BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Berbicara tentang dunia pesantren sebagai center of exellen (pusat
kajian keilmuan) akan selalu menarik untuk dikaji, baik dalam konteks
kelembagaan, perilaku santri, maupun kehidupan para tokohnya. bukan saja karena
eratnya kaitan unik antara pesantren dan masyarakat, bermacam tradisi kasnya, liku
sejarah berdirinya, namun juga karena “keluarbiasaan” pesantren dalam mengawal
bangsa selama lebih dari 300 tahun. selama kurun waktu itu pesantren teleh ikut
mencerdaskan putra putri bangsa,turut berperaan aktif membangun bangsa.
Dalam perspektif
historis perkembangan pendidikan diindonesia, maka pondok pesantren menempati
garda terdepan sebagai penyelenggara pendidikan. jauh sebelum masa
kemerdekaan,pondok pesantren telah menjadi sistem pendidikan diindonesia. hampir
diseluruh pelosok nusantara terdapat lembaga pendidikan yang kurang lebih
serupa dengan pesantren meski dengan nama yang berbeda. hal ini dapat diketahui
dengan banyaknya pesantren yang didirikanya jauh sebelum masa kemerdekaan. Sehingga,
pesantren pada waktu itu banyak yang dibubarkan, bahkan dihancurkan oleh pemerintah
belanda karena dianggap sistem pendidikanya menentang pemerintahan kolonial
belanda yang pada waktu itu sedang menjajah Indonesia.
Sebagai
penyelengara pendidikan, pesantren didalamnya selalu ditemui interaksi aktif
antara kyai sebagai guru dan santri sebagai murid, khususnya dalam bentuk
kajian khazanah keislaman melalui buku teks-teks klasik(kitab kuning) dan
bahasan lain yang biasanya
diselenggarakan dimasjid, musola, asrama
(pondokan), rumah kyai hingga ruang kelas. dari situlah terjadi pentransferan
keilmuan pesantren dari kyai kesantri.dari interaksi antara kyai dan santri
inilah pada giliranya telah melahirkan beragam model pembelajaran dan
transformasi keilmuan dipesantren. lebih dari itu, Interaksi kyai dan santri
didunia pesantren telah melahirkan ragam pendekatan, pola dan model
pembelajaran yang mempunyai ciri khas tersendiri dibanding dengan lembaga
pendidikan lainya.[1]
Dalam struktur
pendidikan nasional, pesantren merupakan mata rante yang sangat penting. hal
ini tidak hanya karena historis kemunculanya yang relativ lama, akan tetapi
karena pesantren juga telah secara signifikan ikut andil dalam upaya ikut
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Lembaga
pesantren semakin berkembang secara cepat dengan adanya sikap noo kooperatif
ulama terhadap kebijakan ’’politik etis’’ pemerintah kolonial belanda pada
ahir abad ke 19. kebijakan pemerintah kolonial ini dimaksudkan sebagai balas jasa
kepada rakyat Indonesia dengan memberikan pendidikan modern termasuk budaya
barat. Namun pendidikan yang diberikan sangat terbatas, baik dari jumlah yang
mendapat kesempatan mengikuti pendidikan maupun dari segi tingkat pendidikan
yang diberikan.[2]
Sikap noo-kooperatif dan silent opposition para ulama itu kemudian
ditunjukan dengan mendirikan pesantren didaerah-daerah yang jauh dari kota
untuk menghindari intrevensi pemerintah kolonial serta memberikan kesempatan
kepada rakyat yang belum memperoleh pendidikan. Bagai para kyai
pesantren,pembaruan pemikiran keagaman sejatinya tetap merupakan suatu keniscayaan, namun tidak
dengan meninggalkan tradisi keilmuan
para ulama terdahulu yang masih relevan.
Propaganda
pendidikan modern yang diusung oleh belenda tentusaja berdampak pada sistem
pendidikan pesantren. tentusaja dengan kehadiran lembaga pendidikan itu, sistem
pendidikan pesantren agak terancam. meskipun demikian, kecurigaan pesantren
terhadap ancaman lembaga pendidikan kolonial belanda tidak selalu berbentuk
penolakan secara apriori.karena dibalik penolakanya, ternyata diam-diam
pesantren memperhatikan metode yang digunakan untuk kemudian dicontohnya. fenomena
menolak sambil mencontoh tampak dalam perkembangan pesantren dijawa. hal ini
terlihat, misalnya dengan diajarkanya pengetahuan umum semisal bahasa melayu, bahasa
belanda, sajarah ilmu hitung, ilmu bumi
dan ilmu-ilmu yang lainnya.
Pada tahun
1943, Wahid Hasyim atas persetujuan ayahnya KH. Hasyim Asy’ari mendirikan
madrasah nidlomiyah, dimana pengajaran
pengetahuan umum mencapai 70% dari keseluruhan yang diajarkan.[3]
Perkembangan
awal pesantren inilah yang menjadi cikal bakal dan tipologi unik lembaga pesantren
yang berkembang hingga saat ini. pada paruh abad ke-20 dapat diamati adanya
dorongan arus besar dari pendidikan ala barat yang dikembangkan pemerintah
Belanda dengan mengenalkan sistem sekolah. Dikalangan pemimpin-pemimpin islam, kenyataan
ini direspon secara positif dengan memperkenalkan sistem pendidikan berkelas
dan berjenjang dengan nama “madrasah” (yang dalam beberapa hal berbeda dengan sistem”sekolah”).
Meskipun
demikian, semua perubahan itu sama sekali tidak mengurangi identitas pesantren dari
akar kultural dan keunikanya. secara umum pesantren tetap memiliki
fungsi-fungsi sebagai : (1) lembaga pendidikan yang melakukan transfer
ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi aldin ) dan nilai-nilai islam (Islamic values),
(2) lembaga pendidikan yang melakukan kontrol sosial (social control), dan
(3) lembaga keagamaan yang melakukan rekayasa sosial (social engineering).[4]
Sejalan dengan
kecenderungan deregulasi dibidang pendidikan, penyetaraan pendidikan juga
diarahkan kepada pesantren yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam
bentuk madrasah dan mengajarkan ilmu-ilmu umum meski tidak menerapkan kurikulum
nasional, sehingga saat ini sudah ada pesantren yang telah mendapatkan status sertifikasi
(disamakan dengan pendidikan umum)
seperti halnya pesantren Gontor (Ponorogo). Sedangkan pesantren yang hanya
mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam bentuk Madrasah Diniyah (MD), seperti
pesantren Lirboyo (Kediri) dan pesantren Tegal Rejo (Magelang) dan pesantren
yang hanya sekedar menjadi tempat
pengajian (pesantren salafiyah) telah memperoleh penyetaraan melalui SKB Dua
Mentri (Menag dan Mendiknas) No. 1/U/KB/2000 dan No.MA/86/2000, tertanggal 30
Maret 2000. SKB ini memberikan kesempatan pada pesantren salafiyah untuk ikut
menyelenggarakan pendidikan dasar sebagai upaya memprecepat pelaksanaan program
wajib belajar, dengan persaratan kurikulumnya. SKB ini memiliki implikasi yang
sangat besar, karena dengan demikian eksistensi pendidikan pesantren salafiyah
tetap terjaga, bahkan dapat memenuih ketentuan sebagai pelaksana wajib belajar
pendidikan dasar.[5]
Mempertimbangkan
proses perubahan yang terjadi dipesantren, tampak bahwa hingga dewasa ini
lembaga tersebut telah memberi kontribusi penting dalam penyelenggaraan pendiikan nasional. keberadaan pesantren
sebagai lembaga pendidikan,baik yang masih mempertahankan sistem pendidikan
tradisionalnya maupun yang sudah mengalami perubahan,memiliki pengaruh besar
dalam kehidupan masyarakat Indonesia. dari waktu ke waktu, pesantren semakin
tumbuh dan berkembang baik kuantitas maupun kualitasnya. tidak sedikit dari
masyarakat yang masih menaruh perhatian besar terhadap pesantren sebagai
pendidikan alternatif. terlebih lagi dengan berbagai inovasi sIstem pendidikan
yang dikembangkan pesantren dengan mengadopsi corak pendidikan umum,menjadi pesantren
semakin kompetitif untuk menawarkan pendidikan dikhalayak masyarakat. Maski sudah
melakukan berbagai inovasi pendidikan, sampai saat ini pendidikan pesantren
tidak kehilangan karateristiknya yang unik yang membedakan dirinya dengan model
pendidikan umum yang diformulasikan dalam bentuk sekolahan. Pendidikan pesantren
juga dapat dikatakan sebagai modal sosial dan bahkan soko guru bagi
perkembangan pendidikan nasional diindonesia. Karena pendidikan pesantern yang
berkembang sampai saat ini dengan
berbagai ragam modelnya senantiasa selaras dengan jiwa, semangat, dan
kepribadian bangsa Indonesia yang mayoritas beragama islam.maka dari itu, sudah
sewajarnya apabila perkembangan dan pengembangan pendidikan pesantren akan
memperkuat karakter sosial sistem pendidikan nasional yang turut membambantu
melahirkan sumberdaya manusia Indonesia yang memiliki kehandalan penguasaan
pengetahuan dan kecakapan teknologi yang senantiasa dijiwai nilai-nilai luhur
keagamaan. pada ahirnya, sumberdaya manusia yang dilahirkan dari pendidikan
pesantren ini secara ideal dan praktis dapat berperan dalam setiap proses
perubahan sosial menuju terwujudnya tatanan kehidupan masyarakat bangsa yang
paripurna.
Terkait dengan
problematika pendidikan pesantren dalam interaksinya dengan perubahan sosial
akibat modernisasi ataupun globalisasi, tantangan yang dihadapi pesantren
semakin hari semakin besar, kompleks, dan mendesak maka tampak bagai mana dunia
pesantren dituntut proaktif untuk merekonstruksi eksistensi dirinya dalam konteks
modernitas disatu pihak, dan dipihak lain untuk tetap mempertahankan ciri khas
tradisinya. dengan demikian, pesantren harus ‘membenahi’ dirinya untuk menjadi salah
satu sub sistem pendidikan yang siap
mengembangkan iptek. kalangan internal pesantren dituntut untuk tidak hanya
menguasai disiplin keilmuan agama tetapi juga harus menguasai disiplin keilmuan
umum. dalam hal ini pesantren sebenarnya sudah mulai melakukan pembenahan pada
aspek kelembagaan, baik pada tataran manajemen, organisasi, administrasi, sarana
dan prasarana pendidikan, pengelolaan keuangan, dan ketenaga pendidikan. salah
satu bentuk aspek pembenahan tersebut adalah
dengan adanya pengembangan pendidikan formal (sekolah), mulai tingkat SD sampai
perguruan tinggi dilingkungan pesantren dengan menawarkan perpaduan kurikulum
keagamaan dan kurikulum nasional serta perangkat ketrampilan teknologis yang
dirancang secara sistematis. tawaran berbagai model pendidikan formal mulai SD
uggulan, madrasah Aliyah program kusus
(MAPK), SLTP dan SMU plus yang
dikembangkan pesantren pun sangat kompetitif sebagai daya tarik masyarakat
luas. sebab dari model pendidikan formal inilah ada semacam jaminan keungulan out
put dari pesantren yang siap bersaing dalam berbagai sektor kehidupan sosial.
pengembangan model pendidikan formal semacam ini telah menjadi trend
yang telah diadopsi oleh pondok pesantren ditanah air, seperti halnya pondok
pesantren Al hikmah Benda Sirampog Brebes dengan
memadukan kurikulum pesantren, kurikulum kemeneg, serta kurikulum nasional.
sebagai lembaga pendidikan, pesantren Alhikmah berusaha merespon terhadap globalisasi (kemajuan zaman), serta berupaya
mengambil langkah untuk meningkatkan life skiil kepada setiap santrinya dengan
menghadirkan lembaga pendidikan diantaranya Taman Kanak-Kanak (TK), Madrasah
Ibtidaiyah Tamrinnusibyan (MIT), Madrasah Tsanawiyah (MTS), Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA), Madrasah Aliyah
(MA) 2 Terpadu, SMK Wicaksana (Program Keahlian Farmasi dan Keperawatan),
Madrasah Muallimin Muallimat (MMA) Khusus kitab kuning, AKPER (Akademi
Keperawatan), Ma’had Aly, serta sekolah tinngi agama islam AL hikmah (STAIA). Dengan adanya pembaharuan pendidikan
dipondok pesantren Al hikmah ini, diharapkan dapat menghasikan out put
yang diharapkan oleh masyarakat umum dan siap bersaing ditengah kehidupan yang modern.
Tepat apa yang dikemukakan K.H. Sahal Mahfud:
Kalau pesantren ingin
berhasil dalam pengembangan masyarakat yang salah satunya adalah pengembangan semua
sumberdaya, maka pesantren harus melengkapi dirinya dengan tenaga yang terampil
mengelola sumberdaya yang ada dilingkunganya, disamping syarat yang lain yang
diperlukan untuk berhasilnya pengembangan masyarakat.Sudah barang tentu
,pesantren harus tetap menjaga potensinya sebagai lembaga pendidikan.[6]
Tuntutan atau
dinamika zaman perlu direspon oleh pesantren dengan berbagai perubahan dalam pengelolaan
pendidikannya. Perubahan memang diperlukan dan hal itu sesuatu yang abadi sepanjang kehidupan manusia, selama itu hal
yang baik. dalam dunia pesantren sebenarnya telah dipegang kaidah al-
muhafadlatu ‘ala al-qodimi al-shalih wa al-akhdzu bi al-jadidi al-ashlah (melestarikan
khazanah lama yang masih relefan dan mengambil sesuatu yang baru yang lebih baik).
Adanya
perubahan sosial yang demikian cepat sebagai akibat dari modernisasi menimbulkan
berbagai tantangan baru, tidak terkecali pesantren. karena itu, pesantren
sebagai instiusi sosial yang telah banyak memberikan konstribusi basar dalam
pengembangan kehidupan rohaniah masyarakat muslim, dituntut untuk dapat
menjawab segala persoalan yang ditimbulkan dari arus perubahan sosial tersebut.
Oleh
karenanya, pesantren kedepan agar mempersiapkan santrinya memasuki dunia
global, para santri perlu dibekali bukan saja hanya penguasaan ilmu-ilmu melalui kitab
klasik (kitab kuning), tetapi pesantren sudah harus melakukan pembelajaran
melalui sarana teknologi dan memperkanalkan santrinya dengan teknologi sehingga
santri nantinya tidak gagap (shock condition) dengan kemajuan
teknologi ketika berbaur ditengah kehidupan masyarakat luas.[7]
B.
Rumusan Masalah
Dilihat
dari latar belakang diatas, maka untuk mempermudah penulisan sekripsi ini
penulis akan merumuskan masalahnya dalam rumusan sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah
inovasi lembaga pendidikan pondok pesantren Al hikmah 2 terhadap modernisasi
2.
Bagaimanakah
metode pembelajaran dilembaga pendidikan pondok pesantren Al hikmah 2 ?
3.
Apakah
pondok pesantren Al hikmah 2 Benda ikut berperan aktif dalam mengembangkan
pendidikannya terhadap tuntutan modernisasi ?
C.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang kami lakukan dan kami aplikasikan dalam penyusunan skripsi ini adalah :
1.
Untuk
mengetahui inovasi lembaga pendikan pondok pesantren Al hikmah 2 terhadap
tuntutan modernisasi
2.
Untuk
mengetahui metode pembelajaran dilembaga pendidikan pondok pesantren Al hikmah.
3.
Untuk
mengetahui peran aktif lembaga pendidikan Al hikmah 2 didalam mengembangkan pendidikannya
terhadap tuntutan modernisasi.
D.
Kerangka pemikiran
Dalam kerangka pemikiran ini, penulis
menguraikan pengertian dari judul skripsi ini yang tentunya akan mencerminkan
dari isi skripsi penelitian , antara lain : kata “ inovasi “ berasal dari inovation
( inggris), sering diterjemahkan sebagai suatu hal yang baru atau pembaharuan,
namun ada pula yang menggunakan kata tersebut untuk menyatakan penemuan (invention) , karena hal yang baru itu
merupakan hasil penemuan. Ada juga yang
mengaitkan antara pengertian inovasi dengan
“ modernisasi”, karena keduanya membicarakan usaha pembaharuan.
Berdasarkan
beberapa pengertian dasar tersebut inovasi dapat diartikan sebagai : suatu
ide, barang, kejadian, metode, yang dirasakan, atau diamati, sebagai suatu hal
yang baru bagi seorang atau kelompok orang ( masyarakat), baik itu berupa hasil
invensi atau discovery.[8]
Dari segi
bahasa pendidikan dapat diartikan perbuatan ( hal, cara ) mendidik, dan berarti
pula pengetahuan tentang mendidik , atau pemeliharaan ( latihan-latihan )
badan, batin dan sebagainya.[9]
Adapun pengartian pendidikan dari segi istilah kita dapat merujuk
kepeda berbagai sumber yang diberikan para ahli pendidikan. Dalam Undang-Undang
sisitem pendidikan nasional (UU RI NO. 2 Th. 1989 ) dinyatakan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan ,
pengajaran.[10]
Pendidikan juga bisa diartikan sebagai usaha sadar
yang dilakukan oleh sekelompok orang yang saling membutuhkan untuk bertukar
pengetahuan. Pendidikan juga mengandung pengertian yang meliputi sasaran
pendidikan, fungsi, tujuan pendidikan, dan alasan pendidikan.
Pesantren sendiri menurut pengertian dasarnya adalah”tempat belajar
para santri”. sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana yang
terbuat dari bambu. Disamping itu kata ” pondok “ mungkin juga berasal dari
bahasa arab “funduk” yang berarti hotel atau asrama.[11]
Sedangkan pesantren berasal dari kata santri yang dapat diartikan
sebagai tempat para santri. Kata santri sendiri berasal dari bahasa sansekerta
/ jawa yaitu cantrik mengandung arti orang yang sedang belajar kepada seorang
guru.[12]
Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, istilah santri diartikan dengan: (1) orang
yang mendalami ilmu agama. (2) orang yang belajar dengan sungguh- sungguh.[13]
Istilah “modern” secara bahasa berarti “baru”, ”kekinian”,
“ akhir”,”up todate” atau semacamnya. Modernisasi dapat diartikan
gerakan untuk merombak cara-cara kehidupan lama untuk menuju bentuk atau model
kehidupan yang baru, atau penerapan model-model baru.[14]
Harun Nasution mendefinisikan : modern dalam masyarakat barat
mengandung arti fikiran ,aliran, gerakan dan usaha, untuk merubah faham-faham,
adat istiadat, institusi-istitusi lama, dan sebagainya, untuk disesuaikan
dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
[15]
Tokoh lain, Joseph S. Szyliowics mendefinisikan modernisasi sebagai
suatu proses yang melibatkan transformasi manusia, masyarakat dan budayanya
serta memiliki kepercayaan fundamental dalam rasionalitas dan pemikiran ilmiah.[16]
Menghadapi dapat diartiakan menyongsong atau mempersiapkan , jadi
berbijak dari uraian diatas, inovasi pendidikan pesantren dalam membekali
santri untuk menghadapi modernisasi , dapat dipahami bahwa apabila dikaitkan
dengan pendidikan, inovasi pendidikan pesantren dapat diartikan sebagai metode
pembaharuan untuk memecahkan maslah pendidikan pesantren. Atau dengan kata
lain, inovasi pendidikan pesantren adalah suatu ide, metode, yang dirasakan
atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (
masyarakat) yang digunakan untuk
mencapai tujuan atau memecahkan masalah pendidikan pesantren sehingga dengan
adanya inovasi tersebut out put
hasil pendidikan pesantren diharapkan dapat bersaing dengan kehidupan
sosial yang modern dimasa mendatang dimana seluruh aspek
kehidupan mengalami perubahan secara mendasar baik pada perbaikan atau
penyempurnaan sitem sosisal, politik, ekonomi, teknologi, budaya, dan juga
pendidikan dalam wilayah atau Negara tertentu, menuju kepada keadaan yang lebih
baik.
E.
Metode penelitian
Metode
penelitian adalah cara yang dipakai dalam mengumpulkan data, sedangkan
instrument adalah alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data.[17]
Adapun
metode penelitian yang penulis lakukan dalam penyusunan dan penulisan skripsi
penelitian yang berjudul “ Inovasi Pendidikan Pondok Pesantren Al Hikmah 2
Dalam Membekali Santri Untuk Menghadapi
modernisasi ini adalah : menggunakan
metode penelitian kepustakaan ( library research ) dan metode interview
(wawancara).
1.
Sumber
data penelitian
Pengumpulan
data tersebut berdasarkan pengambilan data dari :
a.
Data
Primer : adalah data yang langsung dikumpulkan peneliti dari sumber pertamanya.[18]
Dalam data primer ini kami menggunakan metode kepustakaan, yaitu mencari
referensi buku – buku atau bacaan yang berhubungan dengan penelitian yang kami
lakukan sebagai sumber data penelitian. Untuk sumber data primer diambil dari judul
buku, Manajemen Pondok Pesantren penulis Drs. H. M. Sulton Masyhudi, M.pd, Drs.
Moh. Khusnurdilo, M.pd, yang berisi tentang Potret, Potensi Dan Problem
Pengelolaan Pondok Pesantren, Pola Pengasuhan Pesantren, Inovasi Dan
Pengembangan Kurikulum Pesantren. Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan
Modernitas Dan Tantangan Komlesitas Global, penulis HM. Amin Haedari, dkk yang berisi mengenal
lebih dekat pesantren, pesantren dan tantangan modrnitas, pesantren dan
pemberdayaan masyarakat. Sedangkan sumber data adalah subjek dari mana
data diperoleh.[19]
b.
Data
skunder : adalah data- data penunjang penelitian yang penulis kumpulkan melalui
1)
Metode
observasi
Metode
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistem fenomena – fenomena
yang diselidiki.[20]
2)
Metode
wawancara
Metode
wawancara adalah metode pengumpulan data
dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematik bardasarkan
pada tujuan penelitian.[21]
1.
Analisis Data
Dalam
menganalisis data, penulis menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah metode analisis
sedarhana yang digunakan untuk mempermudah penjelasan. Analisis disini digunakan
sebagai pendukung untuk menambah dan mempertajam analisis yang dilakukan,
membantu masalah yang ditelitiserta memberikan gambaran umummengenai suatu
fenomena yang terjadi.[22]
2.
Sistematika Penulisan Skripsi
Dalam
penyusunan dan penulisan skripsi penelitian ini secara umum dan menyeluruh kami
menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab pertama
berisi pendahuluan
Dalam bab ini terdiri dari Latar belakang, Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Kerangka Masalah, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan Skripsi.
Bab Kedua Berisi Inovasi Pendidikan Pondok Pesantren Dan
Modernisasi
Dalam bab ini terdiri dari Inovasi Pendidikan Pondok Pesantren,
Modernisasi Pesantren.
Bab Ketiga Berisi Pondok Pesantren
Al Hikmah 2 Benda sirampog
Dalam bab ini terdiri dari beberapa pokok bahasan yaitu sejarah
berdirinya Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Benda sirampog Brebes, Visi dan Misi
Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes, Letak Geografis Pondok
Pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes, Sarana atau fasilitas Yang dimiliki Pondok Pesantren AlHikmah 2
Benda Sirampog Brebes, Jumlah Tenaga Pengasuh dan Pembina pondok Pesantren Al
hikmah 2 Benda Sirampog Brebes, dan Sistem pendidikan pondok pesantren al
Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes.
Bab Keempat Berisi Tentang Analisis
Inovasi Pendidikan Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Dalam Membekali Santri Untuk
Membekali Santri Untuk Menghadapi
Modernisasi
Bab ini berisikan
tentang analisa diantaranya, pola Pembelajaran
k Pondok Pesantren Al Hikmah 02 Benda Sirampog Brebes, Metode Pembelajaran Pondok Pesantren Al Hikmah
2 Benda Sirampog Brebes, Inovasi
pendidikan Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes
Bab
Kelima Berisi Penutup
Sebagai penutup
dalam bab ini berisi Kesimpulan, Saran– Saran,
Kata Penutup, Dan Sebagai Pelengkap pada bagian Akhir Skripsi ini dicantumkan
Daftar Pustaka Dan Daftar Riwayat Hidup Penulis.
BAB II
INOVASI PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN
DAN MODERNISASI
A.
Inovasi Pendidikan Pondok Pesantren
1.
Pengertian pendidikan
Secara etimologis atau kebahasaan, kata ‘ pendidikan’ berasal dari kata dasar ‘didik’
yang mendapat imbuhan awalan dan ahiran ,pe-an’ . berubah menjadi kata
kerja ‘mendidik’ yang berarti membantu anak untuk mengetahui aneka
pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai yang diwarisi dari keluarga dan
masyarakatnya. Istilah ini petama kali muncul dengan bahasa Yunani yaitu ‘paedagogiek’ yang berarti ilmu menuntut anak, dan
‘paedagogia’ adalah pergaulan dengan anak-anak, sedangkan orangnya yang
menuntun/mendidik anak adalah ‘paedagog’. Orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare,
yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan meralisasikan potensi anak yang
dilahirkan didunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung
yang setara dengan educare, yakni membangkitkan kekuatan terpendam atau
mengaktifkan kekuatan/potensi anak. Dalam bahasa inggris dikenal education
( kata benda ) dan educate ( kata kerja ) yang berarti mendidik.[23]
Dalam kamus bahasa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai proses
perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha
mendewasakan manusia melalui proses pengajaran dan pelatihan.[24]
Undang- Undang rebuplik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sIstem
pendidikan Nasional, menyebutkan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta
ketrampilan yang diperukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.[25]
Bapak pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara, menyatakan bahawa
pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti (
kekuatan batin, karakter ), pikiran (
intelect ) dan tubuh anak yang antara satu dan lainya saling berhubungan agar
dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak
yang kita didik selaras dengan dunianya.[26]
Dari beberapa definisi tersebut diatas maka, dapat diketahui bahwa
pendidikan adalah merupakan usaha atau proses yang ditujukan untuk membina
kualitas sumber daya manusia seutuhnya agar ia dapat melakukan peranya dalam
kehidupan secara fungsional dan optimal serta secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki sepiritual keagamaan. Dengan demikian,
pendidikan pada intinya menolong manusia agar dapat menunjukan eksistensinya
secara fungsional ditengah-tengah kehidupan manusia.[27]
Dari istilah-istilah sebagai mana dikemukakan diatas, ada arti lain
secara terminolagis atau arti konsep yang lebih lengkap sebagai mana
dikemukakan oleh para ahli pendidikan.
Croe and Crow, Pendidikan
diartikan sebagai proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi
individu untuk kehidupan sosialnya dan membantui meneruskan adat dan budaya
serta kelembagaan social dari generasi ke generasi.
Good menuturkan
bahwa pendidikan adalah keseluruhan proses dimana seseorang mengembangkan
kemampuan, sikap, dan bentuk tingkah laku lainya yang brrnilai didalam
masyarakat dimana ia hidup. Dalam bukunya ‘Dictionary of Education’
beliaumembedakan pengertian pendidikan dalam dua hal: (1) pedagogy is the
art, practice, or profession of teching ( pendidikan adalah seni, praktek,
atau profesi pengajaran); (2) pedagogy is the systematized learning or
intuction concerning principles and method of teaching and of studnt control
and guidance ( pendidikan adalah ilmu yang sistematis atau pengajaran yang
berhubungan dengan prinsip- prinsip dan metode- metode mengajar, pengawasan dan
pembimbingan siswa).[28]
Ahli pendidikan dari Indonesia mengartikan pendidikan juga beragam.
Ki Hajar Dewantara,
mengartikan pendidikan sebagai usaha menuntun segenap kekuatan kodrat yang ada
pada anak baik secara individu manusia maupun sebagai anggota masyarakat agar
dapat mencapai kesempurnaan hidup.[29]
Aip Syarifudin,
mendefinisikan pendidikan adalah proses yang dirancang dan disusun secara
sistematis untuk merangsang pertumbuhan, perkembangan, meningkatkan kemampuan
dan keterampilan, kecerdasan, dan pembetukan watak, serta nilai dan sikap yang
positif bagi setiap warga Negara dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.[30]
Dari sisi lain pendidikan juga dapat dipahami sebagai mana
pengertian yang bernuansa;
a)
Aktivitas
dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina
potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, cipta, rasa, dan budi nurani)
serta jsmani (panca indra dan ketrampilan-ketrampilan).
b)
Lembaga
yang bertanggungjawab menetapkan cita-citra (tujuan) pendidikan,isi, siitem,
dan organisasi pendidikan yang meliputi keluarga, lembaga pendidikan, dan
masyarakat.
c)
Hasil
atau prestasi yang dicapai oleh perkambangan manusia dan usaha dari lembaga
tersebut dalam mencapai tujuan. Pengertian-pengertian semacam ini merupakan
tingkat kemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai suatu kesatuan.[31]
Dengan pendekatan pengertian diatas maka, pendidikan dapat diartikan dari berbagai sudut
pandang, seperti pendidikan sebagai kemanusiaanya secara utuh, pendidikan
berwujud kemanusiaan dan pendidikan berwujud sebagai hasil.
2.
Pengertian
Inovasi Pendidikan Pesantren
Mengenai inovasi pendidikan pesantren, kata “ inovasi “ berasal
dari inovation ( inggris), sering diterjemahkan sebagai suatu hal yang baru
atau pembaharuan, namun ada pula yang menggunakan kata tersebut untuk
menyatakan penemuan (invention) ,
karena hal yang baru itu merupakan hasil penemuan. Ada juga yang mengaitkan antara pengertian
inovasi dengan “ modernisasi”, karena
keduanya membicarakan usaha pembaharuan.
Sehingga
Berdasarkan beberapa pengertian dasar tersebut inovasi dapat diartikan sebagai :
suatu ide, barang, kejadian, metode, yang dirasakan, atau diamati, sebagai
suatu hal yang baru bagi seorang atau kelompok orang ( masyarakat), baik itu
berupa hasil invensi atau discovery.[32]
Inovasi
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah
tertentu. Misalnya, untuk meningkatkan keefektian pesantren diterapkan Menejeman Peningkatan Mutu Berbasis Pesantren (MPMBP), untuk,
meningkatkan kualitas dan relevansi pesantren diterapkan kurikulum berbasis
kopatensi dan pendidikan beroreantasi pada kecakapan hidup (life skiil),
SUMIT (School Using Multiple Intelligence), untuk mengatasi akurasi data
pendidikan digunakan data-base computer dan sebagai nya, semua itu masih
berlanjut sejalan dengan dinamika masyarakat global.
Sehingga
apabila dikaitkan dengan pendidikan, inovasi pendidikan pesantren dapat diartikan sebagai inovasi (pembaharuan)
untuk memecahkan masalah pendidikan pesantren. Atau dengan kata lain, inovasi
pendidikan pesantren ialah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati
sebagai hal baru bagi seorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa
hasil penemuan (inovation), atau discovery, yang digunakan untuk
mencapai tujuan atau memecahkan masalah pendidikan pesantren.
Miles
(dalam Ibrahim, 1998) memberikan contoh-contoh inovasi pendidikan sebagai
berikut:
a.
Bidang
personalia. Pendidikan
yang merupakan dari system social tentu menentukan personal sebagai komponen
sistem. Inovasi yang sesuai dengan komponen misalnya adalah: peningkatan
mutu guru, sistem kenaikan pangkat, dan sebagainya.
b.
misalnya
perubahan tempat duduk (satu anak satu kursi dan satu meja),
perubahan pengaturan dindiing ruangan (dinding batas antar ruangan dibuat yang
mudah dibuka sehingga ketika diperluka dua ruangan dapat disatukan),
perlengkapan alat laboratorium bahasa, CCTV. Dan sebagainya.
c.
Pengaturan
waktu. Suatu sistem pendidikan tentu
memiliki perencanaan penggunaan waktu. Inovasi yang relevan dengan komponen ini
misalnya pengaturan waktu belajar (semester), perubahan jadwal pelajaran
yang dapat memberikan kesempatan siswa/mahasiswa untuk memilih waktu sesuai
dengan keperluanya,dan sebagainya.[33]
3.
Tujuan
Pendidikan Pondok Pesantren
Disebabkan
pondok pesantren yang tidak mempunyai
kebiasaan merumuskan dasar dan tujuan pendidikan pesantren secara eksplisit,
sehingga sulit untuk menggambarkan tujuan pendidikan pesantren secara pasti dan
seragam. Hal ini disebabkan sifat kesederhanaan pesantren, sesuai dengan
dorongan berdirinya, dimana kyai mengajar dan santri belajar, semata-mata untuk
ibadah lilahita’ala,dan tidak pernah dihubungkan dengan tujuan tertentu
dalam lapangan kehidupan atau tingkat jabatan tertentu dalam kehidupan sosial.
Adapun tujuan didirikanya pesantren menurut M.Arifin pada dasarnya
terbagi menjadi dua hal, yaitu tujuan umum da tujuan khusus. Tujuan khusususnya
adalah mempersiapkan para santri menjadi orang yang alim dalam ilmu agama yang
diajarkan oleh kyai serta mengamalkan
ilmunya ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Sedangkan tujuan umumnya adalah
membimbing anak didiknya untuk menjadi manusia yang berkepribadian islam yang
sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh islam dalam masyarakat sekitar
melalui ilmu dan amalnya.[34]
Untuk mengenal
tujuan pendidikan pesantren dapat diketahui melalui beberapa pernyataan para
pendiri pondok pesantren, KH. Ahmad Sahal misalkan, salah seorang pendiri
pondok Modern Gontor menyatakan pada para santri-santrinya “ anak-anaku nanti
harus menjadi orang yang a’lim, sholeh , sugih supaya tidak tamak”. Dalam
kesempatan lain juga beliau sampaikan “
dipesantren ini (gontor) anak-anak akan diajari bahasa arab , bahasa inggris
dan tonil (drama).[35]
Dari dua
pernyataan diatas dapat siketahui bahwa tujuan pendidikan pesantren adalah
untuk mendidik generasi muda islam dengan pendidikan sehingga nantinya menjadi
anak yang a’lim (memiliki ilmu pengetahuan) dan sholeh dalam arti menjalankan pengetahuanya
tersebut, serta bias menjadi kaya (kaya harta dan kaya hati) supaya tidak tamak
kepada orang lain. Selain melalui pernyataan pendirinya tujuan pendidikan
pondok pesantren juga bias diketahui dengan melihat semboyan dan motto yang
dikembangkan suatu pesantren, semboyan yang senantiasa didukukng oleh pemimpin
peantren (kyai) itu biasanya merupakan “krangka nilai” yang diharapkan dapat
dicerna oleh para santri dan menjadi pedoman hidup mereka dalam kehidupanya
kelak seperti pepatah dalam dunia pesantren yang sangat popular , al
mukhafadhatu a’la al qodimi as sholih
wal akhdu bil jadidi al ashlah.dalam hal ini pesantren merupakan
lembaga pendidikanyang gigih mempertahanka tradisi, bahwa tradisi mengandung
segala yang baik, sehingga kebutuhan untuk mengadopsi yang modrn dimungkinkan
sejauh itu lebih baik dari apa yang terdapat dalam tradisi itu sendiri. [36]
Relevan dengan
kesedarhanaan pondok pondok pesantren, maka tujuan pendidikan pesantren adalah
menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang
beriman dan bertakwa kepada allah SWT, berahlak mulia, bermanfaat bagi
masyarakat, sebagai pelayan masyarakat, mandiri, bebas, dan teguh
dalamkepribadian, menyebarkan agama dan menegakan agama islam dan kejayaan umat
islam ditengah-tangah masyarakat, dan mencintainilmu dalam rangka mengembangkan
kepribadian Indonesia.[37]
Secara tegas KH
Imam Zarkasi menyatakan tujuan pendidikan pesantren adalah untuk kemasyarakatan
dan dakwah islamiyah, artinya pendidikan diarahkan pada kebutuhan masyarakat
muslim pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya serta kepentingan dakwah
islamiyah.[38]
3.Pergertian Pondok Pesantren
Pesantren
sendiri menurut pengertian dasarnya adalah “tempat belajar para santri”.
Sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana yang terbuat dari bambu.
Disamping itu kata “pondok” mungkin juga berasal dari bahasa arab ”funduk” yang
berarti hotel atau asrama.[39]
Sedangkan dalam bahasa Indonesia mempunyai banyak arti, diantaranya adalah
madrasah tempat belajar agama islam. Sekarang lebih dikenal dengan sebutan nama
pondok pesantren. Disumatra Barat dikenal dengan nama surau, sedangka diaceh
dikanalndengan nama rangkang.[40]
Sedangka pesantren berasal dari kata
santri yang dapat diartikan tempat santri. Kata santri berasal dari kata
cantrik (bahasa sansekarta, atau mungkin jawa) yang berarti orang yang selalu
mengikuti guru, yang kemudian dikembangkan oleh perguruan taman siswa dalam
system asrama yang disebut pawiyatan. [41]
Ada beberapa
pendapat mengenai asal mula kata “pesantren”, Prof. Jhon berpendapat
bahwa kata pesantren berasal dari terma”santri” yang diderivasi dari
bahasa tamil yang berarti guru mengaji. Sementara CC. Berg berpendapat bahwa
kata santri berasal dari bahasa india “shastri” yang berarti orang yang
memiliki pengetahuan tentang buku-buku suci (kitab suci). Berbeda dengan
keduanya Robson berpendapat bahwa kata santri berasal dari bahasa Tamil “sattiri”
yang bearti orang yang tinggal di sebuah rumah gubuk atau bangunan keagamaan secara
umum.[42]
Secara
terminology dapat dikemukakan pandangan yang mengarah kepad definisi pesantren.
Abdurahman Wahid, mendefinisikan pesantren sacara teknis, pesantren adalah
tempat dimana santri tinggal[43]. Mahmud
Yunus, mendefinisikan sebagai tempat santri belajar agama islam.[44]
Secara definitive Imam Zarkassyi, mengartikan pesantren sabgailembaga
pendidikan islam dengan sisitem asrama atau pondok, dimana kyai sebagai figure
sentralnya, masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwaainya, dan pengajaran
islam dibawah bimbingan kyai yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya.[45]
Definisi
pesantren yang dikemukakan oleh Zamkasyari ( pendiri pondok Modern Daarussalam gontor) sama dengan definisi
yang dikemukakan oleh Zamkasyari Dhofier dalam menentukan elemen-elemen
pesantren seperti kyai, santri, masjid, pondok, dan pengajaran islam. Walaupun
sama dalam menentukan elemen-elemen pesantren, namun keduanya mempunyai
perbedaan dalam menentukan materi pelajaran dan metodologi pengajaran.
Zamkasyari menentukan materi pelajaran pesantren hanya terbatas pada
kitab-kitab klasik dengan metodologi pengajaran tradisional, yaitu sorogan, dan
wetonan, sedangkan Imam Zarkasyi tidak membatasi materi pelajaran pesantre
dengan kitab-kitab klasik serta menngunakan metodologi pengajaran sisitem
klasikal(madrasah).[46]
Dari
definisi-definisi diatas, maka Istilah pondok pesantren dimaksudkan sebagai
tempat atau pemondokan para santri yang ingin menimba ilmu pengetahuan agama dan
merupakan suatu bentuk pendidikan ke-islaman yang awalnya berbentuk kelembagaan
informal tradisional dibumi nusantara. Seperti telah dikemukakan, kata pondok
(kamar, gubug, rumah kecil, asrama)
mungkin juga pondok bersal dari bahasa arab “funduq” yang berarti hotel
atau asrama dipakai dalam bahasa Indonesia yang mencerminkan kesederhanaan
bangunan fisik dan tampilan perilaku penghuninya. Dimana pondok pesantren
adalah merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran islam yang didalamnya ditemukan interaksi aktif antara
kyai dan santri dengan
mengambil tempat dimasjid/mushala, teras masjid/mushala,s rumah kyai, asrama ,
untuk mengkaji dan membahas buku-buku teks keagamaan karya ulama lalu. sehingga dari situlah terjadi interaksi aktif
antara kyai atau ustad sebagai
guru dan para santri sebagai murid untuk mengkaji dan membahas buku-buku teks
keagamaan karya ulama masa lalu. kyai, santri, masjid atau mushala, asrama,
serta pengajian kitab klasik ( kitab kuning) inilah yang membentuk pokok pesantren sebagai sebuah subkultur.
2. Asal Usul Pesantren dan Sejarah Perkembangannya
Minimnya data
tentang pesantren, baik berupa manuskrip atau peninggalan sejarah lain yang
menjelaskan tentang awal sejarah kehadiran pesantren secara pasti diindonesia pertama
kalinya, dimana, dan siapa pendirinya yang tidak dapat diperoleh keterangan
secara pasti sehingga, menjadikan keterangan-keterangan yang berkenaan denganya
bersifat prejudice dan sangat beragam . Namun demikian, kekurangannya
ini justru menjadi faktor dijadikannya
sejarah pesantren sebagai bahan kajian yang tidak pernah kering dikalangan peneliti dan ahli sejarah, baik
dari dalam maupun luar negri.
Akar
historis-kultural pesantren tidak terlepas dari masuk dan berkebangnya islam
diindonesia yang bercorak sufistik dan mistik.
Sampai saat
ini, yang sering dijadikan sebagai rujukan dan sumber umum oleh para pemerhati
dan peneliti pesantren adalah manuskrip Jawa kuno, Babat Tanah Jawi.
Dalam salah satu bagianya diterangkan bahwa pada abad 15 Sunan Ampel sebagai
penerus penyebaran agama islam dari garis geneologi Maulana Malik Ibrahim dan
sering disebut Maulana Maghribi telah membangun lembaga pendidikan Islam,
setelah itu diikuti oleh Sunan Giri yang merupakan garis keturunan Maulana
Ishak dan diteruskan oleh sunan-sunan Wali songo lainya. Upaya tersebut
sekaligus membuktikan bahwa peran Wali songo sangat besar dan mengembangkan
sistem pendidikan islam model pesantren ditanah air.[47]
Diantar
Walisongo, Sunan Kali Jaga adalah tokoh yang memadukan ajaran islam dengan
tradisi jawa dimana sebuah tradisi yang merupakan perpaduan antara animisme,
hinduisme, budhisme. Mitos-mitos yang menggambarkan konversi Sunan Kali Jaga
dengan pencapaian pengetahuan mistiknya mengungkapkan bahwa santri yang ideal
adalah orang yang melakukan kesalihan yang berpusat pada syariat dan praktek
mistik.
Bahkan, dari
hasil penelusuran sejarah pula, ditemukan sejumplah bukti kuat yang menunujukan
bahwa cikal bakal pendirian pesantren pada priode awal ini terdapat
didaerah-daerah sepanjang pantai utara jawa, seperti Giri (Gresik), Ampel
Denata (Surabaya), Bonang (Tuban), Kudus, Lasem, Cirebon dan sebagainya.
Kota-kota tersebut pada waktu itu merupakan kota kosmopolitan yang menjadi
jalur penghubung perdagangan dunia, sekaligus sebagai tempat persinggahan para
pedagang dan mubaligh islam yang datang dari jazirah Arabia seperti Hadramaut,
Persia, irak, dan lain sebagainya. Hasil survai pemerintah Belanda yang
pertama, juga menyebutkan bahwa lembaga pendidikan Islam tradisional terdapat
dibeberapa kabupaten yang terletak didaerah pesisir, seperti Cirebon, Bawean,
Sumenep, Pamekasan, dan Besuki.[48]
Alwi Sihab
menegaskan bahwa Syaih Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik ( w. 1419
H) merupakan orang pertama yang
membangun pesantren sebagai tempat mendidik dan menggembleng para santri.
Tujuanya, agar para santri menjadi jujur dakwah yang mahir sebelum mereka
diterjunkan langsung dimasyarakt luas. Gayung bersambut, usaha Sunan Gresik
menemukan momentum seiring dengan mulai runtuhnya singgasana Majapahit (
1293-1478 M). islam pun berkembang demekian pesat, khususnya didaerah- daerah
pesisir yang kebetulan menjadi pusat-pusat perdagangan antar daerah, bahkan
antar negara.[49]
Lebih jauh
lagi, Martin juga menyangkal pendapat yang menyatakan, pesantren ada seiring
dengan keberadaan islam dinusantara sebagai pendapat yang ekstrapolasi.
Menurutnya, pesantren muncul tidak dari masa islamisasi, tetapi baru sekitar
abad ke-18 dan berkembang pada abad ke -19 M. meski pada abad ke-16 dan ke-17
sudah ada guru yang mengajarkan agama islam dimesjid dan diistana yang
memungkinkan pesantren berkembang dari tempat-tempat tersebut, namun tegas
Martin, pesantren baru muncul pada era belakangan. Hal ini terbukti dengan
tidak ditemukanya istilah pesantren dalam karya-karya sastra klasik Nusantara,
seperti dalam Serat Centini dan Serat Cebolek. Bahkan, istilah pesantren
juga tidak dijumpai dalam Wejangan Seh Bari dan Sejarah Banten,
dau naskah lama yang ditulis pada abad ke-16 dan ke-17.
Seiring dengan
pengembangan pesantren diwilayah pesisir, seperti terpapar diatas pengaruh
ekologi laut dan psikologis para juru dakwah yang juga berprofesi sebagai pedagang, menjadi
pesantren pada priode awal ini cenderung menampilkan corak pesantren mudah
menyesuaikan diri dan cepat menerima hal-hal baru. Dalam kaitan ini, sublemasi
terhadap tradisi lama dan budaya lokal, seperti mengadopsi bentuk bangunan
ibadah dan asrama, atau menggunakan pengajaran mandala (bandongan)
adalah beberapa hal yang membuktikan akomodasi budaya yang dilakukan pesantren
Nampak kreatif dan toleran.
Dalam
perkembangan selanjutnya, memudarnya pengaruh kerajaan islam Demak akibat
konflik internal dan keberhasilan bangsa-bangsa Eropa (Portugis dan Belanda)
dalam mengambil alih pusat-pusat perdagangan jalur pantai utara telah
memberikan pengaruh yang begitu besar terhadap corak keberislaman masyarakat
waktu itu. Pasal nya, dikuasai pusat-pusat perdagangan dan kebudayan telah
memaksa umat islam untuk bergrrak kedaerah-daerah pedalaman. Namun
demikian,bukan berarti sejarah perkembangan pesantren berahir sampai disisni.
Didaerah pedalaman tersebut, para guru agama atau kyai yang dulunya mengajar
dikota-kota perdagangan diwilayah pantura membangun padepokan baru sebagai
pusat pengajian para santri dan menyiarksn Isalam keplosok negri.
Hanya saja,
priodesasi sejarah pesantren dipedalaman menampilkan corak yang berbeda dengan ketika
berada dipesisir. Komonitas pedalaman menuntut formula-formula yang berbeda
dengan masyarakat dipesisir dalam mengembangkan system kepercayaan maupun pada
praktek-praktek ritual peribadatan. Eksistensi pesantren dihadapkan pada
situasi maupun kondisi lingkungan masyarakat baru yang mayoritas bercocok tanam
(agraris) dan sangat kuat memegang ajaran tradisi kemasyarakatanya. Akibatnya,
jika masyarakat urba dikota-kota pesisir lebih mudah mengadopsi agma yang
universal dan abstrak, penduduk pedalaman,sebagai mana dikemukakan Azyumardi
Azra dalam Islam Nusantara, lebih kukuh mengingatkan diri kepada ‘arwah’
dan kekuatan alam.[50]
Hanya saja,
kondisi riil masyarakat seperti inilah yang kemudian mengilhami pesantren untuk
merancang strategi dakwah baru yang dapat mengakomoda sinilai-nilai lama (yang
masih bercorak Hindu Budha dan nilai-nilai local lainya) tanpa mengabaikan
substansi yang terkandung dalam Islam. Secara alamiah, proses institusioanali
dan sosialisasi doktrin Islam kendatipun telah berbaur dengan unsure local
perlahan dan berfungsi sebagai penopang sistem stuktur social yang ada.
Perjuangan demi perjuangan terus dilalui ragam konstribusi dan akulturasi,
sehingga pada giliranya, islam menjadi salah satu sumber nilai pokok dalam
bangunan peta kognitif masyarakat waktu itu.
B. Modernisasi Pesantren
1.
Pengetian
modernisasi
Kata “modern” berasal dari kata “modrna” yang artinya “sekarang”.
Maka mengacu pada asal kata tersebut, bias dikatakan bahwa sebenarnya setiap
orang selalu hidup pada zaman modern.[51]
Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutka, ada dua makna yang
terkandung dari kata ini, yaitu, pertama,modern yang berarti terbaru,
mutakhir. Kedua, sikap dan cara berfikir, serta bertindak sesuai dengan
tuntutan zaman. Sedangkan modernisasi diartikan sebagai proses pergeseran sikap
dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bias hidup sesuai dengan tuntutan
zaman.[52]
Lain dengan yang dikemukakan Arnold Toynbe, Arkoun seorang pemikir
islam asal Prancis, menyatakan bahwa istilah modernitas telah dikenal sekitar
seribu tahun sebelumnya yaitu antara 490 dan 500 masehi. Kata ini digunakan
orang-orang Kristen untuk menunjukan perpindahan dari masa Romawi lama ke
priode Masehi. Semantar itu para ilmuwan sepakat sekitar tahun 1500 merupakan
waktu dimulainya priode zaman modern. Sejak saat itu kesadaran akan kekinian
merebak dimana-mana.namun demikian hal ini bukan berarti bahwa sebelumnya,
orang tidak hidup dimasa kini. Hanya saja, sebelum masa itu orang kurang
menyadari bahwa manusia biasa mengadakan perubahan-perubahan yang secara
kualitatif baru. Oleh karena itu, modernitas tidak hanya menunjuk pada periode.
Melainkan juga suatu bentuk kesadaran yang terkait dengan kebaruan (newness).
Karena itu, istilah perubahan, kemajuan, revolusi, pertumbuhan adalah
istilah-istilah kunci kesadaran modern.[53]
2.
Hal
yang mendorong munculnya modernisasi
Merujuk pada gagasa Harvey Coley dan Lucian W. pye, suadi putra
menyebutkan tiga pilar yang menjadi soko guru modernitas. Tiga pilar tersebut
adalah. pertama, ilmu pengetahuan yang berujung kepada rasionalisme. Kedua,
Negara-negara yang bermuara pada nasionalisme, dan ketiga, penyepelean
(meremehkan) peran agama berujung pada sekularisme.
Tak hanya Harvey Coley, pandangan pesimis terhadap modernitas juga
diungkapkan oleh Kuntowijoyo dalam sebuah bukunya yang berjudul “paradigm
Islam”. Dalam buku ini disebutkan bahwa, lahirnya paham antroposentrisme dalam
pemikiran dunia barat disebabkan oleh munculnya rasionlisme yang tidak percaya
dengan hokum alam yang bersifat mutlak. Rasionalisme iniulah yang melahirkan
renaissains, yaitu gerakan membangun kembali manusia dalam kungkungan mitologi
dan dogma-dogma. Renaissains adalah embrio kelahiranmodernitas. Cita-cita renaissains
adalah mengembalikan kembali kedaulatan manusia,yang selama berabad-abad telah
dirampas oleh dewa dan mitologi. Karen menurut renaissains, kedaulatan secara
penuh milik manusia, bukan milik tuhan. Maka manusia harus menguasai alam.
Dengan demikian renaissains sesungguhnya merupakan suatu gerakan
yang ingin membebaskan manusia dari mitos-mitos, juga dari pemikiran manusia,
yang tidak menentukan kehidupanya sendiri karena nasibnya mutlak dikuasai dewa.
Melaui filsafat rasionalisme, gerakan inilah telah melahirkan
revolusi pemikiran keagamaan. Bahwa, pada dasarnya manusia itu merdeka.
Semangat pembeasan diri inilah yang menjadi latar belakang antagonisme terhadap
agama.[54]
3.
Factor-faktor
yang mempengaruhi modernisasi pesantren
Modernitas
menjadi suatu yang tidak perlu ditinggalkan oleh kalangan pesantren bahkan
mengacu pada semangat, al mukhafadhatu
a’la al qodimi as sholih wal akhdu bil jadidi al ashlah.
Menjadi modern justru merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh kalangan
pesantren. Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi modernisasi
pesantren sebagai mana Mastuhu.
Pertama, kiai
bukan lagi dijadikan sebagai sumber belajar satu-satunya. Dengan semakin
beraneka ragamsumber belajar baru, dan semakin tingginya dinamika komunikasi
antara sistem pendidikan pesantren dengan sistem pendidikan lain, maka kiai
dapat belajar dari banyak sumber. Meskipun demikian, kedudukan kiai masih tetap
merupakan tokoh kunci dan menentukan corak pesantren, dan kiai menyadari hal
yang demikian itu. Oleh karna itu, kiai merestui santrinya belajar apa saja,
asal tetap pada aqidah syari’ah agama, dan berpegang teguh pada moral agama
dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, dewasa
ini, hamper seluruh pesantren menyelenggarakan jenis pendidikan formal, yaitu
madrasah, sekolah umum,dan perguruan tinggi. Jenis pendidikan pesantren
sendiri, sebagai jenis pendidikan non formal tradisional yang hanya mempelajari
kitab-kitab klasik, merupakan bagian kecil. Hamper seluruh santri belajar di
madrasah, sekolah umum, perguruan tinggi yang diselenggarakan di pondok
pesantren yang bersangkutan.
Ketiga, seiring
dengan pergeseran-pergeseran tersebut, santripun kemudian membutuhkan ijazah
dan penguasaan bidang keahlian, atau ketrampilan yang jelas, yang dapat
mengantarkannya untuk menguasai lapangan kehidupan tertentu. Dalam era modern,
tidak cukup hanya berbekal dengan moral yang baik saja, tetapi perlu dilengkapi
dengan keahlian atau ketrampilan yang relevan dengan kebutuhan kerja.
Keempat,
sehubungan dengan hal tersebut, maka kalangan santri terdapat kecenderungan
yang semakin kuat untuk mempelajari sains dan teknologi pada lembaga-lembaga
pendidikan formal, baik madrasah maupun sekolah umum, untuk memperoleh keahlian
dan ketrampilan yang dimaksud. Tetapi, mereka juga ingin tetap belajar di
pesantren untuk mendalami agama dalam rangka memperoleh moral agama.
Kelima, sejak
tahun 1920-an telah dikenalnya model madrasah dengan system kelas dan diajarkan
ilmu pengetahuan umum ke dalam pendidikan pesantren. Maka sejak itu,
sebenarnya, pesantren telah merasuki sitem pendidikan umum, dan akhirnya telah
resmi menjadikan subsistem pendidikan nasional dan pemerintahan sendiri (dalam
alam kemerdekaan).[55]
BAB
III
PONDOK
PESANTREN ALHIKMAH 02
BENDA
SIRAMPOG BREBES
A.
Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al Hikmah 02 Benda Sirampog
Brebes
Yayasan pendidikan
Pondok Pesantren Al Hikmah 02 Benda
Sirampog Brebes jawa tengah tepatnya 7 km dari kota bumiayu. Yayasan Pondok
Pesantren Al Hikmah 02 menempati areal
tanah seluas 10 hektar dengan ketinggian 200 meter dari permukaan laut.
1.
Periode
permulaan
Tahun
1911 merupakan tahun perintisan berdirinya Pondok PesantrenAlhikmah. Pada tahun
itu KH. Kholil bin mahali baru pulang dari belajarnya di beberapa Pondok
Pesantrendi jawa. Terakhir beliau belajar di pesantren mangkang semarang.
Melihat
kondisi masyarakat benda yang masih terbelakang dalam berbagai hal seperti
berbagai pengetahuan dan pengalaman beragama, KH. Kholil terketuk hatinya untuk
mengamalkan ilmu yang dimiliki. Dengan berpegang pada prinsip Al Hikmah wal
mauidzohoh al hasanah ( metode bijaksana dan nasihat yang baik serta
keikhlasan, KH. Kholil melakukan dakwah dengan mengadakan pengajian dari satu
rumah penduduk ke rumah penduduk yang lain. Sementara rumah beliau sendiri di
jadikan sebagai pusat kegiatan dakwah dan pengajian. Beberapa santri juga ada
yang bertempat tinggal di sana.
Sebelas
tahun kemudian, tepatnya tahun 1922, KH. Suhaimi bin Abdul Ghoni (putra kakak
KH.kholil) kembali dari belajarnya di tanah Haram,Saudi Arabia.merasa mendapat
kawan seperjuangan, akhirnya keduanya secara bersamamengadakan upaya dalam
mengubah keadaan masyarakat desa benda dari keterbelakanganmenjadi setingkat
lebih maju,baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan yang pasti
dalam bidang agama.
Sebagai
langkah pertama dalam pengembangan pondok pesantren, maka mulai dirintis sistem
pendidikan klasikal, yaitu madrasah ibtidaiyyah pada tahun 1930 Masehi.
2.
Periode
pertengahan
Pada
masa kemerdekaan, Pondok Pesantrenalhikmah mengalami goncangan bahkan nyaris
hancur. Pada saat itu, santri bersama
masyarakat turut berjuang melawan dan mengusir penjajah, membela tanah
air dalam mempertahankan Negara proklamasi 17 Agustus 1945.
Beberapa
pengasuh dan astidz gugur dimedan perang ada yang tertangkap kemudian
diasingkan oleh penjajah. Mereka yang gugur antaraa lain: KH .Ghozali, H.
Miftah, H. Masyhudi, Asmin bin H. Aminah, Sukri, Taad, Wahyu, siroj dan lain-lain.
Namun
setelah keadaan aman, para pengasuh mulai membangun kembali pondok dan madrasah
yang sempat hancur. Dan para santripun mulai kembali ke pondok untuk
melanjutkan belajar mereka. KH. Kholil dan KH. Suhaimi sejak itu dibantu oleh
KH. Ali Asy’ari (menantu KH. Kholil), Ustadz Abdul jamil, K.Sanusi, KH.
Aminudin, KH. Mas’ud dan lain-lain.
Ditengah
pengabdian beliau, KH. Kholil berpulang ke Rahmatulloh pada tahun 1955 M. Dan
beberapa tahun kemudian (1964) KH. Suhaimi menyusul KH. Kholil berpulang ke Rahmatulloh.
3.
Periode
pengembangan
Sepeninggal
KH. Kholil dan KH. Suhaimi, tampil tunas muda yang meneruskan perjuangan dan
mengembangkan pendidikan pesantren. Mereka adalah KH. Sodik (putra KH. Suhaimi)
dan Masruri Abdul Mughni (cucu KH. Kholil). Dibawah asuhan kedua kiyai ini,
Pondok PesantrenAlhikmah berkembang pesat. Sejumlah lembaga pendidikan, baik
formal maupun non formal mulai didirikan.
Dan
pada akhirnya, atas inisiatif dan kerja keras mereka, berdirilah beberapa
sekolah formal seperti MTs I (1964), MDA (Madrasah Diniyyah Awaliyah) dan
wustho (1965), MA (1965), MMA (Madrasah Muallimin dan Muallimat) than 1966, SMP
(1978), SMU (1987),STM (1993),SMEA(1996), Mahad Aly (1997), Akper (2001), SMK
Farmasi (2009), dan STAIA (2012). Semua lembaga tesebut berada dibawah naungan
badan hukum yayasan pendidikan Pondok PesantrenAlhikmah. Yayasan ini didirikan
pada tahun 1978 melalui akta-notaris no 09 tanggal 3 april 1978 (10,
akta-notaris no 12 tanggal 9 januari 1978).[56]
B.
Visi, Misi dan tujuan Pondok Pesantren Al Hikmah 02 Benda Sirampog
Brebes
Konsepsi, arahan dan motifasi juga upaya pengembangan Pondok
Pesantren dapat di katakan sebagai upaya transformasi agar tetap survive dan
semakin berkembang kearah yang lebih baik pada semua komponen yang ada di
Pondok Pesantren Al Hikmah yang terlihat secara langsung dalam pendidikan dan
pengajaran. Dalam hal ini pengasuh besertya stafnya merumuskan visi, misi
beserta tujuannya yang di pandang sebagai pernyataan persepsi dan cita-cita
Pondok PesantrenAl Hikmah 2 Benda.
Oleh karena itu Pondok PesantrenAl Hikmah 02 menyatakan visinya berupa “ menjadi pesantren
yang memberi landasan dalam pengembangan sistem pendidikan, pengajaran dan
dakwah” sedangkan misi Pondok PesantrenAl Hikmah 02 adalah
1.
Menyiapkan
sumberdaya manusia yang tegak dalam aqidah , benar dalam beribadah, dan luhur
dalam berperilaku.
2.
Membina
kehidupan masyarakat yang sehat, sehingga mampu mengembangkan dan melestarikan
nilai-nilai keislaman.
3.
Mendukung proses pembangunan nasional melalui
penyediaan sumberdaya insane yang memiliki jiwa pengorbanan, semangat beragama,
serta luwes dalam bersikap.[57]
Dari hal tersebut di atas yang telah di rumuskan dan di kembangkan oleh Pondok PesantrenAl
Hikmah 02 diharapkan santri mampu
memahami dan mengamalkan ajaran agama, dan nilai-nilai keislaman, pengembangan
dakwah, pelayanan beragama, moral, dan juga dapat mengembangkan solidaritas
ukhuwah islamiyah.
Serta melaksanakan hokum islam secara teologis : “melaksanakan
sistem nilai dan ajaran yang bersifat ilahiyah sekaligus transenden.” Dan
sosiologis “melaksanakan kehidupan yang penuh degan phenomena peradaban,
cultural dan realitas social dalam kehidupan manusia.” Yakni tidak hanay
melaksanakan aturan yang bersifat menjaman dan menjagat raya, tetapi juga
mengejawantahkan diri dalam institusi-institusi social yang di pengaruhi oleh
situasi dan dinamika zaman dan waktu, sehingga pada akhirnya tidak dapat
menghindarkan diri dari sebuah kenyataan yaitu perubahan yang menjadi karakter dasar kehidupan. [58]
Dengan kata lain santri harus mampu berinteraksi dengan seluruh
pengetahuannya yang telah mereka dapatkan dari Al Hikmah baik itu interaksi
dengan hokum islam dan isi Al Qur’an dan al Hadits dengan di lakukan secara
utuh dan sempurna. Seperti pemikiran-pemikiran al Tantawi :
a.
Ajaran
islam tidak hanya mementingkan soal akhirat tetapi juga soal hidup di dunia.
b.
Pendidikan
harus bersifat universal untuk semua golongan.[59]
C.
Letak Geografis Pondok Pesantren Alhikmah 02 Benda Sirampog Brebes
Secara geografis Pondok Pesantren Al Hikmah 02 Benda Sirampog Brebes bertempat di areal
tanah seluas 10 hektar di atas ketinggian 200 m dari permukaan laut maka udara
sekitarnya berhawa sejuk karena berada di wilayah pegunungan yang menghijau dan
berada di lingkungan pesawahan yang tumbuh subur, tepatnya 7 km sebelah timur
kota bumiayu.[60]
D.
Fasilitas Yang Dimiliki Oleh Pondok PesantrenAlhikmah 02 Benda
Sirampog Brebes
Adapun fasilitas[61]
yang dimiliki oleh Pondok Pesantrenyang dapat menunjang untuk segala kegiatan
belajar mengajar sesuai dengan kurikulum nasional, dan pesantren yang ada,
seperti tersedianya:
1.
Masjid
jami’ dua lantai seluas 20x30 meter
2.
Masjid
an nur dua lantai seluas 30x30 meter
3.
Gor
(ruang serba guna) seluas 30x30 meter
4.
Asrama
putra 75 kamar dan asrama putri 93 kamar
5.
Asrama
ptq 51 kamar
6.
Gedung
sekolah yang terdiri dari : SMP 20 ruang, SMA 16 ruang, MTs 18 ruang, MA 35
ruang, MAK 12 ruang, MMA 14 ruang, SMK 9 Ruang dan AKPER 8 ruangan, Ma’had Aly
Dan STAIA 12 ruang.
7.
Lab.
IPA dan perpustakaan 2 unit
8.
Taman
anggrek
9.
Kolam
ikan
10. Workshop komputer, tata busana, perikanan dan pengelasan
11. Lab. Ava ( audio Visual )
12. Studio Radio Tsania Fm
E.
Pengurus
Yayasan Pondok PesantrenAlhikmah 02 Benda Sirampog Brebes
Meningkatnya jumlah santri di tiap tahunnya,
akhirnya membutuhkan penanganan dan pengelolaan yang lebih. Maka demi
lebih memaksimalkan dalam pengelolaan Pesantren itulah, sejak tahun 2006
dikenal sebutan Pondok Pesantren Al Hikmah 1 dan Pondok PesantrenAl Hikmah 2.
Untuk memudahkan langkah-langkah yang diambil oleh lembaga pendidikan Ponpes Al
Hikmah 2 serta dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, maka pada tahun 2006 M
melalui akta notaries No. 57 tanggal 19 Juni 2006 M didirikan Ponpes Al Hikmah
2 menjadi yayasan pendidikan Pondok PesantrenAl Hikmah 2 (No. Aktanotaris No.
57 tanggal 19 Juni 2006) menjadi yayasan pendidikan Pondok PesantrenAl Hikmah 2
(No. Aktanotaris No. 57 tanggal 19 Juni 2006) dengan struktur kepengurusan sebagai
berikut :
Ketua I
: H. M. Sholahuddin Masruri
Ketua II
: M. Nasar Alamuddin Masruri
Sekretaris
I : Shohibi
Sekretaris
II : H. Ahmad Najib Affandi
Sekretaris
III : Drs. Sulkhi Aziz
Bendahara
I : Hj. Zulfan Ni’mah
Bendahara
II : H. A. Izzudin Masruri
Pengawas
: Drs. Mabruri, H. Itmamudin Masruri[62]
BAB IV
ANALISIS INOVASI PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN AL HIKMAH 2 BENDA
SIRAMPOG BREBES DALAM MEMBEKALI SANTRI UNTUK MENGHADAPI MODERNISASI
A.
Pola Pembelajaran Pondok
pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog
Brebes
Pondok
pesantren merupakan salah satu institusi pendidikan Agama Islam yang sudah ada
sebelum Indonesia merdeka. Sebelum kami menganalisis tentang inovasi pendidikan
pondok pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes, sebelumnya kami akan memaparkan
tentang pola penyelenggaraan pondok pesantren Secara umum, sehingga pondok pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog
Brebes dapat diklasifikasikan apakah tergolong pesantren tipe salaf (tradisional), khalaf (modern), atau
pesantren kombinasi. Sehingga nantinya dapat ditarik benang merah tentang
inovasi pendidkan Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes dalam
membekali santri untuk menghadapi modernisasi.
Pesantren
dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yakni : pondok pesantren salaf atau tradisional, pesantren
khalaf atau modern, pesantren kombinasi. Sebuah pesantren dapat disebut salaf
jika kegiatan pendidikanya semata-mata didasarkan pada pola-pola pengajaran
klasik. Maksudnya, berupa pengajian kitab kuning dengan metode pembelajaran tradisional.
Materi yang dipelajari juga tentang pendalaman ilmu agama islam melalui
kitab-kitab salafi (kitab kuning)
Pesantren
khalaf atau modern adalah pesantren yang selain bermateri utamakan pendalaman
ilmu agama islam (tafaqquh fi al-din), tetapi juga dikombinasikan dengan ilmu-ilmu umum sekolah
dan pembelajaran ilmu-ilmu umum dalam muatan kurikulumnya. Sedangkan pesantren
kombinasi merupakan gabungan antara pesantren salaf dengan pesantren khalaf.
Artinya, antara pola pendidikan modern sistem sekolah dan pelajaran
ilmu-ilmu umum dikombinasikan dengan
pola pendidikan pesantren klasik. Jadi, pesantren modern dan kombinasi
merupakan pesantren yang diperbaharui atau dipermodern pada segi-segi tertentu
untuk disesuaikan dengan sisitem sekolah dengan tetap memelihara pola
pengajaran asli pesantren dalam pembelajaran kitab-kitab klasik (kitab kuning).
Dari
paparan diatas maka pondok pesantren Al Hikmah 2 Benda termasuk klasifikasi
dalam pondok pesantren kombinasi, karena dalam kegiatan sehari baik dalam
kegiatan pembelajaran pondok ataupun dilemaga-lembaga formal dibawah yayasan
pendidikan pondok pesantren Al Hikmah 2 tetap memelihara pola pengajaran asli
pesantren dalam pembelajaran kitab-kitab klasik.
B.
Metode Pembelajaran Pondok Pesantren AL hikmah 2 Benda Sirampog
Brebes
Secara
etimologis, metode berasal dari kata “met” dan ” hodes” yang berarti melalui. Secara
istilah, metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu
tujuan. Sementara itu, pembelajaran adalah kegiatan belajar-mengajar yang
berlangsung secara interaktif antara santri (muta’alim) dan kyai atau
ustadz sebagai pendidik (mu’alim) yang diatur berdasrkan kurikulum yang
telah diatur berdasar kurikulum yang telah disusun dalam rangka mencapai tujuan
tertentu.[63]
jadi yang dimaksud dengan metode pembelajaran adalah cara-cara yang mesti
ditempuh dalam kegiatan belajar-mengajar antara santri dan kyai atau ustadz
untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Metode
pembelajaran dipesantren ada yang bersifat tradisional dan modern (baru).
Metode tradisional adalah metode pembelajaran yang diselenggarakan menurut
kebiasaan-kebiasaan yang telah lama dipergunakan pada institusi pesantren atau
metode pembelajaran asli (original) pesantren. Sedang pembelajaran
modern (baru) merupakan metode pembelajaran hasil pembaharuan kalangan
pesantren dengan mengadopsi metode-metode yang berkembang dimasyarakat modern.
Walaupun tidak mesti, penerapan metode baru juga diikuti dengan pengambilan
sisitem baru, yaitu sistem sekolah klasikal. Pada mulanya pesantren sudah
mengenal sistem klasiak, namu tidak dengan batas-batas fisik yang lebih tegas
seperti pada sisitem klasikal yang diterapkan disekolah atau madrasah modern.
Dalam
bab ini kami mencoba menganalisa mengenai metode pembelajaran pondok pesantren
AL Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes.
Dari
paparan diatas maka pondok pesantren Al Hikmah 2 Benda termasuk klasifikasi
dalam pondok pesantren kombinasi, karena dalam kegiatan sehari baik dalam
kegiatan pembelajaran pondok ataupun dilemaga-lembaga formal dibawah yayasan
pendidikan pondok pesantren Al Hikmah 2 tetap memelihara pola pengajaran asli
pesantren dalam pembelajaran kitab-kitab klasik.s
1. Metode Sorogan
a. Pengertian
Metode sorogan merupakan kegiatan
pembelajaran santri yang lebih menitik beratkan pada pengembangan kemampuan
peseorangan (individu), dibawah bimbingan kyai atau ustadz.
b.
Teknik
Pembelajaran
Pembelajaran sisitem sorogan diselenggarakan pada sebuah ruangan dengan
posisi tempat duduk kyai atau ustadz
berhadapan dengan meja pendek yang digunakan untuk meletakan kitab bagi
santri yang menghadap. Salah satu santri membacakan apa yang diajarkan oleh kyai atau ustadz
kepada temanya sekaligus mempersiapkan diri menunggu giliranya. Santri harus
sudah mempelajari dan menguasai bab atau sub bab pada kitab yang akan disorog-kan
sesuai dengan tarjet pembelajaran. Demikian selanjutnya sampai seluruh santri
selesai menunaikan tugasnya .
Secara lebih detail proses pelaksanaanya
penulis mencoba menggambarkan sebagai berikut:
1)
Santri
berkumpul diruang pembelajaran sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
dengan membawa kitab yang hendak di-kaji.
2)
Santri
yang mendapat giliran langsung menghadap kyai atau ustadz, membuka bagian kitab
yang akan di-kaji dan meletakan meja yang telah tersedia.
3)
Kyai
atau ustadz menerangkan isi bab atu sub bab pada kitab tersebut.
4)
Santri
dengan tekun mendengarkan apa yang diterangkan oleh kyai atau ustadz dan
mencocokan dengan kitab yang dibawanya. Selain mendengarkan santri juga
mencatat hal-hal yang penting dari penjelasan kyai, setelah kyai selesai
membacakan dan menerangkan isi bab tersebut pada giliranya santri menirukan kembali
apa yang telah dibacaka dan diterangkan oleh kyai atau ustadz. Kyai atau ustad
mendengarkan dengan seksama apa yang diterangkan oleh santrinya sembari
memberikan koreksi seperlunya.
Metode ini termasuk metode pembelajaran
yang sangat bermakna. Sebab, santri akan merasakan hubungan khusus, terutama
ketika membacakan kitab dihadapan kyai . selain memperoleh bimbingan dan arahan
langsung , mereka juga dapat dievaluasi dan diketahui perkembangan kemampuanya.
Dalam situasi demikian tercipta pula komunikasi yang baik antara santri dan
kyai sehingga dapat meninggalkan kesan yang dalam, baik pada diri santri maupun
kyai atau ustad sendiri. Hal ini membawa pengaruh yang baik dimana kyai atau
ustadz sebagai guru akan lebih dihormati dan disegani, santri pun akan semakin
simpati.
c.
Tahap
Pelaksanan
Dalam tahap pelaksanaan, kyai atau ustadz mengkondisikan keadaan, kyai atau
ustadz hanya memberikan perkiraan beberapa waktu yang disediakan untuk kegiatan
pembelajaran masing-masing santri. Jika memang santri yang akan belajar dalam
waktu yang bersamaan jumlahnya banyak, maka kyai atau ustadz akan membimbing
dengan waktu yang lebih singkat untuk masing-masing santri. Demikian juga
sebaliknya.
Adapun langkah-langkahnya yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1)
Menciptakan
situasi dan kondisi yang ko-munikatif antara kyai dan santri dalam kegiatan
pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan pem-belajaran membawa hasil
yang lebih baik karena santri tidak segan-segan untuk menayakan jika ada yang
tidak jelas atau tidak dimengerti.
2)
Dalam
menerangkan materi kitab, kyai atau ustadz menyampaikanya secara berlahan-lahan
dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
3)
Setelah
menerangkan batasan bab tertentu santri disuruh membacakan dan menerangkan
kembali apa yang telah dibacakan oleh kyai atau ustadz sambil diperhatikan dengan pembetulan pleh tutor apabila terdapat
kekeliruan.
4)
Setelah
keterangan santri dianggap benar, kyai atau ustadz menanyakan atau meminta
kepada santri untuk menjelaskan maksud dari teks materi yang telah dibaca tadi.
Ini dilakukan untuk melatih daya tangkap santri terhadap teks materi kitab.
Setelah santri menjelaskan maksud kandungan isi kitab tersebut, atau
ustadz mengulas apa yang telkah dijelaskan, juga menambahkan atau membetulkan
apabila ada yang kurang, tepat, atau ada yang keliru.
d.
Evaluasi
Evaluasi adalah cara penilaian yang
dilakukan oleh kyai atau ustadz untuk mengetahui kemampuan santri dalam aspek
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan ketrampilan (skimotorik)terhadap
materi pembelajaran yang telah dipelajari. Disamping untuk mmengetahui tingkat perkembangan kemampuan penguasaan santri, penilaian juga
berfungsi sebagai umpan balikbagi kyai atau ustadz untuk meninjau kembali
cara-cara yang dilakukan berkanaan dengan penggunaan metode pembelajaran.
Keberhasilan pembelajaran santri, selain ditentukan oleh kemampuan belajar
mereka, juga kemampuan membembing dan memfasilitasi sang kyai atau ustadz.
Untuk mengefaluasi kemampuan santri
dalam pembelajaran dengan menggunakan metode sorogan, biasanya dilakukan
kegiatan berikut :
1)
Santri
disuruh menjelaskan teks materi bab, bagian, dari kitab yang telah dibahas pada
pertemuan sebelumnya. Jika santri barhasil
menerangkanya dengan betul maka materi bab berikutnya baru diberikan.
Jika sebaliknya, santri diharuskan untuk mempelajari kembali.
2)
Jika
materi dalam pembelajaran yang dipelajari dalam tatap muka telah dikuasai dengan baik oleh santri,
kegiatan pembelajaran dapat dimulai dengan materi bab, bagian baru tanpa
terlebih dahulu meminta santri untuk menjelaskan isi materi bab, bagian yang
dipelajari dalam pertemuan yang lalu.
Hal
yang harus diperhatikan dalam menilai tingkat kemampuan santri dalam metode
pembelajaran sorogan adalah pada tingkat pemahamanya terhadap pemahaman materi
kitab yang telah dibaca, dibahas, dan dipraktekan bersama oleh kyai atau ustadz
bersama santri dalam kegiatan pembelajaran.
2. Metode Bandongan
a.
Pengertian
Metode bandongan disebut juga dengan wetonan. Dalam praktiknya,
metode ini berbeda dengan metode sorogan. Metode bandongan dilakukan oleh
seorang kyai atau ustadz terhadap sekelompok santri yang akan mendengarkan dan
menyimak kitab yang akan dibacanya. Sementara sang kyai atau ustadz membaca,
menterjemah, menerangkan dan mengulas teks-teks kitab berbahasa arab tanpa
harakat (gundulan), masing-masing santri melakukan pen-dhabit-an harakat,
pencatatan simbol-simbol kedudukan kata,
dan arti kata-kata langsung dibawah kata yang dimaksud.
b.
Teknik
Pembelajaran
Sebelum proses pembelajaran berlangsung, kyai atau ustadz mempertitimbangkan
hal-hal berikut :
1)
Santri
yang mengikuti kegiatan pembelajaran adalah santri yang sudah bisa membaca.
2)
Penentuan
mata pelajaran, kitab, bab, bagian dan topik yang dipelajari disesuaikan dengan
urutan dan jadwal yang telah ditentukan serta tetap memperhatikan tingkat
kemampuan santri.
3)
Walaupun
yang lebih aktif dalam pembelajaran kyai atau ustadz, tetapi santri juga perlu dilibatkan dengan
berbagai cara, seperti Tanya jawab.
4)
Untuk
membantu pemahaman santri, kyai atau ustadz dapat mempergunakan alat peraga,
atau media pengajaran seperti : papan tulis, pengeras suara, peta dan lainya.
c.
Tahap
pelaksanaan
Dalam pelaksanaanya, metode pembelajaran bandongan mengikuti langkah-langkah
berikut :
1)
Kyai
atau ustadz menciptakan komunikasi yang baik dengan santri.
2)
Memperhatikan
situasi dan kondisi serta sikap santri apakah sudah siap untuk belajar atau
belum.
3)
Kyai
atau ustadz dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan penjelasan dan
keterangan-keterangan atau dengan menunjuk santri secara bergiliran untuk
membaca dan menerangkan suatu teks tertentu. Disini kyai atau ustadz berperan
sebagai pembimbing yang membetulkan kesalahan dan menjelaskan bila ada hal-hal
yang dipandang oleh santri sebagai sesuatu yang sulit untuk dipahami.
4)
Setelah
menyelesaikan penjelasan pada batasan tertentu,
kyai atau ustadz kyai atau ustadz dapat memberikan jawaban secara
langsung atau mempersilahkan kepada santri untuk menjawabnya terlebih dahulu.
5)
Sebagai
penutup, kyai atau ustadz menyebutkan kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik
dari kegiatan yang telah berlangsung.
c.
Evaluasi
Untuk
mengevaluasi kegiatan pembelajaran
dengan metode bandongan, dapat dilakukan dengan dua hal, yaitu: pertama, pada setiap tatap muka atau
tatap muka tertentu; kedua,pada saat telah dikhatamkannya pengkajian
sebuah kitab. Dalam kaitan ini. Kyai atau ustadz menilai berbagai aspek yang
ada pada santri,baik aspek penguasaan materi kitab, perilaku yang ditunjukkan
dari pengkajin materi kitab, ataupun keterampilan / praktik tertentu yang
diajarkan dalam kitab.
1)
Aspek
pengetahuan (kognitif) dilakukan dengan menilai kemampuan santri dalam membaca,
dan jelaskan materi kitab.
2)
Aspek
sikap (afektif)dapat dinilaai dari sikap dan kepribadian santri dalam kehidupan
keseharian.
3)
Aspek
keterampilan (skill) yang dikuasai oleh para santri dapat dilihat melalui
praktik kehidupan sehari hari dalam bidang ibadah, aqhlaqul karimah dan praktik kegiatan keterampilan bermata
pencarian.
Untuk
lebih memudahkan kegiatan penilaian, kyai atau
ustadz membuat catatan-catatan khusus atau pehatian khusus sehingga
santri menuntut ilmu secara bersungguh-sungguh karena merasa diawasi dan di
monitor perkembangan kemampuannya.
3.
Metode
musyawarah/Bahtsul Masa’il
a.
Pengertian
Musyawarah atau Bahtsul Mas’il
merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip dengan metode diskusi
atau seminar. Beberapa orang santri dengan jumlah tertentu membentuk halaqah yang dipimpin langsung dari
seorang kyai atau ustadz, atau juga santri senior, untuk membahas ditentukan
sebelumnya.
Dalam pelaksanaanya para santri bebas mengajukan pertanyaan ataupun
pendapatnya. Dengan demikian, metode ini lebih menitik beratkan pada kemampuan
perseorangan di dalam menganalisis dan memecahkan suatu persoalan dengan arguman logika yang mengacu pada
kitab-kitab tertentu. Musyawarah juga dilakukan untuk membahas materi-materi
tertentu sebuah kitab yang dianggap rumit untuk memahaminya. Musyawarah pada
bentuk kedua ini bisa digunakan santri tingkat menengah untuk membedah topik
tertentu.
b.
Teknik
pembelajaran
Dalam praktiknya, kyai atau ustadz perlu mempertimbangkan ketentuan-ketentuan
berikut:
1)
Peserta
musyawarah adalah santri senior.
2)
Peserta
musyawarah tidakmemiliki perbedaan kemampuan yang mencolok.Ini dimaksudkan
upaya untuk mengurangi kegagalan musyawarah.
3)
Topik
atau persoalan (materi) yang dimusyawarahkan
biasanya ditentunkan terlebih dahulu oleh kyai atau ustadz pada pertemuan
sebelumnya .
4)
Dalam
hal-hal tertentu musyawarah dapat dilakukan secara terjadwal sebagai wahana
latihan untuk santri.
c.
Tahap
persiapan
Langkah persiapan terpenting pada metode ini adalah memberikan
topik atau materi yang akan dimusyawarahkan terlebih dahulu. Pilihan topik
sendiri amat menentukan.Topikyang menarik umumnya mendapatkan respon yang baik
dan mem-berikan dorongan kuat kepada santri untuk belajar.
Penentuan topik lebih awal dimaksudkan agar santri sebagai peserta
mempersiapkan diri sebelum pelaksanaan
selain itu, juga disampaikan penjelaskan tentang cara-cara yang dilakukan
berkenaan dengan dipilihnya metode musyawarah.
d.
Tahap
pelaksanaan
Sebagai permulaan, kyai atau ustadz menjelaskan secara singkat permasalahan yang akan dibahas, santri yang
dianggap olah kyai atau ustadz lebih menguasai materi yang akan dimusyawarhkan,
ditunjukan sebagai penyajian permasalahan. santri lain berfungsi sebagai
penanggap terhadap materi yang telah disampaikan oleh penyaji yang telah
mendapat tugas.
Dalam kegiatan musyawarah ini, tanggapan, pertanyaan atau sanggahan
dari santri peserta musyawarah diarahkan oleh kyai atau ustadz. Tanggapan dan
jawaban balik dari penyaji dilakukan secara bergiliran setelah tanggapan dari
peserta. Apabila terdapat kebuntuan, pemimpin musyawarah (kyai atau ustadz)
memberikan arahan-arahan atau pemecahan persoalan yang menjadi permasalahan.
Kyai atau ustadz juga hendaknya mengarahkan dan membimbing jalanya musyawarah
agar tidak kabur atau melenceng dari tujuan.
d.
Evaluasi
Kegiatan penilaian dilakukan oleh kyai atau ustadz Selama kegiatan
musyawarah berlangsung. Hal-hal yang menjadi perhatian adalah kualitas
prtanyaan yang diajukan oleh peserta yang meliputi kelogisan, ketepatan, referensi,
yang disebutkan, serta bahasa yang disampaikan, apakah medah dipahami atau
tidak. Termasuk yang diperhatikan adalah jawaban dari penyaji. Juga kebenaran
dan ketepatan penyaji dan pesarta dalam merumuskan hasil ahir dari kegiatan
musyawarah.
4.
Metode
Pengajian Pasaran
a.
Pengertian
Metode pengajian pasaran adalah kegiatan belajar sekelompok
santri dalam bentuk pembacaan sebuah kitab oleh seorang kyai atau ustadz yang
dilakukan secara marathon selama tenggang waktu tertentu. Metode ini
dipesantren Al Hikmah pada umumnya dilakukan pada bulan romadhan dalam waktu
dua puluh hari, juga dilakukan pada waktu libur sekolh karena santri-santri
hanya diperbolehkan pulang satu tahun satu kali pada labaran hari raya idul
fitri . pada kenyataanya metode lebih mirip dengan metode bandongan. Hanya
saja, metode ini digunakan dengan target utama penyelesaian bacaan kitab dalam
kurun waktu yang reltif singkat.
Pengajian ini pada umumnya diikuti oleh santri senior, akan tetapi dipondok
pesantren Al Hikmah diikuti oleh beragai kalangan adapun kitabnya dengan menyesuaikan jenjang lamanya belajar
dipondok ataupun dengan menyesuaikan sekolah masing-masing.
b.
Teknik
Pembelajaran
Dalam pelaksanaanya, pengajian pasaran
bisa dilakukan dengan membahas kitab secara intensif disepanjang hari. Waktu
istirahat hanya dipergunakan untuk shalat, makan (berbuka puasa). Kitab yang
telah ditentukan, dibaca dari awal sampai ahir dalam waktu yang telah
ditentukan.
c.
Evaluasi
Berbeda dengan yang
lain, evaluasi pada metode pasaran cenderung lebih pada selesai atau tidaknya
bacaan sebuah klitab, tidak pada telah difahami atau tidaknya kitab yang dibaca
karena orientasi pada teknik
pembelajaran ini adalah untuk menyelesaikan bacaan kitab dalam kurun waktu
tertentu, jadi keberhasilan dinilai dari selesai atau tidaknya seorang kyai atau
ustadz dalam menyelesaikan bacaan kitab tersebut demikian pula seorang santri
dianggap berhasil manakala dapat mengikuti seluruh proses pembacaan dari awal
sampai akhir.
5.
Metode
hafalan ( Mukhafadzah )
a.
Pengertian
Metode hafalan ialah
kegiatan belajar santri dengan cara menghafal suatu teks kitab tertentu dibawah
bimbingan dan pengawasan seorang kyai atau ustadz. Dimana santri-antri diberi
tugas menghafal bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu dan kemudian
disetorkan (didemonstrasikan) dihadapan kyai atau ustad baik secara priodik
atau incidental, tergantung pada keinginan kyai atau ustadz.
b.
Teknik
Pembelajaran
Metode ini pada
umumnya digunakan dalam pembelajaran yang berbentuk nadham atau syi’ir
. dalam pelaksanaanya, santri ditugasi untuk menghafalkan bagian tertentu dari
kitab, untuk kemudian didemonstrasikan didepan kyai atau ustadz.
c.
Evaluasi
Untuk mengevaluasi kegiatan
belajar santri dengan dengan menggunakan metode hafalan dilakukan dengan cara
pada setiap kali tatap muka dimana santri menyetorkan tugas hafalanya pada kyai
atau ustadz.jika dapat menghafal dengan baik dia bisa melanjutkan pelajaranya.
Sebaliknya jika belum maka harus mengulang hafalanya sampai lancer pada
pertemuan yang akan datang. Bisa juga dengan cara kyai atau ustadz membacakan
sebagian nadham kemudian santri diminta untuk melanjutkan bacaan
tersebut hingga sempurna.[64]
C.
Inovasi
pendidikan Pondok Pesantren Al Hikmah 2
Kehidupan diera modern dengan persaingan bebasnya mengharuskan
setiap individu untuk mampu tampil dengan percaya diri, serta membekali dirinya
dengan keilmuan dan life skill yang memadai. Agama dibutuhkan untuk membimbing
kepada jalan yang lurus, ilmu pengetahuan membimbing mengenali potensi yang
dimiliki serta ketrampilan untuk memberi kepercayaan diri bagi seeorang untuk
tampil didunia kerja.
Kreativitas pengasuh pondok pesantren Al Hikmah 2 dibidang
pendidikan bahwa beliau memiliki visi dan misi jauh kedepan. Konsisitensi
pondok pesantren Al Hikmah 2 untuk tetap mengembangkan pendidikan pesantren ala
salafiyah (tradisonal) tidak membuat pondok pesantren Al Hikmah 2
berhenti berinovasi pada pendidikan dengan sisitem yang lebih modern. Berikut
ini profil sejumlah pendidikan formal yang telah didirikannya.
1.
MTS dan MA
Kedua lembaga ini didirikan pengasuh pondok pesantren Al Hikmah 2
Benda Sirampog Brebes pada tahun 1964 untuk madrasah Tsanawiyah, dan 1967 untuk
madrasah Aliyah. Kejelihan pengasuh pondok pesantren al hikmah 2 dalam
mempersiapkan santri-santrinya untuk menghadapi era modernisasi dengan tidak
meninggalkan pentingnya pendidikan agama, tampak jelas terejawantah pada MTS
dan MA ini.
MTS al Hikmah 2 Benda merupakan madrasah yang mengembangkan
kurikulum terpadu, yakni perpaduan antara Kurikulum Nasional, Kurikulum
Kementrian Agama, serta Kurikulum Pesantren serta didukung dengan program
spesifikasi diantaranya spesifikasi Matematika, Bahasa Inggris, Bahasa Arab,
Komputer, serta Al Qur’an.
Dalam menyiapkan tenaga trampil, pondok pesantren Al hikmah 2 menyiapkan berbagai program-program unggulan
dibawah lembaga yayasan Al Hikmah 2ini.
Madrasah Aliyah Al Hikmah2
(MA), merupakan Madrasah yang memiliki
motto ‘sekolah sambil kursus,dan kursus sambil sekolah’ ini menggunakan tiga
kurikulum sekaligus, yakni kurikulum nasional, kurikulum kemenag, dan kurikulum
pesantren. Dengan menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan Life
Skill Education, MA ini menawarkan tiga program pilihan pendidikan. Ketiga
program tersebut adalah MA program umum (MAU) dengan jurusan IPA dan IPS.
Program kedua adalah MA Keagamaan (MAK) dengan masa pendidikan 4 tahun ma
program ini memiliki stressing programe untuk meningkatkan ketrampilan
berbahasa arab dan bahasa inggris, serta andal dalam penguasaan ilmu agama.
Program MAK ini menjadi andalan yayasan pendidikan pondok pesantren al hikmah
dua sirampog brebes untuk mengantarkan santrinya lanjutkan pendidikan di timur
tengah.
Program
ketiga MA al hikmah adalah MA kelas khusus (kelas unggulan). Program khusus ini
dibuka untuk jurusan ipa dan menjadi andalan yayasan al hikmah 2 untuk
menyiapkan duta al hikmah dalam mengikuti ajang kompetisi akademik. Selain itu
program unggulan ini juga untuk menyiapkan lulusannya melanjutkan pendidikan ke
PT (perguruan tinggi) terbaik di tanah air seperti UI,UGM,ITB,dan IPB.sebagai
lembaga pendidikan dengan motto ‘sekolah sambil kursus dan kursus sambil
sekolah’ maka MA menawarkan 3 spesifikasi ketrampilan tingkat Diploma 1 bagi
siswa-siswinya. Tiga pilihan tersebut diantaranya adalah spesifikasi Komputer,
spesifikasi Bahasa Inggris dan Wirausaha.Untuk spesifikasi Wira usaha, MA
menawarkan spesifikasi Tata Busana, Perikanan, dan Pengelasan. Untuk praktik program wirausaha perikanan, MA
menyediakan lahan seluas lebih dari 1 Hektar untuk membuat Balai Benih Air Tawar (BBAT). Dan menjadi
salah satu BBAT yang ada dikabupaten Brebes.[65]
2.
SMP dan SMA
Selain lembaga
pendidikan formal berbasis agama, ditahun 1978 pengasuh pondok pesantren Al
Hikmah 2 juga mendirikan sekolah SMP dan SMA pada tahun 1987, namun tetap
dengan basis agama. Untuk lembaga pendidikan SMP, lembaga pendidikan yang
memiliki komitmen untuk tetap fokus pada pemberian bekal dasar ilmu agama yang memadai
dan penguasaan IPTEK . SMP Al Hikmah dengan status Terakreditasi A ( Tahun
2005) – sekarang) ditetapkan Kemendiknas menjadi Rintisan Sekilah Standar Nasionl (R SSN)bahkan telah
ditetapkan oleh kementrian Agama (Tahun 2009)sebagai sekolah berbasis pesantren
(SBP). SBP adalah sekolah dengan system yang memadukan system pesantren dan
sekolah umum. Kurikulim SMP Al Hikmah merupakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) gabungan kurikulum Departeman Pendidikan Nasional, serta
Kurikulum pesantren. Dengan program spesifikasi Komputer, Bahasa nggris,
Matematika, Keagamaan.
Untuk mendukung fisi
dan misi yang ada, sekolah dan yayasan bahu membahu mencari terobosan guna
mencari menyiapkan generasi potensial dimasa mendatang. SMA Al Hikmah dengan dukungan
fasilitas dan kualitas pendidikan yang kompenten, sekolah ini menawarkan
jurusan IPA dan IPS dengan beberapa program unggulan.
Program unngulan
pertama yang ditawarkan SMA adlah Tahfizul Qur’an. Program ini
ditawarkan pada siswa-siswi yang berminat menghafalkan Al Qur’an dengan
dibimbing oleh hafiz/hafizhah yang ada diyayasan Al Hikmah 2. Program
kedua adalah bahasa inggris dan computer yang memberikan serifikat setinkat
Diploma 1. Sertifikat setara D1 ini adalah sertifikat yangdiberikan oleh
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Brebes, sehingga diharap kan
lulusan SMA siap untuk memasuki dunia kerja. Program yang ketiga adlah
pertanian dan peternakan. Dengan fasilitas Green House tanaman hias dan
tanaman daun mint (menthe cordifolia) asal tanaman dari yordan dan
mesir, seta tanaman buah Tin (ficus carica) asal tanaman dari yordan dan
peternakan sapi yang bekerja sama PPPG Cianjur, dengan pembekalan ketrampilan
tersebut diharapka santri lulusan SMA tidak hanya mengandalkan pekerjaan dari
ketersediaan lapangan kerja, namun justru diharapkan mampu menciptan lapangan
kerja sendiri.[66]
3.
SMK WICAKSANA Al Hikmah
Pembangunan kesehatan diindonesia merupakan bagian dari pembangunan
Nasional terpadu dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia,
sehingga terwujud Negara yangn maju, sejahtera lahir dan batrin. Dengan latar
belakang inilah, maka Yayasan Pondok Pesantren Al hikmah 2 mendirikan SMK
Wicaksana. Sebagai langkah awal mendirika sekolah tersebut , pengasuh membuka
program keahlian farmasi dan keperawatan.kedua program tersebut bertujuan untuk
menghasilkan asisten apoteker dan astiten perawat yang beriman, bertakwa,
bejiwa pancasila. Mempunyai kemandirian, kreatif dan berinofasi ilmiah, dan
mempunyai ketrampilan dibidang farmasi dan keperawatan.[67]
4.
Ma’had Aly
Untuk mengembangkan pesantren sesuai dengan kebutuhan zaman, juga
terhadap kebutuhan akan tenaga pengajar yang selalu konsisten untuk mempelajari
agama dan mengajarkanya, pengasuh pondok pesantren mendirikan Ma’had Aly dengan
tujuan untuk mencetak intelek intelektual yang tafaquh fid diin yaitu golongan orang yang
bersungguh-sungguh mempelajari dan mengajarkan agama.
Ma’had Aly adalah lembaga pendidikan setingkat perguruan tinggi
yang ada dilingkungan pondok pesantren Al Hikmah dengan jurusan Dirosah
Islamiyah. Dengan dpesifikasi ilmu-ilmu agama.ma’had Aly telah banyak mencetak ulama
yang sebagian besar telah dikirimkan keplosok Nusantara untuk menjadi pengasuh dan
pengajar pesantren.
5. Akper Al Hikmah
Pendirian Akper Al Hikmah ini dilatar Belakangi ketika pengasuh
pondok pesantren Al Hikmah menerima kenikmatan berupa sakit, kemudian beliau
mampu mengambil hikmah atas sakitnya tersebut. Hikmah yang didapat ketika kyai
sakit adalah dengan didirikanya Akper ( Akademi Keperawatan) Al Hikmah dibawah
Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al Hikmah 2 yang dipimpinya. Pengalamanya
ketika dirawat disalah satu rumah sakit dijakarta, membulatkan tekadnya untuk
mampu mendirikan sebuah akademi keperawatan yang mampu menghasikan perawat
professional.
Tidak hanya itu, diharapkan lulusan Akper Al Hikmah 2 menjadi
perawat yang juga paham syari’at agama, berahlakul karimah, serta mampu
bersaing diera globalisasi. Tantangan globalisasi yang menuntut setiap
pelakunya untuk mahir dalam berbahasa inggris dan menguasai computer, juga
dijawab oleh Yayasan Pondok Pesantren Al Hikmah. Kepada para mahasiswanya
diberi ketrampilan spesifikasi Bahasa Inggris dan Komputer, disamping program
kepesantrenan mahasiswa, sehingga salah satu sarat bagi mahasiswanya sebelum
mukim kedaerahnya masing-masing harus sudah menghafal salah satu surat panjang
dari alqur’an semisal Yaa siin dan Al mulk.
Hal inilah merupakan upaya yang dilakuakan Yayasan Pendidika Pondok
Pesantren Al Hikmah dalam merespon
modernisasi. Denga membekali santri-santrinya berupa ilmu pengetahuan umum dan
ketrampilan yang memadai dengan
mengedepankan hasanah pendidikan agama,
untuk membimbing kepada jalan yang lurus yang diridhoi Allah SWT.[68]
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian yang penulis paparkan diatas mengenai Inovasi
Pendidikan Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes Dalam Membekali
Santri Untuk menghadapi Modernisasi , maka dapat kami simpulkan sebagai berikut
:
1.
Pondok
Pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes dalam mempersiapka santrinya untuk
bersaing di era modernisasi telah berusah melakukan inovasi dalam bidang
pendidikan diantaranya dengan mendirikan sekolah-sekolah formal dengan
memadukan kurikulum yaitu gabungan
kurikulum Departemen pendidikan Nasional, kurikulum kementrian agama, serta
kurikulum pesantren.diantara lembaga pendidikan formal yang telah didirikan
pondok pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes adalah:
Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA), Madrasah
Aliyah (MA) 2 Terpadu, SMK Wicaksana (Program Keahlian Farmasi dan
Keperawatan), Madrasah Muallimin Muallimat (MMA) Khusus kitab kuning, AKPER
(Akademi Keperawatan), Ma’had Aly, serta sekolah tinggi agama islam AL hikmah (STAIA). Dengan adanya pembaharuan pendidikan
dipondok pesantren Al hikmah ini, diharapkan dapat menghasikan out put
yang diharapkan oleh masyarakat umum dan siap bersaing ditengah kehidupan yang
modern.
2.
Pondok
pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes merupakan pondok pesantren yang
menerapkan metode pembelajaran klasik (tradisional) dan modern (baru). Metode pembelajaran klasik
meliputi metode sorogan, metode bandongan, metode musyawarah/bahstul masa’il,
metode pengajian pasaran, metode hafalan/muhafadzah. Metode pembelajaran modern
(baru) dengan mengadopsi metode-metode yang berkembang dimasyarakat modern
yaitu melalui lembaga-lembaga pendidikan formal sekolah.
3.
Pondok
pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes
telah ikut serta berperan aktif
dalam mengembangkan pendidikanya terhadap tuntutan modernisasi dengan membekali
ilmu pengetahuan umum serta life skill dan ketrampilan-ketrampilan yang lain
dalam mempersiapkan santri untuk mampu bersaing di era modernisasi.
B.
Saran-saran
1.
Untuk
pondok pesantren, kehidupan kedepan yang semakin modern banyak tantangan yang
harus dihadapi oleh alumni pesantren. Oleh karenanya santri sebagai komunitas
elit muslim dituntut dapat memainkan peran penting pula dalam setiap
proses-proses pembangunan sosial baik melalui potensi pendidikan maupun potensi
pengembangan kemasyarakatan yang
dimilikinya. Tentu sangat diharapkan adanya upaya peningkatan kualitas keilmuan
santri , serta diimbangi dengan disiplin ilmu umum dan life skill yang
menunjang dengan tetap mengedepankan hasanah keislaman.
2.
Dalam
struktur pendidikan Nasional, pesantren merupakan mata rante yang sangat
penting karena secara signifikan telah ikut andil dalam upaya ikut mencerdaskan
kehidupan bangsa sehingga pemerintah diharapkan bias lebih memberikan perhatianya
dalam berbagai bentuk, baik dalam kaitanya dengan eksistensi pesantren maupun
memberikan berbagai bantuan sarana dan
prasarana.
C.
Penutup
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat ilahi
robbi tuhan seru sekalian alam, penulis
memuji-Nya dengan pujian yang paling tinggi atas semua limpah rahmat
yang telah dilimpahn kan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini, dan penulis juga memohon kepada-Nya tambahan kemurahan dan
kemuliaan.
Dengan selesainya skripsi ini, maka penulis sangat berharap
khususunya kepada pembimbing dan semua pembaca untuk memberikan kritik dan
saran, sehingga skripsi ini mendapatkan penambahan yang nantinya dapat menuai
hasilyang sempurna dan memuaskan karena penulis sangat menyadari bahwa dalam
penulisa skripsi ini masih banyak sekali kekurangan didalamnya.hal ini
disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis yang tidak
pernah lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Penulis berharap dengan perantaraan skripsi ini akan memberikan
menfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya, dengan mengaplikasikan
isi dari skripsi ini dalam kehidupan sehari-hari. Amin ya robbal a’lamin.
DAFTAR
PUSTAKA
Mahmud. H., Model-Model
Pembelajaran Pesantren, Media Nusantra, Tangerang, 2006
Masyhud Sultan H.M.
MP.d. Drs., dkk Manajemen Pondok
Pesantren, DIVA PUSTAKA, Jakarta, cet ketiga 2008
Mashur Aris Ms,
MA, Menakar Modrenitas Pendidikan Pesantren, Barnea, Jakarta Depok, cet. 1 .2000
Indra Hasbi, MA
Dr., Pendidikan Islam Melawan Globalisasi, PT Mutiara Kalam , Jakarta,
2005,cet 1
Poerwadarmita W.J.S.,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka,1991, cet. 11
---------, Himpunan
Perundang-Undangan Rebuplik Indonesia, SISDIKNAS, Bandung, Nuansa Aulia
2008, cet.1,
Hasbullah Drs.,
Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia; Lintasan Sejarah Pertumbuhan Dan
Perkembangan, Jakarta, PT. Raja
Grafindo persada, 1996, cet.II
El saha Ishom M.,
Melejitkan Daya Tawar Pesantren, Jakarta:Pustaka Mutiara, 2008, cet. I,
Novia Windi, Sp.d. Kamus Ilmiah Popular, WIPPRES, 2008, cet
1
Basori Ruchman, Pesantren Modern Indonesia, Jakarta, inceis
2006, cet 1
Arikunto Suharsini,
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta, 2002
Hadi Sutrisno, Metode Research, Yogyakarta : PT. Andi Ofset,
2000, jilid 1 dan 2
Wahab Rochmat,
MA. Dr., Memahami Pendidikan dan Ilmu pendidikan, Laksbang mediatama,
Yogyakarta, 2009, cet. 1
Dewantara Ki Hajar, Bagian Pertama pendidika, Yogyakarta:
Majelis Luhur Taman Siswa, 1962
Nata Abudin, MA,
DR. Prof. H.. Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2004, cet. 9
El Saha Ishom M.,
Haedari Amin H., Manajemen Pendidikan Pesantren, TRANSWACANA, Jakarta
2008
Hasbullah Drs.,
Sejarah Pendidikan Islam Diindonesia; Lintasan Sejarah Pertumbuhan Dan
Perkembngan, PT. Raja Gafindo Persada,1996
Fatah Abdul
Rohani H. Drs.M,Ag dkk, Rekonstruksi pesantren masa depan, PT. Listafari
Putra, Jakarta, 2008
Dawam Ainurrafiq
dr., M.Ag, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren, Listafariska Jakarta
2005
Wahid Abdurahman,
Menggerakan Tradisi; esai-esai pesantren,LKIS, Yogyakarta 2001, cet.1
Yunus Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam Diindonesia, Hidakarya,
Jakarta, 1990
Wirosunarto Hamzah
Amir, KH Imam Zamkarsyi dari Gontor Merintis Pesantren Modern, Gontor
Pres ponorogo 1996, cet. 1
Dhofier Zamkasyari,
Tradisi pesantren, studi tenteng Pandangan Hidup Kyai, LP3ES Jakarta 1995
Haedari Amin
HM., dkk, Masa depan Pesantren Dalam Tantantngan Modernitas Dan Tantangan
Komplesitas Global, IRD PRESS, Jakarta, 2004
Azra Azyumardi, Islam Nusantara,Mizan Bandung 2002
Brosur Pondok PesantrenAl Hikmah 2 Benda Tahun Ajaran 2011/2012
Musahadi HAM, Evolusi Konsep Sunah, semarang : CV. Aneka
ilmu, 2000
Nasution Harun,
Islam Di Tinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta : CV. UI press, 1985,
cet.6
mahmus, MM. H. Drs., Model-Model Pembelajaran Dipesantren,
DIFA PUSTAKA, Tangerang, cet 1, 2006
Brosur Pondok PesantrenAl Hikmah 2 Benda Tahun Ajaran 2011/2012
http//www.alhikmahdua.net
Sumber : Pengurus Pendidikan Pondok PesantrenAl Hikmah 2 Benda
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Kristiono
Tempat Tanggal Lahir : Brebes
Alamat
: Desa Pandansari Kec. Paguyangan
Kab. Brebes
Nama Orang Tua
Ayah
: Sami’un
Ibu :
Wasem
Prkerjaan Orang Tua : Tani
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan : SD N Wanareja I ( Lulus Tahun 1999 )
SMP
N II Paguyangan ( Lulus Tahun 2002 )
MAK
Al Hikmah 1 ( Lulus Tahun 2008 )
Mahad Aly Al Hikmah 2 ( Lulus 2010 )
[1] Mahmud.H.model-model
pembelajaran pesantren media nusantra, Tangerang 2006 hal.1
[2] Drs.H.M.sultan
masyhud,MP.d, dkk manajemen pondok pesantren DIVA PUSTAKA Jakarta cet
ketiga 2008 hal 1
[3] Ms Aris
Mashur,MA menakar modrenitas pendidikan pesantren Barnea Jakarta Depok cet. 1 .2000 hal 5.
[4] Drs. H.M.
Sultan Masyhud, Mp.d, dkk, Op. Cit .hal 6
[6] Drs. H,M.
Sultan Masyhudi, Mp.d, dkk Op. Cit hal. 19
[7] Dr.Hasbi
Indra, MA, Pendidikan Islam Melawan Globalisasi,PT Mutiara Kalam ,
Jakarta2005,cet 1,hal. 197
[9] W.J.S.
Poerwadarmita, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka
,1991), cet. 11, hlm. 250.
[10] Himpunan
perundang-undangan rebuplik Indonesia, SISDIKNAS, ( Bandung: Nuansa Aulia 2008
), cet.1, hal.10.
[11] Drs.
Hasbullah, sejarah pendidikan islam di Indonesia; lintasan sejarah
pertumbuhan dan perkembangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo persada, 1996 ),
cet. II, hal. 138.
[12] M.ishom El
saha,Melejitkan Daya Tawar Pesantren, (Jakarta:Pustaka Mutiara, 2008 ),
cet. I, hal.11.
[13] Kamus besar BAhasa Indonesia Op. Cit,
hal 997.
[14] Windi Novia, Sp.d.
kamus ilmiah popular, WIPPRES, 2008, cet 1,hal.453.
[15] Basori
Ruchman, pesantren modern Indonesia, Jakarta, inceis 2006, cet 1. Hal
12.
[16] Ibid,hlm.12
[17] Suharsini
Arikunto, prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Jakarta, Rineka Cipta 2002, hal. 190.
[18] Sutrisno Hadi,
metode research, ( Yogya karta : PT. Andi Ofset, 2000 ), jilid 1
dan 2, hal. 26.
[19] Ibid,
hal. 107.
[20] Ibid,
hal. 163.
[21] Ibid,
hal. 193
[22]
Lexi Moleong, metode penelitian kualitatif, Remaja Karya, Bandung, 1989,
h.
[23] Dr. Rochmat
Wahab, MA. Memahami Pendidikan dan Ilmu pendidikan Laksbang mediatama
Yogyakarta 2009, cet. 1,hal.5.
[24] locit. hal
[25] Op. Cit.
hal 10
[26] KI Hajar
Dewantara , Bagian Pertana pendidikan. ( Yogya karta: Majelis Luhur
taman Siswa 1962 ), hal. 14
[27] Prof. DR. H. Abudin Nata, MA. Metodologi
Studi Islam ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2004 ), cet. 9, hal.338.
[29] Op. Cit.hal
8.
[30] Op. Cit.hal
8.
[31] M. Ishom El
Saha,H. Amin Haedari, Manajemen pendidikan pesantren,TRANSWACANA Jakarta
2008, hal.24
[32]
Drs. H. M. Sulton Masyhud, M.pd dkk Loc. Cit, h.64
[33]
Drs. H. M. Sulton Masyhud, M.pd dkk Loc. Cit, h. 66
[34]
M. Arifin, kapita selekta pendidikan Islam dan Umum, (Jakarta: Biona
Aksara. 1995) Cet, ke3, h.257
[35]
Drs. H. Rohani Abdul Fatah M,Ag, Rekonstruksi Pesantren Masa Depan dari
tradisional, Modern, Hingga Pos Modern, PT. Listafariska Jakarta
2005, h.20
[36] Ibid.
h.20
[37]
Loc. Cit, Manajemen Pondok pesantren, h.93
[38]
Op.cit h.21
[39]
Drs. Hasbullah, sejarah pendidikan islam diindonesia; lintasan sejarah
pertumbuhan dan perkembngan, (PT. Raja Gafindo Persada,1996), cet. Hal. 138
[40]Drs.
H. rohani Abdul fatah M,Ag dkk, Rekonstruksi pesantren masa depan, PT.
Listafari putra Jakarta 2008, hal.11
[41]
Ibid. hal. 11
[42]
Dr. Ainurrafiq dawam, M.Ag, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren,
Listafariska Jakarta 2005, hal. 5
[43]
Abdurahman Wahid, Menggerakan Tradisi; esai-esai pesantren,LKIS,
Yogyakarta 2001, cet.1, hal 17
[44]
Mahmud yunus, sejarah pendidikan islam diindonesia, Hidakarya Jakarta
1990, hal 50
[45]
Amir Hamzah Wirosunarto, kH Imam Zamkarsyi dari Gontor Merintis pesantren
modern, Gontor Pres ponorogo 1996, cet. 1, hal.s 56
[46]
Zamkasyari dhofier, Tradisi pesantren, studi tenteng Pandangan Hidup Kyai,
LP3ES Jakarta 1995, hal. 44
[47]
Dr. Ainurrafiq Dawam,M,ag dkk, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren Listafariska
Putra cet. 2, hal.5
[48]
HM. Amin Haedari, dkk, Masa depan Pesantren Dalam Tantantngan Modernitas Dan
Tantangan Komplesitas Global IRD PRESS Jakarta 2004, cet. 1, hal.7
[49] Hm. Amin Haedari, dkk Masa Depan
Pesantren. Hal. 7
[50]
Azyumardi Azra, Islam Nusantara,Mizan Bandung 2002, hal.19
[51]Drs.
H. Amin haedari, M.pd.,dkk, Panorama Pesantren Dalam Cakrawala Modern Diva
pustaka Jakarta 2006 Cet. 4,h.38
[52]
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Loc,Cit. h. 662
[53]
Opcit. Hal.39
[54]
Kuntowijoyo, paradigm islam, interpepretasi untuk aksi, ( Mizan, Bandung
1991), h.160
[55]
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (INIS, Jakarta 1994) h.68
[56]
http//www.alhikmahdua.net
[57]
Brosur Pondok PesantrenAl Hikmah 2 Benda Tahun
Ajaran 2011/2012
[58] Musahadi ham, Evolusi Konsep Sunah,
(semarang : CV. Aneka ilmu, 2000), hal.45
[59] Harun nasution, Islam Di Tinjau Dari
Berbagai Aspeknya, (Jakarta : CV. UI press, 1985), cet.6, jilid 2, hal
98
[60]
http//www.alhikmahdua.net
[61]
Brosur Pondok PesantrenAl Hikmah 2 Benda
Tahun Ajaran 2011/2012
[62]
http//www.alhikmahdua.net
[63]
Drs. H. mahmus, MM, model-model pembelajaran dipesantren, DIFA PUSTAKA
Tangerang cet 1 2006 hal 50
[64] Observasi kegitan pembelajaran Pondok
Pesantren Al Hikmah 2
[65]
Interview kepala sekolah MTS dan MA Al Hikmah 2
[66]
intervie Kepala sekolah SMA dan SMP
[67]
Interview kepala sekolah SMK Wicaksana Al Hikmah 2
[68]
Interview bagian kurikulum akademik Akper Al Hikmah 2
Thanks ya sob sudah berbagi ilmu .............................
BalasHapusbisnistiket.co.id