKIS, Yogyakarta 2001, cet.1, hal 17
[44] Mahmud yunus, sejarah pendidikan islam diindonesia, Hidakarya Jakarta 1990, hal 50
[45] Amir Hamzah Wirosunarto, kH Imam Zamkarsyi dari Gontor Merintis pesantren modern, Gontor Pres ponorogo 1996, cet. 1, hal.s 56
[46] Zamkasyari dhofier, Tradisi pesantren, studi tenteng Pandangan Hidup Kyai, LP3ES Jakarta 1995, hal. 44
[47] Dr. Ainurrafiq Dawam,M,ag dkk, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren Listafariska Putra cet. 2, hal.5
[48] HM. Amin Haedari, dkk, Masa depan Pesantren Dalam Tantantngan Modernitas Dan Tantangan Komplesitas Global IRD PRESS Jakarta 2004, cet. 1, hal.7
[49]  Hm. Amin Haedari, dkk Masa Depan Pesantren. Hal. 7
[50] Azyumardi Azra, Islam Nusantara,Mizan Bandung 2002, hal.19
[51]Drs. H. Amin haedari, M.pd.,dkk, Panorama Pesantren Dalam Cakrawala Modern Diva pustaka Jakarta 2006 Cet. 4,h.38
[52] Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Loc,Cit. h. 662
[53] Opcit. Hal.39
[54] Kuntowijoyo, paradigm islam, interpepretasi untuk aksi, ( Mizan, Bandung 1991), h.160
[55] Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (INIS, Jakarta 1994) h.68
[56] http//www.alhikmahdua.net
[57] Brosur Pondok PesantrenAl Hikmah 2 Benda Tahun Ajaran 2011/2012
[58] Musahadi ham, Evolusi Konsep Sunah, (semarang : CV. Aneka ilmu, 2000), hal.45
[59] Harun nasution, Islam Di Tinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta : CV. UI press, 1985), cet.6, jilid 2, hal 98
[60] http//www.alhikmahdua.net
[61] Brosur Pondok PesantrenAl Hikmah 2 Benda Tahun Ajaran 2011/2012
[62] http//www.alhikmahdua.net
[63] Drs. H. mahmus, MM, model-model pembelajaran dipesantren, DIFA PUSTAKA Tangerang cet 1 2006 hal 50
[64]  Observasi kegitan pembelajaran Pondok Pesantren Al Hikmah 2
[65] Interview kepala sekolah MTS dan MA Al Hikmah 2
[66] intervie Kepala sekolah SMA dan SMP
[67] Interview kepala sekolah SMK Wicaksana Al Hikmah 2
[68] Interview bagian kurikulum akademik Akper Al Hikmah 2

1 komentar: