BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan karakter merupakan sebuah
pendidikan yang sangat di galakan baru-baru ini baik di dalam sebuah lembaga
pesantren maupun lembaga pendidikan luar pesantren, hal ini di karenakan budi
pekerti yang baik yang berkembang di Indonesia lambat laun semakin terkikis
dengan adanya perkembangan kemajuan zaman baik dalam bidak teknologi, dengan
adanya alat-alat elektronik dan dengan masuknya budaya-budaya yang kurang baik
dari Negara tetangga.
Al qur’an merupakan kitab yang allah
turunkan kepada nabi Muhammad dengan perantaraan malaikat jibril merupakan
suatu petunjuk bagi semua umat manusia, baik petunjuk dalam masalah urusan
dunia, urusan agama, dan masalah urusan bergaul dalam kehidupan sehari-hari,
baik dengan keluarga, orang tua, dan masyarakat luas. Oleh karenanya dalam
ayat-ayat al qur’anpun terdapat sebuah nilai pendidikan karakter yang perlu di
pelajari oleh seluruh manusia pada umumnya dan umat islam pada khususnya.
Dalam makalah ini akan di jelaskan
tentang kandungan sebuah ayat alqur’an tentang perintah berbuat baik kepada
orang tua dan larangan berbicara kasar terhadap keduanya.
B. Tujuan Penulisan makalah
1.
Agar setiap individu dapat meyakini kewajiban berbakti
kepada kedua orang tua
2.
Agar setiap
individu dapat memahami batasan
berbakti kepada kedua orang tua
3.
Sebagai motivasi untuk selalu berbakti kepada kedua
orang tua
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Ayat al qur’an tentang perintah berbuat baik kepada kedua
Perintah untuk berbuat baik kepada kedua orangtua dalam
Al-Quran kurang lebih berulang sebanyak 13 kali. Seperti surah Al-Baqarah, ayat
83, 180 dan 215, An-Nisa ayat 36, An-An’am: 151, Isra: 23 dan 24, Al Ahkaf: 15,
Al Ankabut: 8, Luqman: 14, Ibrahim: 41, An Naml: 10 dan surah Nuh: 28. Jika
melihat dari ayat-ayat tersebut, setidaknya kita bisa mengklasifikasikan ada 6
macam bentuk perintah Allah SWT untuk berbuat baik kepada kedua orangtua.
4Ó|Ós%ur y7/u wr& (#ÿrßç7÷ès? HwÎ) çn$Î) Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $·Z»|¡ômÎ) 4 $¨BÎ) £`tóè=ö7t x8yYÏã uy9Å6ø9$# !$yJèdßtnr& ÷rr& $yJèdxÏ. xsù @à)s? !$yJçl°; 7e$é& wur $yJèdöpk÷]s? @è%ur $yJßg©9 Zwöqs% $VJÌ2
Artinya
:
“Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia.” (Qs. Al-Israa: 23)
Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi
penghormatan dan pemuliaan kepada kedua orangtua. Apapun bentuk pelecehan dan
sikap merendahkan orangtua maka Islam lewat pesan-pesan moralnya telah melarang
dan mengharamkannya. Bahkan durhaka kepada kedua orangtua termasuk diantara
dosa-dosa besar yang dilarang keras. Dengan melihat ayat di atas, terutama pada
frase, wa laa taqullahumaa uffin, janganlah kamu mengatakan kepada keduanya,
perkataan ah menunjukkan untuk bentuk pelecehan dan sikap merendahkan kedua
orangtua yang paling kecil sekalipun Islam tidak luput untuk memberikan penegasan
atas pelarangannya.
Birrul Walidain berasal dari dua kata, birru dan
al-walidain. Imam Nawawi ketika mensyarah Shahih Muslim memberi penjelasan,
bahwa kata-kata Birru mencakup makna bersikap baik, ramah dan taat yang secara
umum tercakup dalam khusnul khuluq (budi pekerti yang agung). Sedangkan,
walidain mencakup kedua orangtua, termasuk kakek dan nenek. Jadi, birrul
walidain adalah sikap dan perbuatan baik yang ditujukan kepada kedua orangtua,
dengan memberikan penghormatan, pemuliaan, ketaatan dan senantiasa bersikap
baik termasuk memberikan pemeliharaan dan penjagaan dimasa tua keduanya.
Pertama,
dalam bentuk perintah untuk berbuat baik dengan sebaik-baiknya, seperti dalam
surah Al-Isra ayat 23 dan 24. Termasuk dalam hal ini, memberikan penjagaan dan
pemeliharaan di hari tua keduanya dan mengucapkan kepada keduanya perkataan
yang mulia.
Kedua,
dalam bentuk wasiat. Allah SWT berfirman,
$uZø¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷yÏ9ºuqÎ/ $YZó¡ãm (
Dan
Kami berwasiat kepada manusia untuk (berbuat) kebaikan kepada dua orang tuanya.
(Qs. Al-Ankabut: 8).
Begitupun
pada surah Al-Ahqaf ayat 15, Allah SWT berfirman :
$uZø¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷yÏ9ºuqÎ/ $·Z»|¡ômÎ) ( çm÷Fn=uHxq ¼çmBé& $\döä. çm÷Gyè|Êurur $\döä. (
“
Kami wasiatkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya.
Ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula)”.
( Qs. Al-Ahqaf : 15)
Ketiga,
dalam bentuk perintah untuk bersyukur. Allah SWT berfirman :
Èbr& öà6ô©$# Í< y7÷yÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) çÅÁyJø9$#
Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, karena hanya kepada-Ku-lah kembalimu.
(Qs. Luqman: 14).
Keempat,
perintah untuk mendoakan kedua orangtua. Allah SWT berfirman,
ôÙÏÿ÷z$#ur $yJßgs9 yy$uZy_ ÉeA%!$# z`ÏB ÏpyJôm§9$# @è%ur Éb>§ $yJßg÷Hxqö$# $yJx. ÎT$u/u #ZÉó|¹
“ Dan rendahkanlah dirimu terhadap
mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, Wahai Tuhan-ku, kasihilah
mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku pada waktu kecil”
(Qs. Al-Israa: 24).
Mendo’akan
kedua orangtua adalah tradisi para Anbiyah as. Nabi Ibrahim as dalam do’anya
mengucapkan,
$oY/u öÏÿøî$# Í< £t$Î!ºuqÏ9ur tûüÏZÏB÷sßJù=Ï9ur tPöqt ãPqà)t Ü>$|¡Åsø9$# ÇÍÊÈ
“ Ya Tuhan kami, ampunilah aku,
kedua orang tuaku, dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari
kiamat )”. (Qs. Ibrahim: 41)
Begitu
juga Nabi Nuh as, dalam lantunan do’anya, beliau berujar,
Éb>§ öÏÿøî$# Í< £t$Î!ºuqÏ9ur
“
Ya Tuhan-ku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku..”
(Qs. Nuh: 28).
B.
Penjelasan ayat
Pertama, pada surat al
isra ayat 23 mengandung maksud bahwasanya orang tua adalah merupakan orang yang
keberasaannya selalu harus di hormati dan di junjung tinggi, seorang anak
hendaknya memuliakan orang tua tanpa ada batas, seorang anak juga hendaknya
tidak mengucapkan kata-kata yang dapat menyakiti hati keduanya.
Pada ayat di atas terdapat kata-kata “janganlah sesekali kamu
mengucapkan kata ah kepada keduanya” kata-kata ini mengandung arti
bahwasannya sesuatu yang bersifat remeh dan kecilpun tidak boleh di ucapkan
oleh seorang anak kepada orang tua apalagi yang lebih besar dari kata-kata ah.
Oleh karena itu hendaklah seorang anak menjaga sikapnya kepada
kedua orang tua baik ketika berada di hadapannya maupun tidak.
Kedua, pada surat al
ankabut ayat 8 dan surat al ahqaf ayat 15 Allah memberikan wasiat kepada
manusia agar selalu berbuat baik kepada kedua orang tua. Ayat ini kemudian
diteruskan dengan kata-kata “ yang telah mengandungmu dengan susah payah dan
melahitkanmu dengan susah payah pula “.
Pada umumnya wasiat adalah sebuah pesan yang biasa di ucapkan oleh
seseorang yang sedang dalam keadaan sakit yang di mungkinkan umurnya akan
selesai sampai situ dan wasiat ini juga biasanya dipesankan kepada orang-orang
yang paling di sayangi oleh sang mayyit. Dengan demikian bisa di ambil sebuah
kesimpulan bahwa betapa sayangnya Allah kepada manusia oleh karenanya Allah
berpesan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tua. Karena
dengan jalan berbuat baik kepada kedua orang tua manusia akan dapat memasuki
surganya.
Hal ini sebagaimana sabda nabi saw
yang Diriwayatkan
Abu Abdurrahman Abdullah ibnu Mas’ud RA :
“Aku bertanya kepada Nabi SAW, “Apa amalan yang
paling disukai oleh Allah SWT?” Beliau menjawab, “Shalat tepat pada
waktunya.” Aku bertanya lagi,“Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Birrul
walidain.” Kemudian aku bertanya lagi, “Seterusnya apa?” Beliau menjawab,
“Jihad fi sabilillah.”
Hadits
di atas menerangkan bahwa salah satu jalan yang mengantarkan manuisa ke surga
adalah birrul walidain.
Ketiga, Allah memerintahkan kepada manusia untuk
bersyukur kepada Allah dan kepada kedua orang tua, maksudnya selain manusia
harus mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepada manusia secara langsung
manusia juga di perintahkan untuk mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepada
manusia lewat perantaraan orang tua.
Dalam
hal ini orang tualah yang telah mengandung setiap umat manusia selama 9 bulan
dengan susah payah, kemudian melahirkannya pun dengan mempertaruhkan nyawa,
serta mengasuh dan membesarkannya hingga manusia itu menjadi dewasa.
Keempat, Allah
memerintahkan manusia untuk senantiasa mendo’akan kedua orang tua sebagaimana
orang tua juga telah mendo’akan manusia dari mulai masih berada di dalam
kandungan sang ibu dan sampai kapanpun.
Sebagai seorang anak, tentu tidak akan mampu membalas seluruh apa
yang telah di berikan oleh kedua orang tua kepada anaknya, oleh karena itu
merupakan sebuah pahala yang nantinya akan memperoleh nilai pahala yang tidak
akan putus adalah do’a seorang anak kepada kedua orang tuanya sebagaimana di
sebutkan dalam satu hadits :
اذامات
ابن ادم انقطع عمله الا من ثلاث صدقة جارية او علم ينتفع به او ولد صالح يدعوا له
Artinya :
“ ketika anak
manusia telah mati maka akan terputus pula amalnya kecuali tiga hal yaitu Shodaqoh
jariyyah, Ilmu yang bermanfaat, Do’a anak yang sholih “
Sebuah tradisi
seorang anak mendo’akan kedua orang tuanya ternyata bukanlah terjadi pada masa
abad 21 saja, akan tetapi tardisi ini juga telah di lakukan oleh para nabi
terdahulu.
C. Hukum
Birrul Walidain
Para ulama sepakat bahwa hukum
Birrul Walidain adalah fardhu (wajib) bagi setiap individu.
Allah memerintahkan untuk berbuat
baik pada kedua orang tua seiring dengan perintah untuk mentauhidkan dan
beribadah kepada-Nya, ini menunjukkan betapa besarnya hak ibu-bapak. Ayat ini
juga menjelaskan bahwa pemeliharaan kedua orang tua yang telah memasuki usia
lanjut merupakan tanggung jawab sang anak. Sang anak pun dilarang mengucapkan
keluhan atau keengganan secara halus, apalagi kata-kata kasar secara langsung. Sang
anak harus rendah hati terhadap keduanya dan mendoakan keduanya baik semasa
hidupnya mereka ataupun sesudah meninggalnya.
BAB III
KESIMPULAN
Dari beberapa penjelasan di atas maka dapat penulis tarik
kesimpulan bahwa :
1.
birrul
walidain merupakan suatu tindakan yang terpuji yang harus di miliki oleh setiap
individu manusia. Hal ini di karenakan manusia adalah makhluk yang kehidupannya
di dunia melalui proses yaitu berada di dalam kandungan dan kemudian di
lahirkan oleh ibu dengan penuh susah payah.
2.
Perintah untuk berbuat baik kepada kedua
orangtua dalam Al-Quran kurang lebih berulang sebanyak 13 kali. Seperti surah
Al-Baqarah, ayat 83, 180 dan 215, An-Nisa ayat 36, An-An’am: 151, Isra: 23 dan
24, Al Ahkaf: 15, Al Ankabut: 8, Luqman: 14, Ibrahim: 41, An Naml: 10 dan surah
Nuh: 28. Jika melihat dari ayat-ayat tersebut, setidaknya kita bisa
mengklasifikasikan ada 6 macam bentuk perintah Allah SWT untuk berbuat baik
kepada kedua orangtua.
3.
Beberapa
jenis konsep atau bentuk perintah Allah kepada umat manusia dalam berbakti
kepada orang tua di antaranya :
a. Dalam bentuk
perintah untuk berbuat baik dengan sebaik-baiknya, seperti dalam surah Al-Isra
ayat 23 dan 24.
b. Dalam bentuk
wasiat sebagaimana firman Allah swt dalam surat Al-Ankabut ayat 8 dan Al-Ahqaf
ayat 15
c. Dalam bentuk
perintah untuk bersyukur sebagaimana firman Allah SWT dalam surat luqman ayat
14
d. Perintah untuk
mendoakan kedua orang tua sebagaimana firman
Allah SWT dalam surat Al-Israa ayat 24, surat Ibrahim ayat 41 dan surat
nuh ayat 28